Cari Blog Ini

Sabtu, 01 Februari 2020

NGAJI BARENG AL BAQARAH 101



وَلَمَّا جَاءَهُمْ رَسُولٌ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ مُصَدِّقٌ لِمَا مَعَهُمْ نَبَذَ فَرِيقٌ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ كِتَابَ اللَّهِ وَرَاءَ ظُهُورِهِمْ كَأَنَّهُمْ لَا يَعْلَمُونَ

Terjemah Arti: Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul dari sisi Allah yang membenarkan apa (kitab) yang ada pada mereka, sebahagian dari orang-orang yang diberi kitab (Taurat) melemparkan kitab Allah ke belakang (punggung)nya, seolah-olah mereka tidak mengetahui (bahwa itu adalah kitab Allah).


Terjemahan Makna Bahasa Indonesia (Isi Kandungan) 

Dan ketika Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam datang kepada mereka dengan  membawa  Alquran yang selaras dengan kandungan Taurat yang ada pada mereka, maka segolongan dari mereka melemparkan kitab Allah, dan meletakkannya di belakang punggung mereka, kelakuan mereka itu seperti kelakuan orang-orang jahil yang tidak mengetahui hakikat nya


TAFSIR 1
Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia  

101. Dan tatkala Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- datang kepada mereka sebagai utusan Allah dengan sifat-sifat yang sesuai dengan apa yang tertera di dalam Taurat, sebagian dari mereka berpaling dari apa yang ditunjukkan oleh kitab suci tersebut dan membuangnya ke belakang punggung mereka serta tidak memperdulikannya. Sifat mereka itu mirip dengan sifat orang bodoh yang tidak mau mengambil manfaat dari kebenaran maupun petunjuk yang ada, dan tidak memperdulikannya


TAFSIR 2
Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram

101. Dan ketika Nabi Muhammad datang kepada orang-orang Yahudi membawa al-Qur’an yang sesuai dengan kabar yang ada dalam Taurat, maka sebagian pendeta mereka kemudian mengingkari dan Taurat, sebab ia menunjukkan tanda kenabian Muhammad, seakan-akan Taurat tidak menyebutkan Muhammad sama sekali dan seakan-akan mereka tidak mengetahui sama sekali tentangnya.

TAFSIR 3
Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah 
101. وَلَمَّا جَاءَهُمْ رَسُولٌ (Dan setelah datang kepada mereka seorang Rasul) Yakni datang Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam . نَبَذَ فَرِيقٌ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ كِتَابَ اللَّهِ (sebahagian dari orang-orang yang diberi kitab (Taurat) melemparkan kitab Allah) Yakni orang-orang Yahudi yang diberikan oleh Allah kitab taurat dan dimuliakan dengannya, akan tetapi kemudian mereka melemparnya. Karena mereka kafir terhadap nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan terhadap apa yang diturunkan kepadanya setelah Allah mengambil perjanjian dengan mereka dalam taurat untuk beriman kepada Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sekaligus membenarkan dan mengikutinya, dan menjelaskan sifat-sifatnya. Sehingga dengan itu mereka dianggap telah melempar taurat dan melanggarnya, serta menolak apa yang ada didalamnya. كَأَنَّهُمْ لَا يَعْلَمُونَ (seolah-olah mereka tidak mengetahui (bahwa itu adalah kitab Allah)) Yakni beramal amalan orang yang tidak mengetahui.


TAFSIR  4
Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah 
101-102 1 ). Barangsiapa yang meninggalkan hal yang bermanfaat baginya, padahal ia mampu mengambil darinya manfaat tetapi ia tidak mengambilnya, niscaya ia akan disibukkan dengan perkara yang membahayakan dirinya. 2 ). Jika manusia berpaling dari wahyu yang Allah firmankan kepada Rasul-Nya; maka tanpa ia sadari akan mengikuti wahyu syaithon ; perhatikanlah firman Allah tentang kaum Yahudi tatkala mereka melemparkan kitab Allah kebelakang punggung mereka : { وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ } "Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan" dan peristiwa ini adalah norma yang telah lampau yang kerap terjadi pada kaum-kaum pembangkang yang menolak kebenaran firman Allah : { وَمَنْ يَعْشُ عَنْ ذِكْرِ الرَّحْمَٰنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ } "Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al Quran), kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya". [ az-zukhruf : 36 ].

TAFSIR 5
Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah 89-90. 

Allah mengabarkan bahwasannya yahudi ketika datang Nabi ﷺ kepada mereka yang membenarkan taurat dan kenabian Musa; para ulama mereka mendustakan taurat dan meninggalakan dibelakang mereka karena kesombongan; karena kepada taurat tersebut dikabarkan akan kenabian Muhammad ﷺ . Allah menjelaskan bahwasannya mereka meninggalkan taurat dan menolaknya seolah – olah mereka tidak mengetahui perintah didalamnya berkenaan dengan perintah mengikuti Muhammad ﷺ serta membenarkannya.

TAFSIR 6
Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H 

Makna kata : { رَسُولٞ } Rasul : Bentuk nakirah pada kata rasul untuk mengagungkan, dan yang dimaksud dengan ar-Rasul adalah Muhammad ﷺ, dan sebelumnya adalah Isa ‘alaihissalam. { لِّمَا مَعَهُمۡ } Limaa ma’ahum : Pengetahuan mengenai sifat-sifat Rasulullah ﷺ serta penetapan kenabiannya, serta seluruh pokok agama yang ada dalam kitab Taurat. { كِتَٰبَ ٱللَّهِ } Kitaaballah : Kitab Taurat. Karena kitab ini menunjukkan kenabian Nabi Muhammad serta kebenaran agama Islam. { وَرَآءَ ظُهُورِهِمۡ } waroo’a dzuhuurihim : Mereka berpaling dan tidak menoleh kepada kitab Taurat lagi karena menanggap kitabnya tidak sesuai dengan kekufuran mereka terhadap nabi Muhammad ﷺ. Seakan akan mereka tidak mengetahui isinya, padahal mereka benar-benar mengetahuinya. Makna ayat : Dalam ayat 101 Allah Ta’ala mencela sikap para pemuka agama dari kalangan Yahudi yang telah meninggalkan ajaran kitab Taurat, karena mereka melihat bahwa kitab Taurat menetapkan kenabian Muhammad ﷺ . Allah Ta’ala berfirman (وَلَمَّا جَآءَهُمۡ رَسُولٞ مِّنۡ عِندِ ٱللَّهِ مُصَدِّقٞ لِّمَا مَعَهُمۡ نَبَذَ فَرِيقٞ مِّنَ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡكِتَٰبَ كِتَٰبَ ٱللَّهِ وَرَآءَ ظُهُورِهِمۡ كَأَنَّهُمۡ لَا يَعۡلَمُونَ ) “Dan setelah datang kepada mereka seorang rasul dari sisi Allah yang membenarkan apa (kitab) yang ada pada mereka, sebagian dari orang-orang yang diberi kitab (Taurat) melemparkan kitab Allah ke belakang (punggung)nya seolah-olah mereka tidak mengetahui (bahwa itu adalah kitab Allah) Pelajaran dari ayat : • Kitab Taurat merupakan salah satu kitab Allah yang diturunkan kepada hamba dan rasulNya Musa bin Imran ‘alaihissalam • Besarnya kejahatan orang yang mengingkari kebenaran setelah mengetahuinya, sehingga dia menjadi orang yang seolah-olah tidak mengetahuinya.

TAFSIR 7
Aisarut Tafasir / Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, mudarris tafsir di Masjid Nabawi 


Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam datang kepada mereka membawa kitab yang membenarkan apa yang ada pada mereka. Mereka tinggalkan kitab Allah karena sesuai dengan apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam. Yakni mereka seperti orang-orang yang jahil yang tidak mengetahui isi al kitab



TAFSIR 8
Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I 
Ayat ini menjelaskan sisi lain dari keburukan orang-orang yahudi. Dan setelah datang kepada mereka seorang rasul dari Allah, yakni nabi Muhammad dengan membawa kitab suci yang membenarkan apa yang ada pada mereka, yakni kitab suci, sebagian dari orang-orang yahudi yang diberi kitab taurat melemparkan kitab Allah itu ke belakang punggung, yakni mengabaikan nya sama sekali, seakan-akan mereka tidak tahu yang dilempar nya adalah kitab Allah, padahal mereka sangat mengetahui dan mereka, yakni sebagian pendeta-pendeta yahudi yang meninggalkan taurat, mengikuti apa yang dibaca oleh setan-setan pada masa kerajaan sulaiman. Ketika rasulullah menye butkan sulaiman sebagai seorang nabi, sebagian pendeta yahudi mengatakan, tidakkah kamu heran karena Muhammad mengatakan bahwa sulaiman bin daud adalah nabi, padahal ia adalah seorang tukang sihir' Allah lalu menurunkan ayat yang menyatakan bahwa sulai man itu tidak kafir, tidak pula tukang sihir, tetapi setan-setan itulah yang kafir, mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua malaikat di negeri babilonia, yaitu harut dan marut. Padahal keduanya tidak mengajarkan sesuatu kepada seseorang sebelum mengatakan. Sesungguhnya kami hanyalah cobaan yang Allah turunkan bagimu, sebab itu janganlah kafir dan jangan pula kamu mengguna kannya untuk mencelakakan orang lain! maka mereka mempelajari dari keduanya, kedua malaikat itu, apa, yakni sihir yang dapat memisahkan antara seorang suami dengan istrinya. Mereka tidak akan dapat mencelakakan seseorang dengan sihirnya kecuali dengan izin Allah. Mereka mempelajari sesuatu yang mencela kakan dan tidak memberi manfaat kepada mereka. Dan sungguh, mereka sudah tahu, barang siapa membeli atau menggunakan sihir itu, niscaya tidak akan mendapat keuntungan di akhirat. Dan sung guh, sangatlah buruk perbuatan mereka yang menjual dirinya dengan sihir, sekiranya mereka tahu.


TAMBAHAN:
Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari'ah Universitas Qashim - Saudi Arabia 

Ketika Allah mengutus seorang rasul kepada kaum Yahudi dengan seseorang yang bernama Muhammad SAW, mereka bersedia mempercayai sifat-sifat kenabiannya sebagaimana telah dijelaskan dalam Taurat. Namun ada saja sekelompok dari mereka yang menolak dan mengingkari penjelasan pendeta Yahudi tentang Taurat. Mereka tidak mengamalkan perintah Taurat, seakan-akan mereka tidak mengetahui apapun tentang apa yang diperintahkan dalam Taurat. Maka amal mereka menjadi amal orang-orang yang tidak berilmu

An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi 101. 

Maksudnya, ketika Rosul yang mulia ini telah datang kepada mereka dengan membawa kitab yang agung dengan kebenaran yang sesuai dengan apa yang ada pada mereka sedang mereka mengaku bahwa mereka berpegang teguh kepada kitab mereka tersebut, lalu ketika mereka mengingkari Rosul tersebut dan apa yang beliau bawa, maka “orang-orang yang diberi kitab (Taurat) meelemparkan kitab Allah” yang diturunkan kepada mereka, maksudnya mereka melemparkannya karena benci terhadapnya, “ke belakang (punggung) nya.” Ini adalah sikap parah dalam pengingkaran, seolah-olah mereka dengan tindakannya itu, adalah orang-orang yang tidak tahu, padahal mereka mengetahui kebenarannya dan hakikat kitab yang dibawanya. Maka jelaslah dengan hal ini bahwa kelompok ini berasal dari ahli kitab yang mana kitab tersebut tidak akan tetap berada di tangan mereka selama mereka tidak beriman kepada Rosul tersebut, maka kekufuran mereka kepada Nabi adalah sebuah pengingkaran terhadap kitab mereka sendiri, tanpa mereka sadari. Dan ketika hukum takdir dan hikmah tuhan bahwa barangsiapa yang meninggalkan suatu hal yang bermanfaat baginya dan sangat mungkin dia mengambil manfaat darinya, namun tidak dia manfaatkan, niscaya dia akan diuji dengan disibukkan oleh suatu hal yang justru memudaratkannya, maka barangsiapa yang meninggalkan penyembahan kepada Dzat yang Maha Pengasih, niscaya dia diuji dengan menyembah berhala, dan barangsiapa yang meninggalkan cinta kepada Allah, takut dan berharap kepadaNya, niscaya akan diuji dengan cinta kepada selain Allah, takut dan mengharapnya, barangsiapa yang tidak mengeluarkan hartanya dalam ketaatan kepada Allah niscaya dia akan mengeluarkannya dalam ketaatan kepada setan, barangsiapa yang meninggalkan kepasrahann hanya kepada Rabbnya, niscaya ia akan diuji dengan kepasrahan kepada hamba-hambaNya, dan barangsiapa yang meninggalkan kebenaran, niscaya dia akan diuji dengan kebatilan.


DIKUTIP DARI:

Referensi: https://tafsirweb.com/509-surat-al-baqarah-ayat-101.html
dan telah disampaikan pada pengajian "ngaji bareng al baqarah 98-101 di mushola al musyarafah,Petamburan jakarta pusat,Ahad, 02.02.2020,oleh Ust.Uripudin,S.Ag,M.Pd

NGAJI BARENG AL BAQARAH 100


أَوَكُلَّمَا عَاهَدُوا عَهْدًا نَبَذَهُ فَرِيقٌ مِنْهُمْ ۚ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ



Terjemah Arti: Patutkah (mereka ingkar kepada ayat-ayat Allah), dan setiap kali mereka mengikat janji, segolongan mereka melemparkannya? Bahkan sebagian besar dari mereka tidak beriman.

Terjemahan Makna Bahasa Indonesia (Isi Kandungan) 

Alangkah buruk kondisi Bani Israil dalam pelanggaran-pelanggaran mereka terhadap perjanjian-perjanjian, Maka tiap kali mereka mengadakan perjanjian sebagian golongan dari mereka melemparkannya dan melanggarnya, maka kamu saksikan mereka itu menjalin sesuatu perjanjian hari ini dengan serius dan mereka melanggar esok hari, bahkan kebanyakan dari mereka itu tidak membenarkan Wahyu yang dibawa oleh nabi Allah dan rasulnya Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam


TAFSIR 1
Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia  

100. Di antara keburukan orang-orang Yahudi ialah setiap kali mereka berjanji kepada diri mereka sendiri -salah satunya ialah mengimani isi Taurat tentang kenabian Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- sebagian dari mereka mengingkari janji tersebut. Bahkan mayoritas orang-orang Yahudi itu tidak beriman kepada Allah dengan sungguh-sungguh, karena iman yang sejati selalu mendorong seseorang untuk menepati janji


TAFSIR 2
Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram

100. Allah mengolok orang-orang Yahudi yang berkali-kali membuat perjanjian, namun sebagian mereka kemudian melanggar perjanjian itu, sebab mereka tidak mempercayai risalah Rasulullah

TAFSIR 3
Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah 

100. أَوَكُلَّمَا عَاهَدُوا عَهْدًا نَبَذَهُ فَرِيقٌ مِنْهُمْ (Patutkah (mereka ingkar kepada ayat-ayat Allah), dan setiap kali mereka mengikat janji, segolongan mereka melemparkannya?) Makna (نبذه) melempar dan membuangnya. Dan maksudnya adalah melanggarnya. Dan sifat dari orang mukmin yang benar adalah memegang teguh pada janji dan menunaikannya.

TAFSIR  4
Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah 

Setiap kali kaum Yahudi berjanji untuk sungguh-sungguh mengamalkan perintah Taurat, selalu ada sekelompok kaum yang mengingkari dan membangkang dengan perintah Taurat maupun janji mereka sendiri. Bahkan, kebanyakan kaum Yahudi tidak beriman kepada Allah dan rasul-Nya. Lantas bagaimana bisa mereka akan menepati janji mereka? Sebab turunnya ayat ini adalah ketika Nabi Muhammad SAW sudah diutus menjadi nabi, Malik bin Shaif berkata: “Demi Allah, Muhammad tidak diutus untuk kami, dan kami tidak mempunyai ikatan janji apapun dengan Muhammad.” Sehingga turunlah ayat ini

TAFSIR 5
Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah 

Allah mengabarkan bahwasannya mereka yahudi ketika menyetujui persetujuan menyelisihnya, mereka adalah satu kaum yang tidak memiliki perjanjian. Kemudian Allah menjelaskan bahwasannya kebanyakan yahudi tidak beriman dengan Taurat yang diturunkan Allah kepada utusan – utusan mereka, mereka adalah suatu kaum yang tercela yang jahat secara tabiat dan pembohong



TAFSIR 6
Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H 

Makna kata : { أَوَ كُلَّمَا عَٰهَدُواْ } Au kullamaa ‘aahaduu : Huruf hamzah digunakan sebagai istifham inkariy (kata tanya untuk pengingkaran), dan huruf wawu sebagai ‘athof (kata sambung) dengan kalimat tersembunyi yang berbunyi “Apakah mereka ingkar kepada Al-Qur’an dan setiap kali mereka berjanji..” { العهد } al-‘Ahdu : Perjanjian yang mengikat { نَّبَذَهُ } Nabadzahu : Melemparnya dan membuangnya begitu saja dan tidak mempedulikannya. Makna ayat : Pada ayat 100 Allah Ta’ala mengingkari kekufuran orang-orang Yahudi dan kesukaan mereka mengingkari perjanjian. Allah Ta’ala mencatat bahwa kebanyakan orang Yahudi tidak beriman dalam firmanNya (بَلۡ أَكۡثَرُهُمۡ لَا يُؤۡمِنُونَ ) “Akan tetapi kebanyakan mereka tidak beriman.” Pelajaran dari ayat : • Orang-orang Yahudi tidak bisa menepati perjanjian, maka sudah seharusnya bagi kita tidak mempercayai perjanjian yang mereka buat selamanya.

TAFSIR 7
Aisarut Tafasir / Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, mudarris tafsir di Masjid Nabawi 
Dalam ayat ini terdapat kesan ta'ajjub, yakni aneh sekali dan sangat mengherankan, mereka banyak berjanji namun tidak memenuhinya; hari ini mereka berjanji, besok sudah melanggarnya


TAFSIR 7.1

An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi

100. Ayat ini menunjukkan tentang suatu keheranan karena banyaknya perjanjian mereka dan tidak sabarnya mereka untuk menunaikan janji-janji itu. Kata “setiap kali” mengandung makna pengulangan, maka setiap kali ada janji, setiap kali itu juga ada pengingkaran. Apakah sebab dari semua itu?. Sebabnya adalah bahwa mayoritas mereka tidak beriman, oleh karena ketiadaan iman mereka itulah yang membawa mereka kepada pengingkaran terhadap janji-janji tersebut. Seandainya keimana mereka itu benar maka pasti mereka akan seperti orang yang firmankan : "Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya)," (QS. Al-Ahzab : 23)

TAFSIR 8
Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I 

Ayat ini berisi kecaman dengan redaksi pertanyaan yang mengandung bukti-bukti yang dipaparkan oleh Allah. Dan mengapa setiap kali mereka mengikat janji dengan Allah, ter masuk janji untuk percaya jika nabi yang diutus-Nya datang, sekelompok mereka melanggarnya, menyepelekannya, dan mengingkarinya' sedikit sekali dari mereka yang menepati janji, sedang kan sebagian besar mereka tidak beriman. Sikap-sikap buruk sudah berkumpul sedemikian rupa dalam diri sebagian besar bani israil. Mereka adalah pendengki, keras kepala, licik, dan selalu mengingkari janji. Namun demi kian, masih ada sebagian kecil dari mereka yang beriman. Ayat ini menjelaskan sisi lain dari keburukan orang-orang yahudi. Dan setelah datang kepada mereka seorang rasul dari Allah, yakni nabi Muhammad dengan membawa kitab suci yang membenarkan apa yang ada pada mereka, yakni kitab suci, sebagian dari orang-orang yahudi yang diberi kitab taurat melemparkan kitab Allah itu ke belakang punggung, yakni mengabaikan nya sama sekali, seakan-akan mereka tidak tahu yang dilempar nya adalah kitab Allah, padahal mereka sangat mengetahui.


DIKUTIP DARI:

Referensi: https://tafsirweb.com/507-surat-al-baqarah-ayat-100.html
dan telah disampaikan pada pengajian "ngaji bareng al baqarah 98-101 di mushola al musyarafah,Petamburan jakarta pusat,Ahad, 02.02.2020,oleh Ust.Uripudin,S.Ag,M.Pd

NGAJI BARENG AL BAQARAH 99



وَلَقَدْ أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ آيَاتٍ بَيِّنَاتٍ ۖ وَمَا يَكْفُرُ بِهَا إِلَّا الْفَاسِقُونَ

Terjemah Arti: Dan sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu ayat-ayat yang jelas; dan tak ada yang ingkar kepadanya, melainkan orang-orang yang fasik.



Terjemahan Makna Bahasa Indonesia (Isi Kandungan) 

Dan sungguh kami telah menurunkan kepadamu -wahai Rasul- tanda-tanda, penjelasan kebenaran yang paling jelas,  yang menunjukkan bahwa kamu adalah Rasul dari Allah secara benar dan hak, dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat itu  kecuali orang-orang yang keluar dari agama Allah.


TAFSIR 1
Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia  

99. Dan sungguh Kami telah menurunkan kepadamu -wahai Nabi- tanda-tanda jelas yang menunjukkan kebenaranmu dalam hal kenabian dan wahyu yang engkau bawa. Tidak ada yang mengingkari tanda-tanda itu kecuali orang-orang yang keluar dari agama Allah


TAFSIR 2
Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram

99. Sungguh Kami telah menurunkan kepadamu -karena keagungan dan kekuasaan Kami- hai Rasulullah, bukti-bukti yang jelas dan terang yang menunjukkan kebenaran risalahmu; dan tidak ada orang yang mendustakannya melainkan orang yang menyelisihi perintah Allah.

TAFSIR 3
Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah 
99. وَلَقَدْ أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ آيَاتٍ بَيِّنَاتٍ ۖ (sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu ayat-ayat yang jelas) Yakni sesungguhnya ayat-ayat yang diturunkan kepadamu dalam perihal orang-orang Yahudi ini adalah tanda-tanda yang jelas atas kenabianmu. وَمَا يَكْفُرُ بِهَا إِلَّا الْفَاسِقُونَ (dan tak ada yang ingkar kepadanya, melainkan orang-orang yang fasik) Yakni karena begitu jelasnya ayat-ayat ini maka tidak ada yang kafir terhadapnya kecuali orang yang telah keluar dari perintah Allah dan mengikuti hawa nafsunya sebagaimana orang-orang Yahudi yang berdebat dengan Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallambukan untuk mencari kebenaran untuk mereka ikuti.

TAFSIR  4
Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah 
Wahai nabi, Kami telah menurunkan kepada kamu tanda dan bukti kenabianmu, karena tanda dan bukti itu sangat jelas dan terang, sehingga hanya orang-orang fasik-lah yang tidak mempercayaimu. Mereka telah keluar dari perintah Allah. Ibnu Abu Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Abdullah bin Suraya bertanya kepada Nabi SAW : Wahai Muhammad, Engkau datang kepada kami membawa agama yang belum kami ketahui, namun ayat yang Allah wahyukan kepadamu adalah ayat-ayat yang jelas dan menjelaskan. Maka turunlah ayat in

TAFSIR 5
Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah 
Ketahuilah wahai nabi Allah diturunkan kepadamu ayat – ayat yang jelas sebagai bukti dan tidaklah menolak ayat ini kecuali fasik dan perintah Rabb-Nya dan keluar dari ketaatan-Nya.

TAFSIR 6
Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H 

Makna kata : {ءَايَٰتِۢ بَيِّنَٰتٖۖ } Aayatim bayyinaat : Yaitu ayat-ayat al-Qur’anul kariim yang jelas maknanya. { يَكۡفُرُ بِهَآ } Yakfuru bihaa : Mengingkarinya sebagai kitab Allah dan wahyuNya yang diturunkan kepada rasulNya Muhammad ﷺ { ٱلۡفَٰسِقُونَ } al-Faasiqun : Orang-orang yang menentang kewajiban yang seharusnya dilakukan seperti beriman kepada Allah dan tunduk kepadaNya secara lahir dan batin. Makna ayat : Masih saja ayat-ayat ini membicarakan tentang penetapan kenabian Rasulullah fdfa dan keumuman risalah yang dibawanya, serta bantahan terhadap orang-orang Yahudi dan menampakkan berbagai bentuk kefasikan, kekafiran dan kezhaliman mereka. Pada ayat 99 Allah Ta’ala membantah pernyataan seorang Yahudi yang bernama Ibnu Shuriya yang menyatakan kepada Nabi ﷺ “Engkau tidak membawa apa-apa kepada kami.” Maka Allah berfirman (وَلَقَدۡ أَنزَلۡنَآ إِلَيۡكَ ءَايَٰتِۢ بَيِّنَٰتٖۖ وَمَا يَكۡفُرُ بِهَآ إِلَّا ٱلۡفَٰسِقُونَ ) “Dan sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu ayat-ayat yang jelas, dan tidaklah ada yang mengingkarinya kecuali orang-orang fasik.” Orang fasik yang dimaksud adalah A’war bin Shuriya seorang Yahudi. Pelajaran dari ayat : • Kefasikan pada umumnya dapat menyeret kepada kekafiran. Seorang hamba jika berbuat kefasikan dan terus menerus melanggar perintah-perintah Allah dan rasulNya, akan menyebabkan dia mengingkari hal-hal yang Allah haramkan dan hal-hal yang Allah wajibkan, maka dengan hal itu dia menjadi kafir. Hanya kepada Allah kita berlindung.


TAFSIR 7
Aisarut Tafasir / Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, mudarris tafsir di Masjid Nabawi 

Di mana dengan ayat-ayat tersebut orang yang mencari petunjuk akan memperolehnya, dengan ayat-ayat tersebut hujjah tegak kepada orang-orang yang tetap kafir. Karena begitu jelas dan penuh dengan kebenaran sampai-sampai tidak ada yang menolaknya kecuali orang-orang yang fasik; keluar dari keta'atan kepada Allah Azza wa Jalla dan bersikap sombong.


TAFSIR 7.1
An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi

99. Allah berfirman kepada NabiNya, Muhammad Sholallohu 'alaihi wasallam, “Dan sungguh Kami telah menurunkan kepadamu ayat-ayat yang jelas, ” yang dapat diperoleh darinya petunjuk bagi orang yang mencari hidayah, dan menegakkan hujjah atas orang yang menentangnya, di mana ayat-ayat itu dalam penjelasan dan penunjukannya (dilalah) kepada kebenaran sangatlah jelas, hingga tidak mungkin ditolak kecuali oleh orang-orang yang menyimpang dari perintah Allah dan bermaksiat dari ketaatan kepadaNya, serta berlaku sombong dengan kesombongannya yang besar.


TAFSIR 8
Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I 

Konteks ayat ini adalah bagian dari bantahan Allah terhadap orangorang yahudi. Namun demikian, siapa pun yang berperilaku seperti disebut dalam ayat ini, maka mereka disebut fasik. Dan demi tuhan, tidaklah wajar bila orang-orang yahudi itu atau siapa pun menolak kebenaran Al-Qur'an karena sungguh kami, dengan menugaskan jibril, telah menu runkan ayat-ayat yang jelas kandungannya serta bukti-bukti kebenarannya dan kebenaranmu sebagai rasul kepadamu, Muhammad. Dan tidaklah ada yang mengingkarinya, baik dari golongan manusia yang hidup pada masamu atau sesudahmu, selain orang-orang fasik. Bukti-bukti kebenaran Al-Qur'an sudah sangat jelas; tidak ada yang mengingkarinya selain mereka yang tertutup mata hatinya. Mereka itulah yang disebut sebagai orang-orang fasik. Ayat ini berisi kecaman dengan redaksi pertanyaan yang mengandung bukti-bukti yang dipaparkan oleh Allah. Dan mengapa setiap kali mereka mengikat janji dengan Allah, ter masuk janji untuk percaya jika nabi yang diutus-Nya datang, sekelompok mereka melanggarnya, menyepelekannya, dan mengingkarinya' sedikit sekali dari mereka yang menepati janji, sedang kan sebagian besar mereka tidak beriman. Sikap-sikap buruk sudah berkumpul sedemikian rupa dalam diri sebagian besar bani israil. Mereka adalah pendengki, keras kepala, licik, dan selalu mengingkari janji. Namun demi kian, masih ada sebagian kecil dari mereka yang beriman




DIKUTIP DARI:

Referensi: https://tafsirweb.com/505-surat-al-baqarah-ayat-99.html
dan telah disampaikan pada pengajian "ngaji bareng al baqarah 98-101" di mushola al musyarafah,Petamburan jakarta pusat,Ahad, 02.02 2020,oleh Ust.Uripudin,S.Ag,M.Pd

NGAJI BARENG AL BAQARAH 98


مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِلَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَرُسُلِهِ وَجِبْرِيلَ وَمِيكَالَ فَإِنَّ اللَّهَ عَدُوٌّ لِلْكَافِرِينَ


Terjemah Arti: 
Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail, maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir

Terjemahan Makna Bahasa Indonesia (Isi Kandungan) 
Barangsiapa memusuhi Allah, para malaikat, dan rasul-rasul-Nya baik dari kalangan malaikat atau manusia, terutama dua malaikat Allah Jibril dan Mikail, karena kaum Yahudi mengklaim bahwa Jibril adalah musuh mereka, dan Mikail adalah penolong mereka. Maka Allah memberitahukan kepada mereka bahwa Siapa saja yang memusuhi salah satu dari mereka maka berarti dia juga memusuhi yang lain, bahkan juga memusuhi Allah, karena sesungguhnya Allah menjadi musuh bagi orang-orang yang mengingkari apa yang dia turunkan kepada Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam.


TAFSIR 1
Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia  

98. Barangsiapa memusuhi Allah, malaikat-malaikat-Nya dan rasul-rasul-Nya, dan memusuhi dua Malaikat yang didekatkan, yaitu Jibril dan Mikail, sesungguhnya Allah adalah musuh bagi orang-orang yang kafir dari golongan kalian maupun dari golongan lain. Dan barangsiapa yang Allah menjadi musuhnya berarti ia mendapatkan kerugian yang nyata


TAFSIR 2
Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram

98. مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِلَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَرُسُلِهِ وَجِبْرِيلَ وَمِيكَالَ (Barang siapa yang menjadi musuh Allah, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, Jibril dan Mikail) Malaikat yang disebutkan Namanya hanya Jibril dan Mikail dengan tujuan memuliakan keduanya. Meskipun keduanya merupakan termasuk dalam golongan malaikat akan tetapi memiliki keistimewaan derajat daripada golongan malaikat yang lainnya. فَإِنَّ اللَّهَ عَدُوٌّ لِلْكَافِرِينَ(maka sesungguhnya Allah adalah musuh orang-orang kafir) Yakni musuh kalian wahai orang-orang Yahudi disebabkan kalimat kufur yang kalian ucapkan. Karena barangsiapa yang memusuhi kekasih-kehasih Allah dan tantara-tentara-Nya berarti ia telah memusuhi Allah dan kafir terhadap-Nya; Allah akan memusuhinya dan membuat perhitungan dengannya. Dan permusuhan ini menjerumuskan orang yang melakukannya kedalam kekufuran. Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah Barangsiapa memusuhi Allah dan malaikat-Nya, memusuhi Jibril dan Mikail, maka dia telah kafir, Allah memusuhi orang-orang kafir. Siapapun yang memusuhi wali-wali Allah maka Allah memusuhinya juga. Allah memusuhi dan mencela mereka. Adapun Allah mengkhususkan Jibril dan Mikail dengan menyebutnya, karena Jibril dan Mikail adalah dua malaikat yang paling mulia diantara malaikat lainnya. Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah Allah menjelaskan bahwasannya barangsiapa yang memusuhi Allah, Malaikat-malaikatnya, Rasul-rasul-Nya, dan jibril serta mikail; maka sesungguhnya Allah adalah musuh bagi orang-orang kafir yang menolak kebenaran dan yang diturunkan kepada Muhammad ﷺ . An-Nafahat Al-Makkiyah / Syaikh Muhammad bin Shalih asy-Syawi 97-98. Maksudnya, katakanlah kepada orang-orang yahudi yang mengklaim bahwasanya hal yang menghalangi mereka dari beriman adalah bahwa jibril, walimu (Muhammad), seandainya dia adalah berupa malaikat-malaikat Allah yang lain selain jibril, niscaya mereka beriman kepadamu dan mempercayaimu. Sesungguhnya klaim seperti ini saling bertentangan dan merupakan kesombongan terhadap Allah, karena jibril itu adalah malaikat yang turun dengan membawa al-Qur’an dari Allah kepada hatimu, dan dialah yang turun juga kepada para Nabi sebelummu, dan Allah-lah yang memerintahkan dengan tugas seperti itu, maka dia sebatas malaikat yang diutus, padahal kitab yang diturunkan oleh jibril itu telah membenarkan apa yang telah lewat dari kitab-kitab sebelumnya dan tidak menyelisihi dan bertentangan dengannya. Kitab ini berisi petunjuk yang sempurna dari segala bentuk kesesatan, juga berisi kabar gembira tentang kebaikan dunia dan akhirat bagi orang yang beriman kepadanya, maka permusuhan terhadap jibril yang dijelaskan sifat-sifatnya diatas adalah sebuah pengingkaran terhadap allah dan ayat-ayatNya serta permusuhan kepada Allah, kepada Rosul-rosulnya dan malaikat-malaikatNya. Sesungguhnya permusuhan mereka terhadap jibril bukanlah kepada jibril pribadi, namun juga terhadap al-Qur’an yang dibawa olehnya dari sisi Allah berupa kebenaran (yang di turunkan) kepada Rosul-rosul Allah, maka permusuhan dan pengingkaran itu mencakup kepada Dzat yang menyuruhnya turun dan kepada al-Qur’an yang diturunkan olehNya serta kepada Rosul yang diturunkan kitab itu kepadanya, inilah maksud dari hal itu. Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H Makna kata : { وَمِيكَىٰلَ } Mikaal : Dibaca dengan Miikaal atau Mikail yaitu nama salah satu Malaikat mulia. Ada yang mengatakan bahwa Nama Mikail artinya sama dengan Ubaidillah. Makna ayat : Pada ayat 98 Allah Ta’ala memberitahukan bahwa siapa saja yang memusuhi Allah dan memusuhi wali-waliNya dari kalangan malaikat dan rasul-rasulNya, secara khusus malaikat Jibril maka dia kafir. Allah akan menjadi musuhnya dan bagi orang-orang kafir yang lainnya. Pelajaran dari ayat : • Permusuhan Allah terhadap orang-orang kafir. Oleh karena itu wajib bagi orang mukmin untuk memusuhi orang-orang kafir karena mereka memusuhi Allah, dan Allah Ta’ala memusuhi mereka.

TAFSIR 3
Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah 




TAFSIR  4
Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah 



TAFSIR 5
Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah 89-90. 



TAFSIR 6
Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H 




TAFSIR 7
Aisarut Tafasir / Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, mudarris tafsir di Masjid Nabawi 

Orang-orang Yahudi menganggap Jibril sebagai musuh mereka, sedangkan Mikail sebagai wali mereka, maka pada ayat di atas Allah memberitahukan bahwa barang siapa yang memusuhi salah satunya, sama saja memusuhi yang lain


TAFSIR 8
Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I 

Barang siapa menjadi musuh Allah dengan memusuhi salah satu makhluk-Nya yang taat, atau memusuhi salah satu dari malaikatmalaikat-Nya, atau salah seorang dari rasul-rasul-Nya, atau jibril yang membawa wahyu dan mikail yang pembawa rezeki, maka sesungguhnya dia telah kafir dan mengantar dirinya menuju kebinasaan. Sesungguhnya Allah musuh bagi orang-orang kafir. Dua ayat di atas menegaskan dua hal. Pertama, Allah tidak membedabedakan para rasul dan malaikat-Nya. Kepercayaan, ketaatan, dan kecintaan kepada mereka adalah satu paket. Siapa pun yang memusuhi mereka atau salah seorang dari mereka, maka ia akan menjadi musuh Allah. Kedua, sanksi kepada pelanggar tidak hanya diterapkan kepada orang yahudi, tetapi kepada siapa saja yang kafir dan memusuhi-Nya konteks ayat ini adalah bagian dari bantahan Allah terhadap orangorang yahudi. Namun demikian, siapa pun yang berperilaku seperti disebut dalam ayat ini, maka mereka disebut fasik. Dan demi tuhan, tidaklah wajar bila orang-orang yahudi itu atau siapa pun menolak kebenaran Al-Qur'an karena sungguh kami, dengan menugaskan jibril, telah menu runkan ayat-ayat yang jelas kandungannya serta bukti-bukti kebenarannya dan kebenaranmu sebagai rasul kepadamu, Muhammad. Dan tidaklah ada yang mengingkarinya, baik dari golongan manusia yang hidup pada masamu atau sesudahmu, selain orang-orang fasik. Bukti-bukti kebenaran Al-Qur'an sudah sangat jelas; tidak ada yang mengingkarinya selain mereka yang tertutup mata hatinya. Mereka itulah yang disebut sebagai orang-orang fasik.




DIKUTIP DARI:

Referensi: https://tafsirweb.com/503-surat-al-baqarah-ayat-98.html
dan telah disampaikan pada pengajian "ngaji bareng al baqarah 98-101" di mushola al musyarafah,Petamburan jakarta pusat,Ahad, 2 .02. 2020,oleh Ust.Uripudin,S.Ag,M.Pd

MENYIKAPI DATANGNYA TAHUN BARU MILADIYAH



هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ ۚ مَا خَلَقَ اللَّهُ ذَٰلِكَ إِلَّا بِالْحَقِّ ۚ يُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ

Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui. (Yunus : 5)

1.  Berdasarkan ayat di atas bilangan tahun dan perhitungan waktu bisa mengikuti perjalanan bulan (kalender tahun hijriyah/qamariyah) atau mengikuti perjalanan matahari (kalender tahun syamsiyah/miladiyah atau dikenal dengan tahun masehi).

2.  Merayakan pergantian tahun, baik tahun hijriyah dan tahun syamsiyah (masehi), tidak ada nash dalam Al-Qur'an dan Sunnah Rasul, namun juga tidak ada larangan yang tegas (qath'i). Jadi ini  persoalanya terletak pada manfaat dan mafsadat (kerusakan yang ditimbulkan).

3.  Merayakan pergantian tahun dengan melakukan maksiat seperti mabuk-mabukan, berzina hukumnya haram. Adapun berhura-hura membakar petasan atau kembang api dan sejenisnya adalah perbuatan "kemubadziran/boros" dan sia-sia, Allah mengecam perbuatan ini dalam firmanNya :

 إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ ۖ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا

Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. (Al-Isra : 27)

Orang-orang yang beriman yang beruntung adalah orang yang menjauhi perbuatan sia-sia, sebagaimana firmanNya :

 وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ

dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, (Al-Mukminun : 3)

3.  Al-Qur'an memberikan tuntunan bahwa "waktu malam" adalah waktu tidur untuk "beristirahat" dan sebagian digunakan untuk ibadah kepada Allah SWT, sebagaimana firmanNya :

   وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ اللَّيْلَ لِبَاسًا وَالنَّوْمَ سُبَاتًا وَجَعَلَ النَّهَارَ نُشُورًا

“Dialah yang menjadikan untukmu malam sebagai pakaian, dan tidur untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk berusaha.” (QS. Al-Furqan: 47)

 وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَىٰ أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا

Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. (Al-Isra : 79)

4.  Adapun menyelenggarakan dzikir, taklim dan tabligh di malam tahun baru dengan niat menyelamatkan "kaum muslimin awam" agar tidak ikut hura-hura dan terjerumus kepada perbuatan maksiat adalah merupakan "ijtihad dakwah" yang diperbolehkan dan terdapat keutamaan di dalamnya.

5.  Berdasarkan surat Yunus ayat 5 di atas tgl 1 Januari "bukan tahun barunya kaum nasrani", melainkan tahun baru syamsiah yang merupakan tahun baru nasional dan boleh digunakan sebagai perhitungan bagi kaum muslimin dalam aktivitas sehari-hari.

Wallahu'alam.
Dikutip dari grup wa mutiara al qur'an sabtu 01.02.2020

ALLAH MENCERAI-BERAIKAN BANGSA YAHUDI KE SELURUH DUNIA DALAM BERBAGAI GOLONGAN DAN SEKTE"


Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah, Dzat yang telah mengutus Muhammad SAW menjadi rahmat bagi seluruh alam. Shalawat dan salaam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW berserta keluarga, shahabat dan pengikutnya sampai akhir zaman. Amma ba'du.

Bapak dan Ibu yang dirahmati Allah,  pada malam ini akan  disampaikan taushiyah seperti judul diatas, sesuai dengan firman Allah pada surat Al-A'raf, ayat 168 sd 170 :

{وَقَطَّعْنَاهُمْ فِي الأرْضِ أُمَمًا مِنْهُمُ الصَّالِحُونَ وَمِنْهُمْ دُونَ ذَلِكَ وَبَلَوْنَاهُمْ بِالْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ (168) فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ وَرِثُوا الْكِتَابَ يَأْخُذُونَ عَرَضَ هَذَا الأدْنَى وَيَقُولُونَ سَيُغْفَرُ لَنَا وَإِنْ يَأْتِهِمْ عَرَضٌ مِثْلُهُ يَأْخُذُوهُ أَلَمْ يُؤْخَذْ عَلَيْهِمْ مِيثَاقُ الْكِتَابِ أَنْ لَا يَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلا الْحَقَّ وَدَرَسُوا مَا فِيهِ وَالدَّارُ الآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلا تَعْقِلُونَ (169) وَالَّذِينَ يُمَسِّكُونَ بِالْكِتَابِ وَأَقَامُوا الصَّلاةَ إِنَّا لَا نُضِيعُ أَجْرَ الْمُصْلِحِينَ (170)}

Dan Kami bagi-bagi mereka di dunia ini menjadi beberapa golongan di antaranya ada orang-orang yang saleh dan di antaranya ada yang tidak demikian. Dan Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran). Maka datanglah sesudah mereka generasi (yang jahat) yang mewarisi Taurat, yang mengambil harta benda dunia yang rendah ini, dan berkata, "Kami akan diberi ampun.” Dan kelak jika datang kepada mereka harta benda dunia sebanyak itu (pula), niscaya mereka akan mengambilnya (juga). Bukankah perjanjian Taurat sudah diambil dari mereka, yaitu bahwa mereka tidak akan mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar, padahal mereka telah mempelajari apa yang tersebut di dalamnya? Dan kampung akhirat itu lebih baik bagi mereka yang bertakwa. Maka apakah kamu sekalian tidak mengerti? Dan orang-orang yang berpegang teguh dengan Al-Kitab (Taurat) serta mendirikan salat, (akan diberi pahala) karena sesungguhnya Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengadakan perbaikan.

Bapak dan Ibu, pada ayat di atas, Allah Subhanahu wa Ta'ala menceritakan bahwa Dia mencerai-beraikan orang-orang Yahudi di muka bumi ini menjadi berbagai golongan dan sekte, seperti yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:

{وَقُلْنَا مِنْ بَعْدِهِ لِبَنِي إِسْرَائِيلَ اسْكُنُوا الأرْضَ فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ الآخِرَةِ جِئْنَا بِكُمْ لَفِيفًا}

Dan Kami berfirman sesudah itu kepada Bani Israil, "Diamlah di negeri ini, maka apabila datang masa berbangkit, niscaya Kami datangkan kalian dalam keadaan bercampur-baur." (Al-Isra: 104)

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

{مِنْهُمُ الصَّالِحُونَ وَمِنْهُمْ دُونَ ذَلِكَ}

di antaranya ada orang-orang yang saleh dan di antaranya ada yang tidak demikian. (Al-A'raf: 168)

Dengan kata lain di antara mereka ada orang orang baik, ada pula yang  tidak baik (durhaka). Sama pengertiannya dengan apa yang dikatakan oleh jin melalui firman-Nya:

{وَأَنَّا مِنَّا الصَّالِحُونَ وَمِنَّا دُونَ ذَلِكَ كُنَّا طَرَائِقَ قِدَدًا}

Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang saleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda. (Al-Jin: 11}

Adapun firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

{وَبَلَوْنَاهُمْ}

Dan Kami coba mereka. (Al-A'raf: 168)

Maksudnya, Kami uji mereka.

{بِالْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ}

dengan (nikmat) yang baik dan (bencana) yang buruk-buruk. (Al-A'raf: 168)

Yakni dengan kemakmuran dan kesempitan, dengan kesukaan dan kedukaan dan dengan kesehatan dan penyakit.

{لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ}

agar mereka kembali (kepada kebenaran). (Al-A'raf: 168)

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

{فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ وَرِثُوا الْكِتَابَ يَأْخُذُونَ عَرَضَ هَذَا الأدْنَى وَيَقُولُونَ سَيُغْفَرُ لَنَا وَإِنْ يَأْتِهِمْ عَرَضٌ مِثْلُهُ يَأْخُذُوهُ}

Maka datanglah sesudah mereka generasi yang mewarisi Taurat, yang mengambil harta benda dunia yang rendah ini. (Al-A'raf: 169), hingga akhir ayat.

Allah Subhanahu wa Ta'ala menceritakan bahwa sesudah itu —yakni sesudah generasi yang di dalamnya terdapat orang-orang yang saleh dan lainnya—datanglah generasi lain yang tiada kebaikan sama sekali pada mereka, padahal mereka mewarisi hak mempelajari Al-Kitab, yakni kitab Taurat.

{يَأْخُذُونَ عَرَضَ هَذَا الأدْنَى}

mereka mengambil harta dunia yang rendah ini.(Al-A'raf: 169)

Dengan kata lain, mereka menukar perkara hak —yang harus disampaikan dan disiarkan— dengan harta benda duniawi. Lalu mereka menjanjikan terhadap dirinya sendiri bahwa kelak akan melakukan tobat atas perbuatannya itu. Tetapi kenyataannya manakala datang hal yang semisal kepada mereka, maka mereka kembali terjerumus ke dalamnya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:

{وَإِنْ يَأْتِهِمْ عَرَضٌ مِثْلُهُ يَأْخُذُوهُ}

Dan kelak jika datang kepada mereka harta benda dunia sebanyak itu (pula), niscaya mereka akan mengambilnya juga (Al-A'raf: 169)

Seperti yang dikatakan oleh Sa'id ibnu Jubair, "Mereka mengerjakan dosa, lalu meminta ampun kepada Allah dari dosa itu dan mengakui kesalahannya kepada Allah. Tetapi apabila datang kesempatan yang lain bagi mereka dari harta duniawi itu, maka mereka akan mengambilnya juga."

Mujahid telah mengatakan sehubungan dengan makna firrnan-Nya: mereka mengambil harta dunia yang rendah ini. (Al-A'raf: 169) Tiada sesuatu pun dari perkara keduniawian yang muncul melainkan pasti mereka merebutnya, baik yang halal ataupun yang haram, lalu mereka berharap mendapat ampunan.

وَيَقُولُونَ سَيُغْفَرُ لَنَا وَإِنْ يَأْتِهِمْ عَرَضٌ مِثْلُهُ يَأْخُذُوهُ

dan mereka berkata, Kami akan diberi ampun." Dan kelak jika datang kepada mereka harta dunia sebanyak itu (pula), niscaya mereka akan mengambilnya (juga). (Al-A'raf: 169)

Sehubungan dengan makna ayat ini Qatadah mengatakan, "Generasi tersebut memang generasi yang jahat, demi Allah."mereka mewarisi Kitab sesudah nabi-nabi dan rasul-rasul mereka, Allah mewariskannya kepada mereka dan mengambil janji dari mereka. Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman di dalam ayat yang lain , yaitu:

{فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ}

Maka datanglah sesudah mereka, pengganti(yang jelek) yang menyia-nyiakan salat.(Maryam: 59)

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

{يَأْخُذُونَ عَرَضَ هَذَا الأدْنَى وَيَقُولُونَ سَيُغْفَرُ لَنَا

mereka mengambil harta benda dunia yang rendah ini, dan berkata, "Kami akan diberi ampun.” (Al-A'raf: 169)

Mereka berangan-angan terhadap Allah dan teperdaya oleh angan-angan kosong mereka sendiri.

{وَإِنْ يَأْتِهِمْ عَرَضٌ مِثْلُهُ يَأْخُذُوهُ}

Dan kelak jika datang kepada mereka harta benda dunia sebanyak itu (pula), niscaya mereka akan mengambilnya (juga) (Al-A'raf: 169)

Tidak ada sesuatu pun yang menyibukkan mereka dari itu, dan tidak ada sesuatu pun yang menghalang-halangi mereka dari hal tersebut. Manakala ada kesempatan bagi mereka mengangkut perkara duniawi, maka mereka langsung menyantapnya, tanpa memikirkan lagi halal ataukah haram.

As-Saddi telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Maka datanglah sesudah mereka generasi (yang jahat). (Al-A'raf: 169) sampai dengan firman-Nya:padahal mereka telah mempelajari apa yang tersebut di dalamnya (Al-A'raf: 169) Bahwa dahulu orang-orang Bani Israil tidak sekali-kali meminta peradilan dari seorang hakim melainkan main suap dalam keputusan hukumnya. Dan sesungguhnya orang-orang terkemuka mereka mengadakan pertemuan, lalu mengadakan kesepakatan di antara sesama mereka yang mereka tuangkan ke dalam suatu perjanjian, bahwa mereka tidak akan melakukan hal itu lagi dan tidak akan melakukan penyuapan. Kemudian ada seorang lelaki dari kalangan mereka yang tetap melakukan suap dalam perkaranya. Ketika ditanyakan kepadanya, mengapa engkau masih tetap memakai suap dalam hukum?" Ia menjawab bahwa Allah akan memberikan ampunan kepadanya. Maka semua orang dari kalangan Bani Israil mencela perbuatan yang telah dilakukannya itu. Tetapi apabila dia mati atau dipecat, maka kedudukannya diganti oleh orang yang tadinya termasuk orang-orang yang mencelanya. Tetapi pada akhirnya si pengganti ini pun melakukan suap pula. Karena itulah dalam ayat ini disebutkan, "Apabila datang kepada yang lainnya harta benda duniawi, maka mereka mengambilnya juga."

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

{أَلَمْ يُؤْخَذْ عَلَيْهِمْ مِيثَاقُ الْكِتَابِ أَنْ لَا يَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلا الْحَقَّ وَدَرَسُوا مَا فِيهِ}

Bukankah perjanjian Taurat sudah diambil dari mereka, yaitu bahwa mereka tidak akan mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar.(Al A’raf – 169) hingga akhir ayat.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman mengingkari perbuatan mereka, mengingat mereka telah diambil sumpahnya oleh Allah, yaitu diharuskan menerangkan perkara yang hak kepada manusia dan tidak boleh menyembunyikannya. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan dalam firman-Nya yang lain:

{وَإِذْ أَخَذَ اللَّهُ مِيثَاقَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ لَتُبَيِّنُنَّهُ لِلنَّاسِ وَلا تَكْتُمُونَهُ فَنَبَذُوهُ وَرَاءَ ظُهُورِهِمْ وَاشْتَرَوْا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلا فَبِئْسَ مَا يَشْتَرُونَ}

Dan (ingatlah) ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah diberi kitab (yaitu),"Hendaklah kalian menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan jangan kalian menyembunyikannya," lalu mereka melemparkan janji itu ke belakang punggung mereka dan mereka menukarnya dengan harga yang sedikit. Amatlah buruknya tukaran yang mereka terima (Ali Imran: 187)

Ibnu Juraij mengatakan bahwa Ibnu Abbas telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Bukankah perjanjian Taurat sudah diambil dari mereka, yaitu bahwa mereka tidak akan mengatakan terhadap Allah kecualiyang benar. (Al-A'raf: 169) Yakni terhadap apa yang mereka angan-angankan dari Allah, yaitu pengampunan dosa-dosa mereka, padahal mereka masih tetap meng-ulangi perbuatan dosa-dosanya dan tidak pernah bertobat.

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

{وَالدَّارُ الآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلا تَعْقِلُونَ}

Dan kampung akhirat itu lebih baik bagi mereka yang bertakwa Maka apakah kamu sekalian tidak mengerti? (Al-A'raf: 169)

Allah Subhanahu wa Ta'ala menganjurkan kepada mereka untuk menyukai pahala-Nya yang berlimpah dan ini memperingatkan mereka akan siksaan-Nya yang keras. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa pahala-Ku dan pambalasan yang ada di sisi-Ku lebih baik bagi orang-orang yang takut kepada hal-hal yang diharamkan dan meninggalkan kemauan hawa nafsunya serta berbuat amal ketaatan kepada Tuhannya.

{أَفَلا تَعْقِلُونَ}

Maka apakah kamu sekalian tidak mengerti?(Al-A'raf; 169)

Dengan kata lain, apakah mereka yang menukar apa yang ada di sisi-Ku dengan harta duniawi mempunyai akal yang mencegah mereka dari perbuatan tolol dan tak ada artinya itu? Kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala menyebutkan perihal orang yang berpegang kepada Kitab-Nya yang menuntunnya untuk pengikut Rasul-Nya, yaitu Nabi Muhammad Shalallahu'alaihi Wasallam, seperti yang tertera di dalam kitab yang ada padanya. Untuk itu Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

{وَالَّذِينَ يُمَسِّكُونَ بِالْكِتَابِ}

Dan orang-orang yang berpegang teguh dengan Al-Kitab (Taurat). (Al-A'raf: 170)

Maksudnya berpegang teguh kepadanya, mengikuti semua perintah yang ada di dalamnya, dan meninggalkan semua yang dilarangnya.

{وَأَقَامُوا الصَّلاةَ إِنَّا لَا نُضِيعُ أَجْرَ الْمُصْلِحِينَ}

serta mendirikan salat (akan diberi pahala),karena sesungguhnya Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengadakan perbaikan. (Al-A'raf: 170)

Bapak dan Ibu yang dirahmati Allah, kita cukupkan sampai disini taushiyah malam ini, insya Allah taushiyah ini akan kita lanjutkan lagi pada malam berikutnya.  Salam tahajud.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Dikutip dari grup wa mutiara al qur'an sabtu 01.02.2020

PERSAKSIAN ANAK ADAM TERHADAP TAUHID ULUHIYAH DI ZAMAN AZALI"


Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah, Dzat yang telah mengutus Muhammad SAW menjadi rahmat bagi seluruh alam. Shalawat dan salaam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW berserta keluarga, shahabat dan pengikutnya sampai akhir zaman. Amma ba'du.

Bapak dan Ibu yang dirahmati Allah,  pada malam ini akan  disampaikan taushiyah seperti judul diatas, sesuai dengan firman Allah pada surat Al-A'raf, ayat 172 sd 174 :

{وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ (172) أَوْ تَقُولُوا إِنَّمَا أَشْرَكَ آبَاؤُنَا مِنْ قَبْلُ وَكُنَّا ذُرِّيَّةً مِنْ بَعْدِهِمْ أَفَتُهْلِكُنَا بِمَا فَعَلَ الْمُبْطِلُونَ (173) وَكَذَلِكَ نُفَصِّلُ الآيَاتِ وَلَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ (174)}

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman), "Bukankah Aku ini Tuhan kalian?” Mereka menjawab, "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.”(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kalian tidak mengatakan, "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (kekuasaan Tuhan), atau agar kalian tidak mengatakan, 'Sesungguhnya orang tua-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedangkan kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu'?” Dan demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu, agar mereka kembali (kepada kebenaran).

Bapak dan Ibu yang dirahmati Allah, pada ayat di atas Allah Subhanahu wa Ta'ala menceritakan bahwa Dia telah mengeluarkan keturunan Bani Adam dari sulbi mereka untuk mengadakan persaksian atas diri mereka bahwa Allah adalah Tuhan dan Pemilik mereka, dan bahwa tidak ada Tuhan selain Dia. Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta'ala menjadikan hal tersebut di dalam fitrah dan pembawaan mereka, seperti yang disebutkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala melalui firman-Nya:

{فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ}

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Ar-Rum: 30)

Di dalam kitab Sahihain disebutkan melalui Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam pernah bersabda:

"كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ -وَفِي رِوَايَةٍ: عَلَى هَذِهِ الْمِلَّةِ -فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ، وَيُنَصِّرَانِهِ، وَيُمَجِّسَانِهِ، كَمَا تُولَدُ الْبَهِيمَةُ بَهِيمَةً جَمْعَاءَ، هَلْ تُحِسُّونَ فِيهَا مِنْ جَدْعَاءَ"

Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci).  Riwayat lain menyebutkan: dalam keadaan memeluk agama ini (Islam), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya seorang Yahudi atau seorang Nasrani atau searang Majusi, seperti halnya dilahirkan hewan ternak yang utuh, apakah kalian merasakan (melihat) adanya cacat padanya?

Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan melalui Iyad ibnu Himar bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam telah bersabda:

"يَقُولُ اللَّهُ [تَعَالَى] إِنِّي خَلَقْتُ عِبَادِي حُنَفَاءَ فَجَاءَتْهُمُ الشَّيَاطِينُ فَاجْتَالَتْهُمْ، عَنْ دِينِهِمْ وَحَرَّمَتْ عَلَيْهِمْ مَا أَحْلَلْتُ لَهُمْ"

Allah Subhanahu wa Ta'ala, berfirman, "Sesungguhnya Aku menciptakan hamba-hamba-Ku dalam keadaan hanif (cenderung kepada agama yang hak), kemudian datanglah setan, lalu setan menyesatkan mereka dari agamanya dan mengharamkan kepada mereka apa-apa yang telah Aku halalkan kepada mereka.”

Diriwayatkan dalam hadits :

 عَنِ الْأَسْوَدِ بْنِ سُرَيْعٍ مِنْ بَنِي سَعْدٍ، قَالَ: غَزَوْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرْبَعَ غَزَوَاتٍ، قَالَ: فَتَنَاوَلَ الْقَوْمُ الذُّرِّيَّةَ بَعْدَ مَا قَتَلُوا الْمُقَاتَلَةَ، فَبَلَغَ ذَلِكَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَاشْتَدَّ عَلَيْهِ، ثُمَّ قَالَ: "مَا بَالُ أَقْوَامٍ يَتَنَاوَلُونَ الذُّرِّيَّةَ؟ " قَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَلَيْسُوا أَبْنَاءَ الْمُشْرِكِينَ؟ فَقَالَ: "إِنَّ خِيَارَكُمْ أَبْنَاءُ الْمُشْرِكِينَ! أَلَا إِنَّهَا لَيْسَتْ نِسْمَةٌ تُولَدُ إِلَّا وُلِدَتْ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَمَا تَزَالُ عَلَيْهَا حَتَّى يُبَيِّنَ عَنْهَا لِسَانُهَا، فَأَبَوَاهَا يُهَوِّدَانِهَا أَوْ يُنَصِّرَانِهَا". قَالَ الْحَسَنُ: وَاللَّهِ لَقَدْ قَالَ اللَّهُ فِي كِتَابِهِ: {وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ [وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ] } الآية

Dari Al-Aswad ibnu Sari’, dari kalangan Bani Sa'd yang menceritakan bahwa ia ikut berperang bersama Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam sebanyak empat kali. Ia melanjutkan kisahnya, "Lalu kaum (pasukan kaum muslim) membunuh anak-anak (orang lafir) sesudah mereka membunuh pasukannya (kafir). Ketika berita itu sampai kepada Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam, maka hal itu terasa berat olehnya, kemudian beliau bersabda, 'Apakah gerangan yang telah terjadi pada kaum sehingga mereka tega membunuh anak-anak?' Maka ada seorang lelaki (dari pasukan kaum muslim) bertanya, 'Bukankah mereka adalah anak-anak orang-orang musyrik, wahai Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam?' Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam menjawab melalui sabdanya: Sesungguhnya orang-orang yang terpilih dari kalian pun adalah anak-anak orang-orang musyrik. Ingatlah, sesungguhnya tidak ada seorang anak pun yang dilahirkan melainkan ia dilahirkan dalam keadaan suci. Ia masih tetap dalam keadaan suci hingga lisannya dapat berbicara, lalu kedua orang tuanyalah yang menjadikannya sebagai orang Yahudi atau orang Nasrani'.” Al-Hasan mengatakan, "Demi Allah, sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala telah berfirman di dalam Kitab-Nya: “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka. (Al-A'raf: 172) hingga akhir ayat" (HR. Ibnu Jarir)

Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam telah bersabda :

"يُقَالُ لِلرَّجُلِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ: أَرَأَيْتَ لَوْ كَانَ لَكَ مَا عَلَى الْأَرْضِ مِنْ شَيْءٍ أَكُنْتَ مُفْتَدِيًا بِهِ؟ " قَالَ: "فَيَقُولُ: نَعَمْ. فَيَقُولُ: قَدْ أَرَدْتُ مِنْكَ أَهْوَنَ مِنْ ذَلِكَ، قَدْ أَخَذْتُ عَلَيْكَ فِي ظَهْرِ آدَمَ أَلَّا تُشْرِكَ بِي شَيْئًا، فَأَبَيْتَ إِلَّا أَنْ تُشْرِكَ بِي".

Dikatakan kepada seseorang dari kalangan ahli neraka pada hari kiamat nanti, "Bagaimanakah pendapatmu. seandainya engkau memiliki segala sesuatu yang ada di bumi, apakah engkau akan menjadikannya sebagai tebusan dirimu (dari neraka)?" Ia menjawab, "Ya." Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, "Sesungguhnya Aku menghendaki dirimu hal yang lebih mudah daripada itu. Sesungguhnya Aku telah mengambil janji darimu ketika kamu masih berada di dalam sulbi Adam, yaitu: Janganlah kamu mempersekutukan Aku dengan sesuatu pun, tetapi ternyata kamu menolak selain mempersekutukan Aku."
(HSR. Bukhari, Muslim dan Ahmad)

Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam  telah bersabda :

"إِنَّ اللَّهَ أَخَذَ الْمِيثَاقَ مِنْ ظَهْرِ آدَمَ، عَلَيْهِ السَّلَامُ، بِنُعْمَانَ. يَعْنِي عَرَفَةَ فَأَخْرَجَ مِنْ صُلْبِهِ كُلَّ ذُرِّيَّةٍ ذَرَأَهَا فَنَثَرَهَا بَيْنَ يَدَيْهِ، ثُمَّ كَلَّمَهُمْ قُبُلًا قَالَ: {أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ} إِلَى قَوْلِهِ: {الْمُبْطِلُونَ}

Sesungguhnya Allah telah mengambil janji dari sulbi Adam 'alaihissalam di Nu'man tepat pada hari Arafah. Maka Allah mengeluarkan dari sulbinya semua keturunan yang kelak akan dilahirkannya, lalu Allah menyebarkannya di hadapan Adam, kemudian Allah berbicara kepada mereka secara berhadapan, "Bukankah Aku ini Tuhan kalian?" Mereka menjawab, "Betul (Engkau Tuhan kami, kami menjadi saksi)." (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kalian tidak mengatakan, "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap (keesaan Tuhan), atau agar kalian tidak mengatakan, sampai dengan firman-Nya, 'orang-orang yang sesat dahulu." (Al-A'raf: 172-173) (HR. Nasa"i)
Kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

{وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى}

Dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman)  "Bukankah Aku ini Tuhan kalian?” Mereka menjawab, "Betul (Engkau Tuhan kami)." (Al-A'raf: 172)

Maksudnya, Allah menjadikan mereka menyaksikan hal tersebut secara keadaan dan ucapan. Kesaksian itu adakalanya dilakukan dengan ucapan, seperti pengertian yang terdapat di dalam firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

{قَالُوا شَهِدْنَا عَلَى أَنْفُسِنَا}

Mereka berkata, "Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri.”(Al-An'am: 130)

Adakalanya pula dilakukan dengan keadaan (yakni dengan sikap dan perbuatan), seperti pengertian yang terdapat di dalam firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

{مَا كَانَ لِلْمُشْرِكِينَ أَنْ يَعْمُرُوا مَسَاجِدَ اللَّهِ شَاهِدِينَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ بِالْكُفْرِ}

Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan masjid-masjid Allah, sedangkan mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir.(At-Taubah: 17)

Artinya, sedangkan keadaan mereka atau sikap dan perbuatan mereka menunjukkan kekafiran mereka, sekalipun mereka tidak mengatakannya. Demikianlah pengertian yang terkandung di dalam firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

{وَإِنَّهُ عَلَى ذَلِكَ لَشَهِيدٌ}

dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan(sendiri) keingkaran­nya. (Al-'Adiyat: 7)

Demikian pula permintaan, adakalanya dengan ucapan, adakalanya dengan keadaan (sikap dan perbuatan), seperti pengertian yang ter­kandung di dalam firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

{وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ}

Dan Dia telah memberikan kepada kalian (keperluan kalian) dari segala apa yang kalian mohonkan kepada-Nya (Ibrahim: 34)

Mereka mengatakan bahwa di antara dalil yang menunjukkan bahwa makna yang dimaksud dengan 'persaksian ini' adalah fitrah, yakni bila hanya persaksian saja yang dijadikan hujah terhadap kemusyrikan mereka, seandainya memang keadaannya demikian, maka niscaya yang terkena hujah hanyalah orang-orang yang telah mengucapkannya saja.

Dan jika dikatakan bahwa penyampaian Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam akan ketauhidan Allah sudah cukup untuk dijadikan bukti bagi keberadaan kesaksian ini, maka sebagai jawabannya dapat dikatakan bahwa orang-orang yang mendustakan-Nya dari kalangan kaum musyrik, mendusta­kan pula semua apa yang telah disampaikan oleh para rasul lainnya, baik yang menyangkut hal ini (keesaan Tuhan) ataupun masalah lainnya. Maka hal ini menjadikannya sebagai hujah tersendiri terhadap diri mereka. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa makna yang dimaksud dari 'persaksian ini' adalah fitrah yang telah ditanamkan di dalam jiwa mereka menyangkut masalah ketauhidan Allah. Karena itulah disebutkan didalam firman Nya:

{أَنْ يَقُولُوا}

agar kalian tidak mengatakan. (Al-A'raf: 172)

Maksudnya, agar di hari kiamat kelak, kalian tidak mengatakan:

{إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا}

Sesungguhnya kami (bani Adam) terhadap ini.(Al-A'raf: 172)

Yakni terhadap masalah tauhid atau keesaan Allah ini.

{غَافِلِينَ أَوْ تَقُولُوا إِنَّمَا أَشْرَكَ آبَاؤُنَا} الْآيَةَ.

adalah orang-orang yang lengah, atau agar kalian tidak mengata­kan, "Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan.” (Al-A'raf: 172-173), hingga akhir ayat.

Bapak dan Ibu yang dirahmati Allah, kita cukupkan sampai disini taushiyah malam ini, insya Allah taushiyah ini akan kita lanjutkan lagi pada malam berikutnya.  Salam tahajud.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Dikutip dari geup WA MUTIARA AL QUR'AN,SABTU 1.02.2020

HIDAYAH (PETUNJUK) DAN KESESATAN BAGI SEORANG HAMBA ADALAH HAK PREROGATIF ALLAH"



Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah, Dzat yang telah mengutus Muhammad SAW menjadi rahmat bagi seluruh alam. Shalawat dan salaam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW berserta keluarga, shahabat dan pengikutnya sampai akhir zaman. Amma ba'du.

Bapak dan Ibu yang dirahmati Allah,  pada malam ini akan  disampaikan taushiyah seperti judul diatas, sesuai dengan firman Allah pada surat Al-A'raf, ayat 178 :

{مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِي وَمَنْ يُضْلِلْ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ}

Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barang siapa yang disesatkan Allah, maka merekalah arang-orang yang merugi. 

Bapak dan Ibu, pada ayat di atas Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman bahwa barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya; dan barang siapa yang disesatkan oleh-Nya, maka sesungguhnya dia telah merugi, kecewa, dan sesat tanpa dapat dielakkan lagi. Karena sesungguhnya sesuatu yang dikehendaki oleh Allah pasti terjadi, dan sesuatu yang tidak dikehendaki­Nya pasti tidak akan terjadi. Karena itulah di dalam hadis Ibnu Mas'ud Radhiyallahu Anhu disebutkan hal seperti berikut:

"إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَهْدِيهِ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنُعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ".

Sesungguhnya segala puji bagi Allah. Kami memuji, memohon pertolongan, memohon hidayah, dan memohon ampun hanya kepada-Nya. Dan Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan hawa nafsu kami dan keburukan-keburukan amal perbuatan kami. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, tidak ada yang dapat menyesatkannya; dan barang siapa disesatkan oleh Allah, tidak ada yang dapat memberikan petunjuk kepadanya Dan saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul­Nya. (HR. Ahmad)

Bapak dan Ibu, hidayah bagi seorang hamba adalah hak prerogatif Allah. Seorang hamba hanya bisa memberikan nasehat, peringatan dan pelajaran, namun tidak mampu memberikan hidayah, meskipun kepada orang yang sangat dicintainya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman kepada Rasul-Nya :

{إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ}

Sesungguhnya kamu, (hai Muhammad) tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi. (Al-Qashash: 56)

Yakni masalah petunjuk bukanlah merupakan urusan kamu. Sesungguhnya tugasmu hanyalah menyampaikan, sedangkan Allah-lah yang akan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Bagi-Nya hikmah yang tak terperikan dan hujah yang mengalahkan, sebagaimana yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:

{لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ}

Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufik) siapa yang dikehendaki-Nya. (Al-Baqarah: 272)

Dan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

{وَمَا أَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِينَ}

Dan sebagian besar manusia tidak akan beriman, walaupun kamu sangat menginginkannya. (Yusuf: 103)

Tetapi ayat dalam surat Al-Qashash ini lebih khusus daripada ayat lainnya yang semakna, karena sesungguhnya disebutkan di dalamnya:

{إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ}

Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. (Al-Qashash: 56)

Artinya, Dia lebih mengetahui siapa yang berhak mendapat hidayah dan siapa yang berhak mendapat kesesatan.

Di dalam kitab Sahihain telah disebutkan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Abu Talib, paman Rasulullah

Shallallahu'alaihi Wasallam Padahal Abu Talib adalah orang yang melindunginya, membantunya dan berdiri di pihaknya, serta mencintainya dengan kecintaan yang sangat secara naluri, bukan secara syar'i. Tatkala ajal menjelang dan sudah tiba saat ajalnya, Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam menyerunya untuk beriman dan masuk Islam. Tetapi takdir telah mendahuluinya dan nyawanya telah meregang, sedangkan ia masih tetap berada di dalam kekafirannya. Hanya bagi Allah-lah hikmah yang sempurna.

Diriwayatkan :

لَمَّا حَضَرَتْ أَبَا طَالِبٍ الْوَفَاةُ جَاءَهُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَوَجَدَ عِنْدَهُ أَبَا جَهْلِ بْنَ هِشَامٍ، وَعَبْدَ اللَّهِ بْنَ أَبِي أُمَيَّةَ بْنِ الْمُغِيرَةِ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا عَمِّ، قُلْ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، كَلِمَةٌ أَشْهَدُ لَكَ بِهَا عِنْدَ اللَّهِ". فَقَالَ أَبُو جَهْلٍ وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي أُمَيَّةَ: يَا أَبَا طَالِبٍ، أَتَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ؟ فَلَمْ يَزَلْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْرِضُهَا عَلَيْهِ، وَيَعُودَانِ لَهُ بِتِلْكَ الْمَقَالَةِ، حَتَّى قَالَ آخَرَ مَا قَالَ: هُوَ عَلَى مِلَّةِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ. وَأَبَى أَنْ يَقُولَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهِ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَمَا لَأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ مَا لَمْ أُنْهَ عَنْكَ". فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: {مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى} [التوبة: 113] ، بوأنزل فِي أَبِي طَالِبٍ: {إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ}

Ketika Abu Talib menjelang ajalnya, Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam datang. Beliau Shalallahu'alaihi Wasallam menjumpai Abu Jahal ibnu Hisyam dan Abdullah ibnu Abu Umayyah ibnul Mugirah ada di sisi Abu Talib. Maka Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda: Wahai paman(ku), ucapkanlah, "Tidak ada Tuhan selain Allah, " yaitu suatu kalimat yang dengannya kelak aku akan membelamu di hadapan Allah! Maka Abu Jahal dan Abdullah ibnu Abu Umayyah berkata, "Hai Abu Talib, apakah kamu tidak suka dengan agama Abdul Muttalib?" Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam terus-menerus menawarkan hal itu kepada Abu Talib, tetapi keduanya selalu menentangnya dengan kalimat itu terhadap Abu Talib. Sehingga di akhir kalimat yang diucapkan Abu Talib menyatakan bahwa dirinya tetap berada pada agama Abdul Muttalib, dan menolak untuk mengucapkan kalimat "Tidak ada Tuhan selain Allah." Maka Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda: Demi Allah, sungguh aku akan memohonkan ampun buatmu (kepada Allah) selama aku tidak dilarang memohonkannya buatmu. Maka Allah menurunkan firman-Nya: Tiadalah sepatutnya bagi nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya). (At-Taubah:113) Dan sehubungan dengan Abu Talib itu Allah Subhanahu wa Ta'ala menurunkan firman-Nya: Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya. (Al-Qashash: 56)
(HRS. Bukhari dan Muslim)

Bapak dan Ibu, nikmat yang paling besar dalam hidup ini adalah nikmat "Iman dan Islam", karena Iman dan Islam hanya dikaruniakan kepada hamba-hamba yang dikehendakiNya. Semoga kita dan keturunan kita sampai akhir zaman termasuk hamba Allah yang mendapatkan hidayah Iman dan Islam sampai akhir hayat kita masing-masing.

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (Ali Imran : 102)

Bapak dan Ibu yang dirahmati Allah, kita cukupkan sampai disini taushiyah malam ini, insya Allah taushiyah ini akan kita lanjutkan lagi pada malam berikutnya.  Salam tahajud.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Dikutip dari grup wa mutiara al qur'an Sabtu,1-02-2020