Cari Blog Ini

Minggu, 22 Desember 2019

MEMAHAMI AL BAQARAH 75



۞ أَفَتَطْمَعُونَ أَنْ يُؤْمِنُوا لَكُمْ وَقَدْ كَانَ فَرِيقٌ مِنْهُمْ يَسْمَعُونَ كَلَامَ اللَّهِ ثُمَّ يُحَرِّفُونَهُ مِنْ بَعْدِ مَا عَقَلُوهُ وَهُمْ يَعْلَمُونَ

 Terjemah Arti: Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui?. Terjemahan Makna Bahasa Indonesia (Isi Kandungan) Wahai orang-orang muslimin, Apakah kalian lupa terhadap tindakan-tindakan Bani Isroil, sampai jiwa kalian berhasrat kuat agar kaum Yahudi membenar agama kalian?. Dan sungguh para ulama mereka mendengarkan firman Allah yang berasal dari kitab Taurat, kemudian mereka mengubahnya dengan cara menyimpangkan ke makna yang bukan sebenarnya setelah mereka memahami hakikat nya,  atau dengan cara  mengubah-ubah teks bacaannya, sedang mereka itu menyadari bahwa mereka mengubah-ubah firman Tuhan alam semesta dengan sengaja dan dusta. 

Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia 75. Wahai orang-orang mukmin, setelah kalian mengetahui keadaan orang-orang Yahudi dan Nasrani yang sebenarnya serta sikap keras kepala mereka, apakah kalian masih mengharapkan mereka akan beriman dan menyambut dakwah kalian?! Dahulu ada sejumlah ulama mereka yang mendengar firman Allah yang diturunkan kepada mereka di dalam Taurat, kemudian mereka merubah lafal-lafal dan maknanya setelah mereka memahaminya dan mengerti maksudnya, padahal mereka tahu bahwa tindakan mereka itu adalah dosa besar.

 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram 75. أَفَتَطْمَعُونَ أَنْ يُؤْمِنُوا لَكُمْ (Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu) Yakni apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu dan menyambut dakwahmu ketika kamu menyeru kepada mereka untuk beriman kepada Allah dan rasul-Nya. كَلَامَ اللَّهِ (firman Allah) Yakni taurat. ثُمَّ يُحَرِّفُونَهُ (lalu mereka mengubahnya) Termasuk dari (التحريف) merubah dengan menambah kata-kata dalam taurat atau menguranginya, atau dengan menggantinya sesuai dengan apa yang mereka inginkan; Termasuk dari (التحريف) pula bahwa mereka sengaja mengubah apa yang mereka dengar dari taurat kemudian menjadikan yang halal menjadi haram, dan lain sebagainya demi mengikuti hawa nafsu mereka, seperti mengubah sifat yang ada pada Rasulullah dan menghapus apa yang menjadi bukti kebenaran Rasulullah dan kenabiannya yang terdapat dalam taurat, dan menghilangkan hukuman bagi pembesar-pembesar mereka. مِنْ بَعْدِ مَا عَقَلُوهُ (setelah mereka memahaminya) Yakni setalah memahaminya dengan akal mereka. Padahal mereka telah mengetahui apa yang mereka lakukan dengan merubah kalamullah adalah menyalahi apa yang Allah perintahkan yakni perintah untuk menyampaikan syari’at-syari’at-Nya sebagaimana yang ada. Maka bagaimana kamu mengharapkan mereka akan masuk Islam, sedang mereka memiliki hati yang keras yang menyepelekan syari’at-syari’at Allah sehingga iman kepada Allah dan ketakutan kepada-Nya tidak menbuat mereka berhenti melakukan hal itu.

Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah Allah telah mengkhususkan sifat kaum Yahudi yang kerap merubah kalimat-kalimat firman Allah dalam al-Qur'an, dan sekarang ini sebagaimana yang disampaikan oleh kementrian luar Negri zionis Israil mereka tengah merencanakan suatu proyek yang mendunia untuk menafsirkan al-Qur'an dengan judul : ( Qur'anat ) dengan tujuan (sebagaimana yang mereka sangka) sebagai alat pendidikan; maka sepatuhnya setiap muslim waspada agar tidak terjerumus kedalam perangkap ini, dan senantiasa merenungi perkataan dzat yang menciptakan mereka : { أَفَتَطْمَعُونَ أَنْ يُؤْمِنُوا لَكُمْ وَقَدْ كَانَ فَرِيقٌ مِنْهُمْ يَسْمَعُونَ كَلَامَ اللَّهِ ثُمَّ يُحَرِّفُونَهُ مِنْ بَعْدِ مَا عَقَلُوهُ وَهُمْ يَعْلَمُونَ } "Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui?" 

Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari'ah Universitas Qashim Wahai orang-orang mukmin! Apakah kalian mengharapkan orang Yahudi itu membenarkan risalah nabi kalian, Muhammad SAW? Sungguh sebagian pendeta mereka membaca kalam Allah dalam Taurat, kemudian mereka memalsukannya dengan menambah, mengurangi atau menggantinya dengan hal lain untuk mengharamkan sesuatu yang halal dan menghalalkan sesuatu yang haram sesuai hawa nafsu mereka. Seperti halnya mereka mengubah penggambaran Rasulallah SAW dengan menggambarkannya sebagai seorang yang tinggi dan kecoklat-coklatan sebagai ganti gambaran nabi Muhammad SAW (yang setengah tinggi dan putih) dan menggambarkannya sebagai orang yang menurunkan derajat kemuliaan mereka. Mereka mengubah (isi) Taurat setelah memahaminya dengan akal mereka. Mereka mengetahui bahwa mereka adalah orang yang melakukan kebatilan dan kebohongan. Ayat ini turun kepada orang-orang yang mengubah ayat tentang ramalan dan penggambaran Muhammad SAW sebagaimana disebutkan oleh Al-Wahidy

 Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah 75. Ayat ini adalah sebuah pemupusan akan harapan kaum Mukminin dari keimanan ahli kitab. Yakni janganlah kalian terlalu berharap mereka akan beriman, sedangkan akhlak mereka tidak mereka dan ada harapan kalian terhadap mereka, karena mereka dahulu merubah kalam Allah setelah mereka memahami dan mengetahuinya, lalu mereka membuat suatu makna yang tidak Allah kehendaki untuk menipu manusia bahwasanya makna-makna itu datangnya dari sisi Allah padahal itu bukanlah dari sisi Allah. Jika perilaku mereka terhadap kitab mereka sendiri –yang mana mereka meyakininya sebagai kemuliaan bagi mereka dan agama mereka-, mereka menghalangi manusia dari jalan Allah dengan kitab itu, maka bagimana mungkin mereka diharapkan percaya kepada kalian? Hal ini adalah perkara yang mustahil. 

Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H Makna kata : { أَفَتَطۡمَعُونَ } A fatathma’uuna : Hamzah di sini berperan sebagai kata tanya untuk pengingkaran dan menunjukkan sesuatu itu tidak akan terjadi. Thoma’ adalah terkaitnya diri pada sesuatu karena menginginkannya. { يُؤۡمِنُواْ لَكُمۡ } yu’minuu lakum : Mereka mengikuti kalian dalam beragama Islam. { كَلَٰمَ ٱللَّهِ } kalaamallah : Firman Allah dalam kitab-kitabNya seperti Taurat, Injil, dan al-Qur’an. { يُحَرِّفُونَهُۥ } yuharrifuunahu : at-Tahrif adalah memelintir perkataan sehingga tidak sesuai dengan makna aslinya sebagaimana yang mereka katakan mengenai karakteristik Rasulullah dalam kitab Taurat : Tajam pandangan matanya, perawakannya tinggi semampai, rambutnya keriting, dan tampan rupanya. Diganti menjadi : Tinggi perawakannya, dua matanya berwarna hijau, dan lurus rambutnya. Makna ayat : Allah Ta’ala mengingkari ambisi orang-orang mukmin yang menginginkan orang Yahudi untuk beriman kepada Nabi dan agama mereka, dan mengingatkan orang mukmin ketidakmungkinan itu dengan berbagai penjelasan mengenai watak orang Yahudi dahulu maupun sekarang, seperti berbuat curang, suka menipu dan rekayasa, melencengkan firman Allah, mengelabui, menyesatkan orang lain, sampai-sampai mereka tidak mendapat petunjuk kepada jalan yang benar. Maka orang yang begini keadaannya berat untuk diharapkan untuk bersih dari kemunafikan, berdusta, dan menyembunyikan kebenaran Pelajaran dari ayat : • Golongan manusia yang paling susah untuk tunduk dan menerima kebenaran adalah orang-orang Yahudi. 

Aisarut Tafasir / Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, mudarris tafsir di Masjid Nabawi Baik dengan menafsirkannya dengan tafsir yang tidak benar setelah mengetahui makna yang sesungguhnya mapun dengan merubah lafaz-lafaznya, padahal mereka mengetahui bahwa mereka telah merubah firman Allah dengan sengaja dan berdusta. Terutama sekali yang mereka rubah adalah mengenai sifat-sifat Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam yang ada dalam Taurat. 

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I Sesudah menjelaskan sikap orang yahudi, maka kemudian mengingatkan nabi Muhammad dan umat islam dengan mengajukan pertanyaan, yaitu apakah kamu, kaum muslim, sangat mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, meyakini kerasulan nabi Muhammad, dan beriman pada petunjuk Al-Qur'an' hal seperti ini mustahil dapat terwujud, sedangkan segolongan dari mereka sudah mendengar dan mengetahui firman Allah yang terdapat pada kitab taurat lalu mereka mengubahnya setelah memahaminya dan menafsirkannya sekehendak hati, padahal mereka, yaitu kaum yahudi madinah, mengetahuinya bahwa taurat itu berisi petunjuk bagi mereka. Keingkaran kaum yahudi tidak saja tecermin pada keingkaran mereka terhadap kerasulan nabi Muhammad, tetapi juga pada sikap munafiknya. Karakter ini nyata dan jelas apabila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman dari kelompok sahabat nabi, mereka berkata, kami telah beriman sebagaimana kalian meyakini kerasulan Muhammad. Tetapi apabila mereka kembali kepada sesamanya, mereka bertanya kepada kelompoknya, apakah akan kamu ceritakan kepada mereka yang menjadi pengikut Muhammad apa yang telah diterangkan Allah kepadamu di dalam taurat tentang akan datangnya seorang rasul yang bernama ahmad'nama lain nabi Muhammad, sehingga mereka atau umat islam itu dapat menyanggah kamu dan menyalahkanmu di hadapan tuhanmu, karena kerasulan Muhammad itu memang benar dan tercantum dalam taurat. Karena itu tidakkah kamu mengerti bahwa bila ini terjadi, yaitu penjelasan tentang kerasulan Muhammad, berarti kamu telah melakukan hal yang bodoh' ayat ini turun untuk menegaskan bahwa kaum yahudi pada dasarnya mengakui kenabian Muhammad, namun mereka tidak mengimaninya

Referensi: https://tafsirweb.com/452-surat-al-baqarah-ayat-75.html

MEMAHAMI AL BAQARAH 74



 ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَٰلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً ۚ وَإِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ الْأَنْهَارُ ۚ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَاءُ ۚ وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ ۗ وَمَا اللَّهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُونَ 

Terjemah Arti: Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-sekali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.

Terjemahan Makna Bahasa Indonesia (Isi Kandungan) Akan tetapi kalian tidak mendapatkan manfaat sedikitpun dari kejadian itu, sebab setelah ditampakannya mukjizat-mukjizat yang luar biasa ini, hati-hati kalian justru dan mengeras dan membeku, sehingga tidak ada kebaikan yang dapat sampai kepadanya, dan tidak dapat melunak dihadapan tanda-tanda kuasa Ku yang mencengangkan itu yang aku Perlihatkan kepada kalian semua, sehingga hati-hati kalian menjadi seperti batu hitam yang amat keras, bahkan sebenarnya hati-hati mereka jauh lebih keras dari batu itu, karena  sebagian bebatuan itu ada yang melebar dan berongga sehingga bisa mengalir  darinya dengan kuat, maka ia menjadi sungai-sungai yang mengalir. Dan sebagian batuan ada yang terbelah dan pecah,maka keluarlah darinya  mata air dan sumber air. Dan sebagian bebatuan bahkan ada yang jatuh dari gunung yang tinggi karena takut kepada Allah dan mengagungkan Nya. dan Allah tidak pernah lalai terhadap apa yang kalian perbuat. 

Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia 74. Kemudian hati kalian mengeras hingga menjadi seperti batu atau lebih keras lagi setelah menerima nasihat-nasihat yang menyentuh dan menyaksikan mukjizat-mukjizat yang nyata. Hati mereka tidak pernah berubah, sementara batu bisa berubah bentuknya. Karena terkadang ada batu yang memancarkan air hingga membentuk sungai. Ada juga batu yang retak-retak kemudian mengeluarkan air yang mengalir ke bumi dan dimanfaatkan oleh manusia dan binatang. Dan ada juga batu yang jatuh dari atas gunung karena takut kepada Allah. Sementara hati kalian tidak bisa begitu. Allah tidak akan lalai terhadap apa yang kalian perbuat. Dia mengetahuinya dan akan memberi kalian balasan yang setimpal. 
Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram 
74. ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُمْ (kemudian hatimu menjadi keras seperti batu) Yakni kosong dari ketaatan kepada ayat-ayat Allah padahal sebab-sebab agar hati tidak menjadi keras telah ada seperti hidupnya kembali mayat yang kemudian berbicara dan menentukan siapa pembunuhnya. مِنْ بَعْدِ ذَٰلِكَ (setelah itu) Yakni setelah Allah menunjukkan bagaimana menghidupkan sapi dan mayat. وَإِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ الْأَنْهَارُ ۚ (Padahal diantara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya) Yakni kemudian Allah memberi uzur bagi batu-batu akan tetapi tidak memberi uzur bani Adam. Yakni sebagian batu yang keras lebih lembut dibandingkan dengan hati kalian dalam hal kebenaran yang kalian akui. وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَاءُ ۚ (dan diantaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya) Dan ini adalah fenomena yang banyak kita dapatkan dibanyak tempat. وَإِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ ۗ (dan diantaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah) Dan ini juga adalah fenomena yang banyak kita dapatkan ketika batu yang besar jatuh dari puncak gunung dan menggelinding ke bawah dengan perintah Allah.

Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah 1 ). Diantara faidah penyerupaan kerasnya hati dengan kerasnya batu; padahal kenyataannya tidaklah hati itu sekeras batu : bahwasanya besi dan dan peluru jika dimasukkan kedalam api dia akan mencair, berbeda dengan batu. 2 ). Sebagaimana kamu melihat bebatuan itu hancur, dalam diri seorang mukmin juga ada tekanan yang menimbulkan adanya kecendrungan yang kuat untuk jatuh karena takut kepada Allah, dan angin-angin kerinduan semakin kencang mengantam rantingnya yang lemah; sehingga membuatnya tunduk dan rukuk dihadapan Allah -جل جلاله- .

Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari'ah Universitas Qashim Kemudian hati mereka mengeras (menolak) dari kebenaran dan tidak mau tunduk kepada ayat-ayat Allah setelah melihat peristiwa itu. Hati mereka seperti batu yang sangat keras bahkan lebih keras lagi. Akan tetapi di antara batu-batu itu, ada (batu-batu) yang lebih lembut daripada hati kalian. Sebagian dari batu-batu itu memancar darinya air sungai dan sebagian lainnya terbelah sehingga keluarlah darinya mata air kecil, dan sebagian lain dari batu-batu itu jatuh karena takut kepada Allah sebagaimana jatuhnya gunung di hadapan Musa. Dan hati kalian tidak menjadi lembut (setelah melihat peristiwa itu). Sesungguhnya Allah memperhatikan amal perbuatan kalian dan tata cara kalian melaksanakannya (sampai) hari kiamat 

Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah 74. “Kemudian hatimu menjadi keras, ” maksudnya mengeras dan menebal hingga nasihat tidak mampu berpengaruh padanya “setelah itu”, maksudnya, setelah Allah memberikan nikmat atas kalian dengan nikmat-nikmat yang besar dan memperlihatkan kepada kalian ayat-ayatNya, dan seharusnya tidaklah patut hati-hati kalian menjadi keras, karena apa yang kalian saksikan sendiri seharusnya menimbulkan kelembutan hati dan ketundukannya. Kemudian Allah menerangkan tentang kekerasan hati mereka yaitu bahwasanya ia, ”seperti batu” yang lebih keras daripada besi, karena besi dan timah apabila dibakar dalam api, niscaya akan meleleh, berbeda dengan batu. Dan firmanNya, “atau lebih keras lagi, ” maksudnya bahwa ia tidaklah terbatas hanya sekeras batu, dan (atau) di sini tidaklah bermakna (bahkan). Kemudian Allah menyebutkan tentang keutamaan batu atas hati mereka seraya berfirman, “padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan di antaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya dan di antaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah.” Maka dengan sifat-sifat itu, batu itu melebihi keutamaan hati mereka. Kemudia Allah mengancam mereka dengan ancaman yang paling keras seraya berfirman, “dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan , ” bahkan Allah sangat mengetahuinya, menghafalnya, baik kecil maupun besar, dan kalian akan di beri balasan atas perbuatan kalian dengan balasan yang paling sempurna dan paling penuh. Ketahuilah bahwasanya kebanyakan para ahli tafsir telah memperbanyak penyisipan cerita-cerita Bani Israil dalam tafsir mereka, dan memaknai ayat-ayat al-Qu’an menurut cerita-cerita tersebut. Mereka berhujjah dengan sabda Nabi sholallohu ‘alihi wasallam : “ceritakan tentang Bani Isroil, tida apa-apa” (HR. Bukhori : 3461) Dan menurut hemat saya adalah bahwasanya bila pun boleh meriwayatkan cerita-cerita mereka adalah dalam bentuk dialokasikan tersendiri tanpa dikaitkan dan tidak pula menjadi makna dasar atas kitabullah, karena sesungguhnya menjadikannya sebagai tafsir bagi kitabullah tidaklah boleh sama sekali apabila tidak shahih kabarnya dari Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam, hal itu jika derajatnya seperti yang Nabi sabdakan : “jangan membenarkan ahli kitab dan jangan juga mendustakan mereka” (HR. Bukhori : 4485) Apabila derajatnya diragukan, dan suatu hal yang pasti diketahui dalam agama islam bahwasanya al-Qur’an itu wajib di imani dengan keyakinan bulat, baik kata-katanya maupun makna-maknanya, oleh karena itu tidak boleh menjadikan cerita-cerita tersebut yang diriwayatkan secara majhul (tidak di ketahui) yang kemungkinan besar menurut akal adalah cerita dusta atau mayoritasnya adalah dusta, sebagai makna-makna al-Qur’an sebagai suatu yang pasti dan tidak ada seorang pun yang meragukannya, akan tetapi karena kelalaian terhadap hal ini akhirnya terjadilah apa yang terjadi. Hanya Allah sajalah Dzat yang membimbing.

Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H Makna ayat : Akan tetapi hati kalian justru menjadi keras dan membatu bahkan lebih keras lagi dari batu karena hati kalian tidak bisa lembut, lunak, dan merasa khusyu’. Berbanding terbalik dengan bebatuan, ada diantaranya yang memancarkan mata air, ada juga yang jatuh karena merasa takut kepada Allah Ta’ala seperti bukit Thursina yang berguncang tatkala Allah menampakkan diriNya, begitu juga seperti berguncangnya gunung Uhud tatkala berada di bawah kaki Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya. Kemudian Allah Ta’ala memberikan peringatan keras bahwasanya Dia tidak pernah lalai atas kelakuan kalian ketika melakukan dosa-dosa, dan akan membalas kalian dengan balasan yang setimpal jika kalian tidak bertaubat kepadaNya dan kembali ke jalan yang benar. Pelajaran dari ayat : • Orang-orang Yahudi adalah manusia yang paling keras hatinya sampai hari ini. Setiap tahun mereka merekayasa bencana sedang mereka tertawa gembira. • Termasuk tanda celaka adalah kerasnya hati, dalam hadits disebutkan;”Barangsiapa yang tidak menyayangi, tidak disayangi.”

Aisarut Tafasir / Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, mudarris tafsir di Masjid Nabawi Setelah dikaruniakan berbagai macam nikmat dan diperlihatkan ayat-ayat-Nya. Mereka tidak dapat mengambil pelajaran daripadanya, bahkan hati mereka malah menjadi keras seperti batu atau lebih keras lagi sehingga sulit ditembus oleh kebaikan, oleh nasehat dan tidak lunak di hadapan ayat-ayat Allah yang begitu jelas. Ya, hati mereka lebih keras daripada batu, padahal di antara batu itu ada yang memancarkan air, ada yang terbelah, bahkan ada yang meluncur dari tempat yang tinggi karena takut kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala. Di akhir ayat ini, Allah mengancam mereka dengan ancaman yang keras, yakni bahwa Dia tidak lalai terhadap apa yang mereka kerjakan, bahkan mengetahuinya baik yang kecil maupun yang besar dan nanti Dia akan memberikan pembalasan terhadapnya. 

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I Ayat-ayat berikut menerangkan respons kaum yahudi pada masa nabi Muhammad tentang kisah kakek moyangnya. Kemudian setelah kamu, kaum yahudi, mendengar kisah dan mengetahui sikap mereka itu, hatimu menjadi keras, sehingga menjadi seperti batu, atau bahkan lebih keras dari batu. Ungkapan ini mengisyaratkan bahwa mereka tetap tidak mau beriman walaupun telah mengetahui bukti-bukti kekuasaan Allah, seperti yang disebutkan pada ayat sebelumnya, bahkan mereka justru bertambah ingkar kepada tuhan. Padahal, dari batu-batu itu pasti ada sungai-sungai yang airnya memancar daripadanya, sementara dari celah hatimu tidak ada setitik cahaya ketakwaan yang memancar. Di antara batu itu ada pula yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya, tetapi hatimu tertutup rapat sehingga tidak ada cahaya ilahi yang terserap. Dan ada pula di antara batu itu yang meluncur jatuh karena tunduk dan takut kepada azab Allah, sedangkan hatimu semakin menunjukkan kesombongan yang tampak dari sikap dan tingkah lakumu. Bila kamu tidak mengubah sikap dan terus dalam keangkuhan, ketahuilah bahwa Allah tidaklah lengah atau lalai terhadap apa yang kamu kerjakan. Allah pasti mengetahui semua yang kamu perbuat, karena dia selalu mengawasimu setiap saat. Sesudah menjelaskan sikap orang yahudi, maka kemudian mengingatkan nabi Muhammad dan umat islam dengan mengajukan pertanyaan, yaitu apakah kamu, kaum muslim, sangat mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, meyakini kerasulan nabi Muhammad, dan beriman pada petunjuk Al-Qur'an' hal seperti ini mustahil dapat terwujud, sedangkan segolongan dari mereka sudah mendengar dan mengetahui firman Allah yang terdapat pada kitab taurat lalu mereka mengubahnya setelah memahaminya dan menafsirkannya sekehendak hati, padahal mereka, yaitu kaum yahudi madinah, mengetahuinya bahwa taurat itu berisi petunjuk bagi mereka.

Referensi: https://tafsirweb.com/450-surat-al-baqarah-ayat-74.html

Sabtu, 07 Desember 2019

MEMAHAMI AL BAQARAH 73


فَقُلْنَا اضْرِبُوهُ بِبَعْضِهَا ۚ كَذَٰلِكَ يُحْيِي اللَّهُ الْمَوْتَىٰ وَيُرِيكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ 


Terjemah Arti: Lalu Kami berfirman: "Pukullah mayat itu dengan sebahagian anggota sapi betina itu!" Demikianlah Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati, dam memperlihatkan padamu tanda-tanda kekuasaan-Nya agar kamu mengerti. 

Terjemahan Makna Bahasa Indonesia (Isi Kandungan) Maka Kami berfirman: “pukullah korban pembunuhan itu dengan bagian tubuh dari sapi betina yang telah disembelih itu, maka Sesungguhnya Allah akan membangkitkan nya dalam keadaan hidup dan ia akan memberitahukan kepada kalian siapa orang yang membunuhnya. Lalu mereka memukulnya dengan salah satu bagian tubuh sapi tu, maka Allah menghidupkannya dan dia memberitahukan siapa pembunuhnya. Seperti itulah Allah menghidupkan orang-orang yang mati pada hari kiamat, dan memperlihatkan kepada kalian -wahai Bani Israil- mukjizat-mukjizat Nya yang menunjukkan kesempurnaan kuasa Allah, Supaya kalian berpikir dengan akal kalian sehingga kalian bisa menahan diri dari perbuatan maksiat kepada Nya. 

Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia 73. Lalu Kami berfirman kepada kalian, “Pukullah korban pembunuhan itu dengan bagian dari tubuh sapi betina yang kalian sembelih atas perintah Allah. Karena Allah akan menghidupkannya kembali untuk memberitahukan siapa pembunuhnya.” Mereka benar-benar melakukan hal itu dan korban pembunuhan itupun memberitahukan siapa pembunuhnya. Sebagaimana Allah menghidupkan kembali orang yang sudah mati itu, begitulah kelak Allah akan menghidupkan kembali orang-orang yang mati di hari kiamat. Allah memperlihatkan kepada kalian bukti-bukti kekuasaan-Nya secara nyata, agar kalian memahaminya dan beriman kepada Allah -Ta'ālā- dengan sungguh-sungguh. 

Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram 73. فَقُلْنَا اضْرِبُوهُ بِبَعْضِهَا ۚ (Pukullah mayat itu dengan sebahagian anggota sapi betina itu!) Yakni dengan bagian dari anggota tubuh sapi itu. Dan mereka pun memuluknya lalu Allah menghidupkan mayat itu. كَذَٰلِكَ يُحْيِي اللَّهُ الْمَوْتَىٰ (Demikianlah Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati) Yakni menghidupkan sebagaimana menghidupkan mayat ini. وَيُرِيكُمْ آيَاتِهِ (dan memperlihatkan padamu tanda-tanda kekuasaan-Nya) Yakni tanda-tanda yang menunjukkan kesempurnaan kekuasaan Allah. Maka setelah mayat itu dihidupkan, mayat itu berkata: Fulan-lah yang membunuhku. 

Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah Lalu kami berfirman: “Pukullah korban yang terbunuh itu dengan salah satu anggota tubuh sapi betina yang telah disembelih itu. Kemudian mereka memukulnya, lalu Allah menghidupkannya dan memberitahu kepada mereka tentang siapa pembunuhnya. Seperti itulah Allah menghidupkan orang-orang mati pada hari kiamat dan menunjukkan kepada kalian tanda-tanda atas sempurnanya kekuasaanNya supaya kalian mengetahui kekuasaanNya. Bekerja keraslah kalian dalam (menjalankan) perkara yang telah diperintahkan 

Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili 72-73. Dan ketika mereka menyembelihnya, kami berkata kepada mereka; pukullah yang terbunuh itu dengan sebagian dari sembelihan tersebut, maksudnya dengan salah satu organ tubuhnya, organ tertentu ataupun organ mana saja darinya, karena dalam penentuannya juga tidak ada gunanya. Lalu mereka memukulnya dengan sebagiannya kemudian Allah menghidupkannya kembali, dan mengemukakan apa yang mereka sembunyikan, lalu Allah mengabarkan tentang pelaku pembunuhan, dan dalam tindakan Allah menghidupkannya –sedang mereka menyaksikan- adalah suatu dalil bahwa Allah itu menghidupkan yang mati agar kalian berpikir hingga kalian menghindari segala yang memudaratkan diri kalian. 

Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di Makna kata : { بِبَعۡضِهَاۚ } bi ba’dhihaa : Dengan bagian organ tubuh tertentu dari sapi tersebut seperti bagian lidahnya, atau kakinya. Makna ayat : Lantas Allah memerintahkan kalian agar memukul mayat dengan sebagian organ tubuh sapi betina, agar mayat itu hidup dan memberi tahukan siapa pembunuhnya. Akhirnya kalian melakukannya dan Allah menghidupkan mayat itu serta memberitahukan siapa pembunuhnya, dan dibunuhlah pelakunya. Allah Ta’ala ingin memperlihatkan melalui perantara kisah ini sebuah ayat dari ayat-ayatNya yang menunjukkan tentang kebijaksanaanNya, ilmuNya, kekuasaanNya. Sepantasnya kalian memikirkannya sehingga keimanan, akhlak, dan ketaatan kalian menjadi sempurna. Aisarut Tafasir / Abu Bakar Jabir al-Jazairi, pengajar tafsir di Masjid Nabawi Lalu Allah menghidupkan mayat itu, lantas mayat itu memberitahukan siapa pembunuhnya. Yakni seperti itulah Allah menghidupkan orang-orang yang telah mati pada hari kiamat. 

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I — هداية الإنسان بتفسير القران Sesudah sapi yang ditetapkan itu disembelih, lalu kami berfirman, pukullah mayat itu dengan bagian dari potongan atau daging sapi itu! dengan izin-Nya hiduplah orang yang sudah terbunuh itu. Demikianlah Allah memperlihatkan kekuasaan-Nya dengan menghidupkan kembali orang yang telah mati untuk mengungkap pelaku pembunuhan, dan dia dengan peristiwa ini memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kekuasaannya agar kamu mengerti dan percaya akan adanya hari kebangkitan yang pasti akan terjadi kelak. Ayat-ayat berikut menerangkan respons kaum yahudi pada masa nabi Muhammad tentang kisah kakek moyangnya. Kemudian setelah kamu, kaum yahudi, mendengar kisah dan mengetahui sikap mereka itu, hatimu menjadi keras, sehingga menjadi seperti batu, atau bahkan lebih keras dari batu. Ungkapan ini mengisyaratkan bahwa mereka tetap tidak mau beriman walaupun telah mengetahui bukti-bukti kekuasaan Allah, seperti yang disebutkan pada ayat sebelumnya, bahkan mereka justru bertambah ingkar kepada tuhan. Padahal, dari batu-batu itu pasti ada sungai-sungai yang airnya memancar daripadanya, sementara dari celah hatimu tidak ada setitik cahaya ketakwaan yang memancar. Di antara batu itu ada pula yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya, tetapi hatimu tertutup rapat sehingga tidak ada cahaya ilahi yang terserap. Dan ada pula di antara batu itu yang meluncur jatuh karena tunduk dan takut kepada azab Allah, sedangkan hatimu semakin menunjukkan kesombongan yang tampak dari sikap dan tingkah lakumu. Bila kamu tidak mengubah sikap dan terus dalam keangkuhan, ketahuilah bahwa Allah tidaklah lengah atau lalai terhadap apa yang kamu kerjakan. Allah pasti mengetahui semua yang kamu perbuat, karena dia selalu mengawasimu setiap saat

Referensi: https://tafsirweb.com/448-surat-al-baqarah-ayat-73.html

MEMAHAMI AL BAQARAH 72


وَإِذْ قَتَلْتُمْ نَفْسًا فَادَّارَأْتُمْ فِيهَا ۖ وَاللَّهُ مُخْرِجٌ مَا كُنْتُمْ تَكْتُمُونَ 

 Terjemah Arti: Dan (ingatlah), ketika kamu membunuh seorang manusia lalu kamu saling tuduh menuduh tentang itu. Dan Allah hendak menyingkapkan apa yang selama ini kamu sembunyikan. 

Terjemahan Makna Bahasa Indonesia (Isi Kandungan) Dan ingatlah ketika Kalian membunuh satu jiwa lalu kalian berselisih tentang urusan itu. Masing-masing dari kalian menolak tuduhan pembunuhan dari dirinya. Dan Allah mengungkapkan rahasia yang kalian sembunyikan tentang pembunuhan korban itu.

Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia 72. Dan ingatlah ketika kalian membunuh salah seorang di antara kalian, lalu kalian semua cuci tangan. Masing-masing membela diri dari tuduhan pembunuhan dan melemparkan tuduhan kepada orang lain. Kemudian kalian saling bertengkar. Dan Allah mengungkap kasus pembunuhan yang kalian sembunyikan itu, yaitu pembunuhan terhadap orang yang tidak bersalah. 

Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram 72. وَإِذْ قَتَلْتُمْ نَفْسًا فَادَّارَأْتُمْ فِيهَا ۖ (Dan (ingatlah), ketika kamu membunuh seorang manusia lalu kamu saling tuduh menuduh tentang itu) Yakni kalian saling bertengkar dan berselisih, setiap kalian membela diri kalian dan menuduh orang lain yang melakukan pembunuhan. مُخْرِجٌ (menyingkap) Yakni menyingkap apa yang kalian sembunyikan diantara kalian dalam masalah orang yang membunuh.

Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah Ingatlah ketika sebagian kalian membunuh orang, kalian saling memperdebatkan dan bertengkar tentang siapa pembunuhnya. Lalu Allah menampakkan apa yang kalian tutupi tentang perkara pembunuhan itu agar tersembunyi dari hakim 

Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili 72-73. Dan ketika mereka menyembelihnya, kami berkata kepada mereka; pukullah yang terbunuh itu dengan sebagian dari sembelihan tersebut, maksudnya dengan salah satu organ tubuhnya, organ tertentu ataupun organ mana saja darinya, karena dalam penentuannya juga tidak ada gunanya. Lalu mereka memukulnya dengan sebagiannya kemudian Allah menghidupkannya kembali, dan mengemukakan apa yang mereka sembunyikan, lalu Allah mengabarkan tentang pelaku pembunuhan, dan dalam tindakan Allah menghidupkannya –sedang mereka menyaksikan- adalah suatu dalil bahwa Allah itu menghidupkan yang mati agar kalian berpikir hingga kalian menghindari segala yang memudaratkan diri kalian. 

Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di Makna kata : { نَفۡسٗا } nafsan : Nyawa lelaki yang dibunuh oleh ahli warisnya karena tergesa-gesa ingin mendapat bagian harta warisannya { فَٱدَّٰرَٰٔتُمۡ فِيهَاۖ } faddara’tum fiihaa : Kalian saling berselisih atas pembunuhan itu, setiap kabilah menuduh kabilah lain yang membunuhnya. { مَّا تَكۡتُمُونَ } Maa taktumuuna : Apa yang kalian sembunyikan terkait identitas pembunuhnya. Kalian menutupinya agar terhindar dari hukuman dan rasa malu bagi kabilahnya. Makna ayat : Allah Ta’ala berfirman kepada orang-orang Yahudi seraya mencela mereka,”Ingatlah ketika seorang pendahulu kalian membunuh kerabatnya agar segera memperoleh warisannya, kemudian setiap kelompok berselisih mengenai pembunuhan itu dan tidak mau mengakui pembunuhnya berasal dari kelompoknya sendiri. Padahal Allah Ta’ala pasti akan menyingkap apa yang kalian sembunyikan untuk tegaknya keadilan serta mempermalukan kelompok yang tersangkut dengan kasus tersebut. Pelajaran dari ayat : • Kebenaran kenabian Muhammad sang Rasul serta pengukuhannya di depan orang-orang Yahudi dengan menceritakan kisah tentang generasi pendahulu mereka, yang mana kisah ini tidak diketahui oleh selain orang Yahudi. Hal itu sebagai penegakan hujjah atas orang-orang Yahudi. • Tersingkapnya watak asli orang-orang Yahudi dimana mereka itu mewariskan watak jahat, senang berbuat curang, dan berkhianat.

Aisarut Tafasir / Abu Bakar Jabir al-Jazairi, pengajar tafsir di Masjid Nabawi Latar belakang dari perintah penyembelihan sapi ini adalah terbunuhnya seorang tua yang kaya di kalangan bani israil yang belum terungkap pelakunya. Karena permohonan yang diajukan, maka Allah mengingatkan mereka dengan mengatakan dan ingatlah ketika salah seorang dari kamu membunuh seseorang yang tidak bersalah, lalu kamu tuduh-menuduh tentang peristiwa misterius itu. Akan tetapi, Allah dengan kehendak-Nya kemudian menyingkapkan apa yang kamu sembunyikan. Peristiwa ini menunjukkan bahwa Allah itu maha mengetahui apa saja yang tampak jelas atau yang disembunyikan. Sesudah sapi yang ditetapkan itu disembelih, lalu kami berfirman, pukullah mayat itu dengan bagian dari potongan atau daging sapi itu! dengan izin-Nya hiduplah orang yang sudah terbunuh itu. Demikianlah Allah memperlihatkan kekuasaan-Nya dengan menghidupkan kembali orang yang telah mati untuk mengungkap pelaku pembunuhan, dan dia dengan peristiwa ini memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kekuasaannya agar kamu mengerti dan percaya akan adanya hari kebangkitan yang pasti akan terjadi kelak

Referensi: https://tafsirweb.com/446-surat-al-baqarah-ayat-72.html

MEMAHAMI AL BAQARAH 71


Surat Al-Baqarah Ayat 71


 قَالَ إِنَّهُ يَقُولُ إِنَّهَا بَقَرَةٌ لَا ذَلُولٌ تُثِيرُ الْأَرْضَ وَلَا تَسْقِي الْحَرْثَ مُسَلَّمَةٌ لَا شِيَةَ فِيهَا ۚ قَالُوا الْآنَ جِئْتَ بِالْحَقِّ ۚ فَذَبَحُوهَا وَمَا كَادُوا يَفْعَلُونَ 


Terjemah Arti: Musa berkata: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya". Mereka berkata: "Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya". Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu.

Terjemahan Makna Bahasa Indonesia (Isi Kandungan) Musa berkata kepada mereka, “Sesungguhnya Allah berfirman: “sapi itu adalah sapi yang tidak diperuntukkan untuk bekerja membajak tanah untuk lahan pertanian, dan tidak dipergunakan untuk mengairi tanaman dari tempat penyiraman, dan  bebas dari semua jenis cacat, tidak ada padanya tanda warna  Selain warna dominan kulitnya.” Mereka berkata, “sekarang barulah kamu menyampaikan sifat  karakter sapi betina itu”. Maka mereka pun terpaksa menyembelihnya setelah memakan waktu yang lama dalam usaha pencarian yang sulit. dan sesungguhnya mereka hampir saja tidak melakukannya karena sifat pembangkangan mereka. Demikianlah mereka mempersulit diri sendiri sehingga Allah pun mempersulit mereka.

Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia 71. Musa bersabda kepada mereka, “Sesungguhnya Allah berfirman bahwa ciri-ciri sapi betina itu ialah tidak pernah digunakan untuk membajak sawah atau mengangkut air, selamat dari cacat, dan tidak ada warna lain di tubuhnya selain warna kuning.” Ketika itulah mereka berkata, “Nah, sekarang engkau telah memberikan ciri-cirinya secara rinci dan bisa menunjukkan sapi yang dimaksud secara tepat.” Dan mereka pun menyembelih sapi betina dengan ciri-ciri tersebut setelah mereka nyaris tidak bisa menyembelihnya gara-gara perdebatan dan keangkuhan mereka. 

Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram 71. لَا ذَلُولٌ Yakni tidak dijinakkan untuk dipakai bekerja. تُثِيرُ الْأَرْضَ Yakni untuk bercocok tanam وَلَا تَسْقِي الْحَرْثَ Yakni tidak termasuk (النواضح) yaitu hewan yang dipakai mengangkat air untuk pengairan perkebunan. مُسَلَّمَةٌ Yakni terbebas dari cacat لَا شِيَةَ فِيهَا ۚ Yakni sapi ini berwarna kuning sepenuhnya, tidak memiliki belang ditubuhnya. قَالُوا الْآنَ جِئْتَ بِالْحَقِّ ۚ Yakni mereka berkata: sekaranglah baru jelas sifat yang kamu sebutkan, kamu telah menjelaskan kebenaran yang harus kita jalankan. فَذَبَحُوهَا Yakni merekapun mendapatkan sapi sesuai dengan sifat yang telah dijelaskan, kemudian mereka menyembelihnya dan menjalankan apa yang diperintahkan kepada mereka yang sebenarnya adalah perintah yang mudah akan tetapi merekalah yang mempersulit. Dan perkataan mereka ini adalah bentuk dari kebebalan mereka karena sesungguhnya kebenaran telah datang kepada mereka pada saat pertama kali. وَمَا كَادُوا يَفْعَلُونَ Yakni kerena tidak adanya sapi yang memiliki sifat-sifat ini. Pendapat lain mengatakan karena harganya yang tinggi. Ada juga yang berpendapat karena mereka takut akan terbongkar masalah pembunuhan ini. Terdapat hadist yang dikeluarkan oleh Imam Thabari dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah bersabda: kalaulah saja Bani Israel tidak berkata (dan sesungguhnya kami insya Allah akan mendapat petunjuk) niscaya mereka tidak akan diberi penjelasan sedikitpun (tentang sapi ini). Seandainya mereka menyembelih sapi dengan sifat apapun niscaya itu cukup bagi mereka, akan tetapi mereka mempersulit diri mereka, maka Allah pun mempersulit mereka.

 Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah Lalu Musa berkata kepada mereka: “Sesungguhnya Allah berfirman kepada kalian, “Sesungguhnya sapi itu tidak digunakan untuk bekerja. Jadi, sapi itu tidak (untuk) membajak tanah, mengairi sawah seperti hewan tunggangan yang sudah dewasa lainnya yang digunakan untuk mengambil air dari sumur, tidak cacat, warna kuningnya tidak tercampur dengan warna mengkilap atau warna lain. Mereka berkata: “Sekarang kamu memberikan gambaran yang sempurna. Kemudian mereka mendapatkan sapi itu dari seorang pemuda yang patuh kepada ibunya, lalu mereka membelinya dengan harga yang sangat mahal. Mereka menyembelihnya dan hampir tidak melakukannya karena harganya yang mahal. Kalaupun mereka menyembelih sapi manapun tanpa mengajukan pertanyaan-pertanyaan ini, niscaya hal itu akan meringankan mereka. Akan tetapi mereka tetap bersikeras (dengan itu), maka Allah juga keras kepada mereka sebagaimana yang diriwayatkan Abu Hurairah 

Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili 71. “Musa berkata, ’sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai’.” Yakni belum pernah dimanfaatkan untuk bekerja, baik “membajak tanah” dengan bercocok tanam, ”dan tidak pula untuk mengairi tanaman, ” yakni, bukan dari hewan untuk bekerja, “tidak bercacat” dari aib atau dari bekerja, dan “tidak ada belangnya, ” yakni tidak ada warna padanya selain warna yang telah disebutkan sebelumnya. “Mereka berkata, ’sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya’.” Yakni dengan penjelasan yang sempurna, dan ini merupakan kejahilan mereka, kalau tidak demikian, niscaya dia telah membawakan mereka suatu kebenaran sejak semula. Sekiranya mereka tidak menyanggah sapi yang mana niscaya terlaksanalah yang di maksud dengan sapi apa saja, akan tetapi mereka ngeyel dengan memperbanyak pertanyaan, maka Allah memperlakukan mereka juga dengan keras, dan sekiranya mereka tidak mengatakan “insya allah”, niscaya mereka pun tidak akan di bimbing untuk mendapatkannya. “kemudian mereka menyembelihnya,” yaitu sapi yang telah dijelaskan dengan sifat-sifat tersebut, ”dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu” disebabkan sikap keras kepala yang terjadi dari mereka. 

Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di Makna kata : { الذلول } adz-Dzalul : Sudah jinak sehingga mudah untuk dikendalikan { تُثِيرُ ٱلۡأَرۡضَ } Tutsirul ardha : Membajak sawah dengan alat sehingga debunya beterbangan. Maknanya bhwa sapi itu belum pernah dipakai untuk membajak sawah atau untuk mengairi tanaman, karena masih terlampau kecil dan belum sampai umurnya. { مُسَلَّمَةٞ } Musallamah : Bebas dari cacat yang menimpa seperti buta sebelah dan pincang { لَّا شِيَةَ فِيهَاۚ } Laa syiyata fiihaa : Syiyah artinya adalah tanda. Artinya tidak terdapat warna lain selain warna dasarnya seperti tambahan warna hitam atau putih. Makna ayat : Andai saja mereka tidak banyak bertanya tentu dapat menggunakan sapi mana saja dan itu sudah mencukupinya. Akan tetapi mereka memberatkan diri sendiri sehingga Allah memperberat untuk mereka. Akhirnya mereka mendapatkan sapi yang sesuai persyaratan dengan usaha yang cukup berat dan mahal karena mereka membeli dari pemiliknya dengan harga emas sepenuh kulit sapi tersebut. Pelajaran dari ayat : • Sudah selayaknya untuk berhati-hati serta menghindari penggunaan kalimat yang bernada melecehkan kepada para nabi, semisal dengan ucapan Bani Israil,”Sekaranglah, kamu baru membawa kebenaran.” Karena hal ini dapat dipahami bahwa Nabi Musa baru membawa kebenaraan saat itu saja sedangkan yang sebelumnya tidak pernah. 

Aisarut Tafasir / Abu Bakar Jabir al-Jazairi, pengajar tafsir di Masjid Nabawi Karena sapi sesuai syarat yang disebutkan itu sukar diperoleh, hampir mereka tidak dapat menemukannya. Demikianlah, ketika mereka memperberat diri dengan banyak bertanya, maka Allah memberatkan mereka. 

Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I — هداية الإنسان بتفسير القران Karena permintaan-permintaan itu, kemudian nabi musa memohon kepada Allah agar diberi keterangan lanjutan. Dan dia, musa, kemudian menjawab, dia berfirman dan menerangkan bahwa sapi itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula pernah dipergunakan mengangkut air untuk mengairi tanaman, badannya sehat tidak berpenyakit, dan tanpa belang. Sesudah itu, kemudian mereka berkata, sekarang barulah engkau menerangkan hal yang sebenarnya tentang sapi itu. Lalu mereka menyembelihnya setelah menemukan sapi dengan ciri-ciri yang dijelaskan, dan nyaris mereka tidak dapat melaksanakan perintah itu karena sulitnya menemukan sapi dengan segala ciri yang mereka tanyakan. Latar belakang dari perintah penyembelihan sapi ini adalah terbunuhnya seorang tua yang kaya di kalangan bani israil yang belum terungkap pelakunya. Karena permohonan yang diajukan, maka Allah mengingatkan mereka dengan mengatakan dan ingatlah ketika salah seorang dari kamu membunuh seseorang yang tidak bersalah, lalu kamu tuduh-menuduh tentang peristiwa misterius itu. Akan tetapi, Allah dengan kehendak-Nya kemudian menyingkapkan apa yang kamu sembunyikan. Peristiwa ini menunjukkan bahwa Allah itu maha mengetahui apa saja yang tampak jelas atau yang disembunyikan

Referensi: https://tafsirweb.com/443-surat-al-baqarah-ayat-71.html