Cari Blog Ini

Selasa, 27 Juni 2023

Hikmah baca qur'an

 *TERNYATA MEMBACA AL-QUR'AN SETELAH MAGHRIB & SUBUH DAPAT MENINGKATKAN KECERDASAN OTAK SAMPAI 80%*


AKIBAT MEMBACA AL-QUR'AN TERUS MENERUS


Berkata Abdul Malik bin Umair:


“Satu-satunya Manusia yang Tidak Tua [awet muda] dan tidak pelupa adalah orang yang selalu membaca Al-Qur‘an.”


“Manusia yang Paling Jernih Akalnya adalah para pembaca Al-Qur‘an.”


Berkata Al-Imam Qurtubi :

“Barang siapa yang membaca Al-Qur‘an, maka Alloh akan menjadikan Ingatannya Segar meskipun Umurnya telah mencapai 100 tahun.”


Imam Besar Ibrohim al-Maqdisi memberikan wasiat pada muridnya Abbas bin Abdi Daim Rohimahullooh.


“Perbanyaklah membaca Al-Qur‘an jangan pernah kau Tinggalkan, karena sesungguhnya setiap yang kamu Inginkan akan di Mudahkan Setara dengan yang kamu baca.”


▶️Berkata Ibnu Sholah :

“Bahwasannya para Malaikat Tidak Diberi Keutama'an untuk membaca Al-Qur‘an, maka oleh karena itu para Malaikat Bersemangat untuk selalu Mendengar saja dari Bacaan Manusia.”


Berkata Abu Zanad :

“Di tengah malam, aku keluar menuju Masjid Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa sallam. Sungguh tidak ada satu Rumahpun yang aku lewati melainkan padanya ada yang Membaca Al-Qur‘an.”


Berkata sebagian ahli tafsir :

“Manakala kita menyibukkan diri dengan Al-Qur‘an maka kita akan Dibanjiri oleh sejuta Keberkahan dan Kebaikan di dunia. ”


“Kami memohon kepada Alloh agar memberikan taufiqnya kepada Kami dan semua yang membaca tulisan ini untuk selalu membaca Al-Qur‘an dan mengamalkan kandungannya.” 


Bila anda Cinta pada Al-Qur'an maka sebarkanlah. Demi Alloh, sekian banyak orang yang membaca Al-Qur‘an maka pahala akan mengalir pada anda.


📖JADIKAN AL-QUR‘AN TEMAN DI DUNIA DAN PENOLONG DI AKHIRAT📖


Hidup mati dan di bangkitkan bersama Al-Qur'an. Aamiin Alloohumma aamiin...

At-Taubah 19-22

 

Tafsir Surat At-Taubah, ayat 19-22

أَجَعَلْتُمْ سِقَايَةَ الْحَاجِّ وَعِمَارَةَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ كَمَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَجَاهَدَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ لَا يَسْتَوُونَ عِنْدَ اللَّهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ (19) الَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ أَعْظَمُ دَرَجَةً عِنْدَ اللَّهِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ (20) يُبَشِّرُهُمْ رَبُّهُمْ بِرَحْمَةٍ مِنْهُ وَرِضْوَانٍ وَجَنَّاتٍ لَهُمْ فِيهَا نَعِيمٌ مُقِيمٌ (21) خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ (22) }

Apakah (orang-orang ) yang memberi minum kepada orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidil Haram, kalian samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta berjihad di jalan Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah, dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada kaum yang zalim. Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah, dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan. Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat dari-Nya, keridaan, dan surga; mereka memperoleh di dalamnya kesenangan yang kekal, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya di sisi Allah-lahpahala yang besar.
ا يَسْتَوُونَ عِنْدَ اللَّهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
Mereka tidak sama di sisi Allah; dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada kaum yang zalim. (At-Taubah: 19)
Yakni orang-orang yang menduga bahwa diri mereka adalah ahli me­makmurkan masjid. Allah menyebut mereka sebagai orang-orang yang zalim karena kemusyrikan mereka, maka tiada manfaatnya amal mereka barang sedikit pun.
Ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan tafsir ayat ini, bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Al-Abbas ibnu Abdul Muttalib ketika ia ditawan dalam Perang Badar. Al-Abbas mengatakan, "Jikalau kalian mendahului kami karena Islam, hijrah, dan jihad, maka sesungguhnya kami adalah orang-orang yang memakmurkan Mesjidil Haram, memberi minum orang-orang haji, dan membebaskan (mengentaskan) kemiskinan." Maka Allah Swt. berfirman: Apakah (orang-orang) yang memberi minum kepada orang-orang yang mengerjakan haji kalian jadikan. (At-Taubah: 19) Sampai dengan firman-Nya: dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada kaum yang zalim. (At-Taubah: 19) Maksudnya, hal tersebut dilakukannya ketika ia masih dalam keadaan musyrik, karena Allah tidak mau menerima amal yang dilakukan dalam kemusyrikan


Tafsir Surat At-Taubah, ayat 19-22

Tafsir Jalalayn:

Apakah orang-orang yang memberi minum kepada orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidilharam kalian jadikan) orang-orang yang bertugas menunaikan hal-hal tersebut (sama dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta berjihad di jalan Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah) dalam hal keutamaannya (dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada kaum yang lalim) kepada orang-orang yang kafir. Ayat ini diturunkan berkenaan dengan sanggahan Allah terhadap orang yang mengatakan hal tersebut, dia adalah Abbas atau lainnya.

Tafsir Quraish Shihab:

Tidak sepantasnya kalian menyamakan kedudukan orang-orang musyrik yang memberi minum kepada orang-orang yang mengerjakan haji dan memakmurkan al-Masjid al-Haram itu dengan orang-orang yang beriman kepada Allah, mempercayai hari kebangkitan dan hari pembalasan serta berjihad di jalan Allah. Hal itu disebabkan karena mereka tidak sama kedudukannya di sisi Allah. Allah tidak akan menunjukkan jalan kebenaran kepada orang-orang yang selalu berbuat zalim terhadap orang lain dengan terus menerus menyakiti mereka.

Tafsir Jalalayn:

Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta dan diri mereka adalah lebih tinggi derajat) yaitu kedudukan (di sisi Allah) daripada orang-orang selain mereka (dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan) orang-orang yang memperoleh kebaikan.

Tafsir Quraish Shihab:

Orang-orang yang percaya kepada keesaan Allah dan berhijrah dari negeri kafir menuju negeri Islam serta menahan derita jihad di jalan Allah dengan mengorbankan harta dan jiwa, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah daripada orang-orang yang tidak memiliki sifat seperti itu. Merekalah orang-orang yang mendapat kemenangan berupa pahala dan kemuliaan dari Allah.

Tafsir Jalalayn:

Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat daripada-Nya, keridaan dan surga, mereka memperoleh di dalamnya kesenangan yang kekal) abadi.

Tafsir Quraish Shihab:

Mereka adalah orang-orang yang akan diberi kabar gembira dengan rahmat Allah yang luas dan menyeluruh, yang hanya diperintahkan oleh Allah bagi mereka dengan keridaan-Nya. Itu adalah balasan yang paling besar. Allah akan memasukkan mereka pada hari kiamat ke dalam surga-surga yang di dalamnya mereka mendapatkan kenikmatan yang sempurna dan abadi.

Tafsir Jalalayn:

Mereka kekal) menjadi kata keterangan dari lafal yang muqaddarah/tidak disebutkan (di dalamnya selama-lamanya. Sesungguhnya di sisi Allahlah pahala yang besar.)

Tafsir Quraish Shihab:

Mereka kekal di dalam surga itu dan tidak akan berpindah. Sesungguhnya di sisi Allah terdapat balasan yang besar dan pahala yang banyak.


Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah

19. أَجَعَلْتُمْ سِقَايَةَ الْحَآجِّ وَعِمَارَةَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ (Apakah (orang-orang) yang memberi minuman orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidilharam)
Allah mengingkari mereka yang telah menyamakan antara amal-amal yang mereka kerjakan di masa Jahiliyah yang nampak seperti amal-amal kebaikan meskipun tidak mendapat manfaat darinya dan antara keimanan orang-orang mukmin dan jihad mereka di jalan Allah.
Orang-orang musyrik dahulu membangga-banggakan perbuatan mereka memberi minum para jamaah haji dan mengurus Baitullah dan mengunggulkannya atas amal yang dilakukan oleh orang-orang beriman.

لَا يَسْتَوُۥنَ عِندَ اللهِ ۗ (Mereka tidak sama di sisi Allah)
Yakni golongan yang kafir yang memberi minum jamaah haji dan mengurus Masjidil Haram tidak sama dengan golongan yang beriman kepada Allah dan hari akhir, yang berjihad di jalan Allah. Lalu bagaimana mereka mengaku bahwa mereka lebih mulia dalam amalan dan kedudukan daripada orang-orang beriman.

وَاللهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِينَ(dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim)
Allah menyebut mereka dengan orang-orang yang zalim, maka tidak berguna lagi bagi mereka pemakmuran Masjidil Haram sedikitpun.
Kemudian Allah menjelaskan golongan yang lebih mulia pada ayat selanjutnya.

Sabtu, 24 Juni 2023

At-Taubah 17-18

 

Tafsir Surat At-Taubah, ayat 17-18

مَا كَانَ لِلْمُشْرِكِينَ أَنْ يَعْمُرُوا مَسَاجِدَ اللَّهِ شَاهِدِينَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ بِالْكُفْرِ أُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ وَفِي النَّارِ هُمْ خَالِدُونَ (17) إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلا اللَّهَ فَعَسَى أُولَئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ (18) }

Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan masjid-masjid Allah, sedangkan mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya, dan mereka kekal di dalam neraka. Yang memakmurkan masjid-masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan salat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah. Maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.
Allah Swt. menyebutkan bahwa tidaklah layak bagi orang-orang musyrik memakmurkan masjid-masjid Allah yang dibangun atas nama-Nya semata, tiada sekutu bagi-Nya.
أُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ}
Itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya. (At-Taubah: 17)
karena kemusyrikan mereka.
{وَفِي النَّارِ هُمْ خَالِدُونَ}
Dan mereka kekal di dalam neraka. (At-Taubah: 17)
Dalam ayat lain Allah Swt. berfirman:
{وَمَا لَهُمْ أَلا يُعَذِّبَهُمُ اللَّهُ وَهُمْ يَصُدُّونَ عَنِ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَمَا كَانُوا أَوْلِيَاءَهُ إِنْ أَوْلِيَاؤُهُ إِلا الْمُتَّقُونَ وَلَكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُونَ}
Mengapa Allah tidak mengazab mereka, padahal mereka menghalangi orang untuk (mendatangi) Masjidil Haram, dan mereka bukanlah orang-orang yang berhak menguasainya? Orang-orang yang berhak menguasainya hanyalah orang-orang yang bertakwa, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (Al-Anfal: 34)
itulah Allah Swt. berfirman:
{إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ}
Yang memakmurkan masjid-masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian. (At-Taubah: 18)
Allah Swt. mempersaksikan keimanan orang-orang yang memakmurkan masjid-masjid, seperti yang telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Disebutkan bahwa:
حَدَّثَنَا سُرَيْجٌ حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ، عَنْ عَمْرُو بْنُ الْحَارِثِ؛ أَنَّ دَرَّاجًا أَبَا السَّمْحِ حَدَّثَهُ، عَنْ أَبِي الْهَيْثَمِ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ؛ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِذَا رَأَيْتُمُ الرَّجُلَ يَعْتَادُ الْمَسْجِدَ فَاشْهَدُوا لَهُ بِالْإِيمَانِ؛ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: {إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ}
telah menceritakan kepada kami Syuraih, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, dari Amr ibnul Haris, bahwa Darij —yakni Abus Samah—pernah menceritakan kepadanya, dari Abul Haisam, dari Abu Sa'id Al-Khudri, bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Apabila kalian melihat seorang lelaki biasa pergi ke masjid, maka saksikanlah oleh kalian bahwa dia beriman. Allah Swt. telah berfirman, "Sesungguhnya orang-orang yang memakmurkan masjid-masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian.” (At-Taubah: 18)
Imam Turmuzi, Ibnu Murdawaih, dan Imam Hakim di dalam kitab Mu.stadrak-nya telah meriwayatkannya melalui hadis Abdullah ibnu Wahb dengan sanad yang sama.
وَأَقَامَ الصَّلاةَ}
dan mendirikan salat. (At-Taubah: 18)
Salat merupakan ibadah badaniah yang paling besar.
{وَآتَى الزَّكَاةَ}
dan menunaikan zakat. (At-Taubah: 18)
Zakat adalah amal yang paling utama, manfaatnya mengalir sampai kepada orang lain dalam bentuk santunan.
Firman Allah Swt.:
{وَلَمْ يَخْشَ إِلا اللَّهَ}
dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah. (At-Taubah: 18)
Yakni tidak takut dan tidak gentar kecuali hanya kepada Allah Swt.
{فَعَسَى أُولَئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ}
maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. (At-Taubah: 18)
Ali Ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang yang memakmurkan masjid-masjid Allah adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian. (At-Taubah: 18) Yakni orang yang menauhidkan Allah dan beriman dengan adanya hari kemudian, yakni beriman kepada apa yang diturunkan oleh Allah. dan mendirikan salat. (At-Taubah: 18) Yaitu salat lima waktu. dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah. (At-Taubah: 18) Maksudnya, tidak menyembah kecuali hanya kepada Allah. Kemudian Allah Swt. berfirman: maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk. (At-Taubah: 18) Yakni sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang berbahagia, seperti pengertian yang terkandung di dalam firman Allah Swt. kepada Nabi­Nya:
{عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا}
mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. (Al-lsra: 79)
Yaitu syafaat. Semua lafaz 'asa yang terdapat di dalam Al-Qur'an mengandung arti "hal yang pasti'.
Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar mengatakan bahwa 'asa (mudah-mudahan) yang dari Allah mengandung nal yang pasti.

Tafsir  Surat At-Taubah, ayat 17-18

Tafsir Jalalayn:

Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan mesjid-mesjid Allah) boleh dibaca mufrad dan boleh pula dibaca jamak, yakni dengan cara memasukinya dan duduk di dalamnya (sedangkan mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia) batal (amal perbuatannya dan mereka kekal di dalam neraka).

Tafsir Quraish Shihab:

Orang-orang musyrik tidak pantas memakmurkan masjid-masjid Allah. Mereka terus-menerus dalam kekufuran dan menyatakannya terang-terangan. Semua perbuatan orang-orang musyrik itu tidak akan dihiraukan oleh Allah dan tidak akan diberikan pahala bagi mereka. Mereka kekal di dalam neraka pada hari kiamat.

Tafsir Jalalayn:

Sesungguhnya yang memakmurkan mesjid-mesjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta tetap mendirikan salat, menunaikan zakat dan tidak takut) kepada seorang pun (selain kepada Allah, maka mereka orang-orang yang diharapkan termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk).

Tafsir Quraish Shihab:

Tetapi, orang-orang yang dapat memakmurkan masjid-masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah, percaya kepada hari kebangkitan dan hari balasan, melakukan salat sebagaimana yang diperintahkan, menunaikan zakat harta mereka dan tidak takut selain kepada Allah. Merekalah yang diharapkan menjadi orang-orang yang mendapatkan petunjuk ke jalan yang benar di sisi Allah.


Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia

Bukanlah termasuk urusan kaum musyrikin, memakmurkan masjid-masjid Allah, sedang mereka mengumumkan dengan terang-terangan kekafiran kepada Allah dan mereka mengadakan sekutu-sekutu bagiNya. Orang-orang musyrik itu telah terhapus amal-amal perbuatan mereka pada hari Kiamat, dan tempat kembali mereka adalah keabadian di dalam neraka.

Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah

17. مَا كَانَ لِلْمُشْرِكِينَ أَن يَعْمُرُوا۟ مَسٰجِدَ اللهِ (Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan mesjid-mesjid Allah)
Yakni tidak layak bagi mereka untuk menjadikan masjid-masjid sebagai tempat ibadah mereka dan menjadi pelayan-pelayan dari masjid-masjid tersebut.

شٰهِدِينَ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِم بِالْكُفْرِ ۚ( sedang mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir)
Dengan menunjukkan perbuatan kafir mereka seperti mendirikan patung-patung dan menyembahnya serta menjadikannya tuhan-tuhan. Lalu bagaimana mereka akan mengumpulkan hal ini dengan memakmurkan masjid-masjid yang menjadi urusan orang-orang beriman saja.
Pendapat lain mengatakan yang dimaksud pengakuan mereka ini adalah perkataan mereka ketika berthawaf: “aku penuhi panggilan-Mu, tidak ada sekutu bagi-Mu kecuali sekutu milik-Mu, yang Engkau miliki sedang sekutu itu tidak memiliki.

أُو۟لٰٓئِكَ حَبِطَتْ أَعْمٰلُهُمْ(Itulah orang-orang yang sia-sia pekerjaannya)
Yang mereka bangga-banggakan dan yang mereka kira merupakan amalan-amalan yang baik yang telah mereka kerjakan, diantaranya adalah memakmurkan masjid-masjid.
Yakni amalan-amalan mereka sirna tak tersisa.