Cari Blog Ini

Sabtu, 01 Februari 2020

HIDAYAH (PETUNJUK) DAN KESESATAN BAGI SEORANG HAMBA ADALAH HAK PREROGATIF ALLAH"



Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah, Dzat yang telah mengutus Muhammad SAW menjadi rahmat bagi seluruh alam. Shalawat dan salaam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW berserta keluarga, shahabat dan pengikutnya sampai akhir zaman. Amma ba'du.

Bapak dan Ibu yang dirahmati Allah,  pada malam ini akan  disampaikan taushiyah seperti judul diatas, sesuai dengan firman Allah pada surat Al-A'raf, ayat 178 :

{مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِي وَمَنْ يُضْلِلْ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ}

Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barang siapa yang disesatkan Allah, maka merekalah arang-orang yang merugi. 

Bapak dan Ibu, pada ayat di atas Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman bahwa barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya; dan barang siapa yang disesatkan oleh-Nya, maka sesungguhnya dia telah merugi, kecewa, dan sesat tanpa dapat dielakkan lagi. Karena sesungguhnya sesuatu yang dikehendaki oleh Allah pasti terjadi, dan sesuatu yang tidak dikehendaki­Nya pasti tidak akan terjadi. Karena itulah di dalam hadis Ibnu Mas'ud Radhiyallahu Anhu disebutkan hal seperti berikut:

"إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَهْدِيهِ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنُعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ".

Sesungguhnya segala puji bagi Allah. Kami memuji, memohon pertolongan, memohon hidayah, dan memohon ampun hanya kepada-Nya. Dan Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan hawa nafsu kami dan keburukan-keburukan amal perbuatan kami. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, tidak ada yang dapat menyesatkannya; dan barang siapa disesatkan oleh Allah, tidak ada yang dapat memberikan petunjuk kepadanya Dan saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul­Nya. (HR. Ahmad)

Bapak dan Ibu, hidayah bagi seorang hamba adalah hak prerogatif Allah. Seorang hamba hanya bisa memberikan nasehat, peringatan dan pelajaran, namun tidak mampu memberikan hidayah, meskipun kepada orang yang sangat dicintainya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman kepada Rasul-Nya :

{إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ}

Sesungguhnya kamu, (hai Muhammad) tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi. (Al-Qashash: 56)

Yakni masalah petunjuk bukanlah merupakan urusan kamu. Sesungguhnya tugasmu hanyalah menyampaikan, sedangkan Allah-lah yang akan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Bagi-Nya hikmah yang tak terperikan dan hujah yang mengalahkan, sebagaimana yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:

{لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ}

Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufik) siapa yang dikehendaki-Nya. (Al-Baqarah: 272)

Dan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

{وَمَا أَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِينَ}

Dan sebagian besar manusia tidak akan beriman, walaupun kamu sangat menginginkannya. (Yusuf: 103)

Tetapi ayat dalam surat Al-Qashash ini lebih khusus daripada ayat lainnya yang semakna, karena sesungguhnya disebutkan di dalamnya:

{إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ}

Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. (Al-Qashash: 56)

Artinya, Dia lebih mengetahui siapa yang berhak mendapat hidayah dan siapa yang berhak mendapat kesesatan.

Di dalam kitab Sahihain telah disebutkan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Abu Talib, paman Rasulullah

Shallallahu'alaihi Wasallam Padahal Abu Talib adalah orang yang melindunginya, membantunya dan berdiri di pihaknya, serta mencintainya dengan kecintaan yang sangat secara naluri, bukan secara syar'i. Tatkala ajal menjelang dan sudah tiba saat ajalnya, Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam menyerunya untuk beriman dan masuk Islam. Tetapi takdir telah mendahuluinya dan nyawanya telah meregang, sedangkan ia masih tetap berada di dalam kekafirannya. Hanya bagi Allah-lah hikmah yang sempurna.

Diriwayatkan :

لَمَّا حَضَرَتْ أَبَا طَالِبٍ الْوَفَاةُ جَاءَهُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَوَجَدَ عِنْدَهُ أَبَا جَهْلِ بْنَ هِشَامٍ، وَعَبْدَ اللَّهِ بْنَ أَبِي أُمَيَّةَ بْنِ الْمُغِيرَةِ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا عَمِّ، قُلْ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، كَلِمَةٌ أَشْهَدُ لَكَ بِهَا عِنْدَ اللَّهِ". فَقَالَ أَبُو جَهْلٍ وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ أَبِي أُمَيَّةَ: يَا أَبَا طَالِبٍ، أَتَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ؟ فَلَمْ يَزَلْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْرِضُهَا عَلَيْهِ، وَيَعُودَانِ لَهُ بِتِلْكَ الْمَقَالَةِ، حَتَّى قَالَ آخَرَ مَا قَالَ: هُوَ عَلَى مِلَّةِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ. وَأَبَى أَنْ يَقُولَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهِ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "أَمَا لَأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ مَا لَمْ أُنْهَ عَنْكَ". فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: {مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى} [التوبة: 113] ، بوأنزل فِي أَبِي طَالِبٍ: {إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ}

Ketika Abu Talib menjelang ajalnya, Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam datang. Beliau Shalallahu'alaihi Wasallam menjumpai Abu Jahal ibnu Hisyam dan Abdullah ibnu Abu Umayyah ibnul Mugirah ada di sisi Abu Talib. Maka Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda: Wahai paman(ku), ucapkanlah, "Tidak ada Tuhan selain Allah, " yaitu suatu kalimat yang dengannya kelak aku akan membelamu di hadapan Allah! Maka Abu Jahal dan Abdullah ibnu Abu Umayyah berkata, "Hai Abu Talib, apakah kamu tidak suka dengan agama Abdul Muttalib?" Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam terus-menerus menawarkan hal itu kepada Abu Talib, tetapi keduanya selalu menentangnya dengan kalimat itu terhadap Abu Talib. Sehingga di akhir kalimat yang diucapkan Abu Talib menyatakan bahwa dirinya tetap berada pada agama Abdul Muttalib, dan menolak untuk mengucapkan kalimat "Tidak ada Tuhan selain Allah." Maka Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda: Demi Allah, sungguh aku akan memohonkan ampun buatmu (kepada Allah) selama aku tidak dilarang memohonkannya buatmu. Maka Allah menurunkan firman-Nya: Tiadalah sepatutnya bagi nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya). (At-Taubah:113) Dan sehubungan dengan Abu Talib itu Allah Subhanahu wa Ta'ala menurunkan firman-Nya: Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya. (Al-Qashash: 56)
(HRS. Bukhari dan Muslim)

Bapak dan Ibu, nikmat yang paling besar dalam hidup ini adalah nikmat "Iman dan Islam", karena Iman dan Islam hanya dikaruniakan kepada hamba-hamba yang dikehendakiNya. Semoga kita dan keturunan kita sampai akhir zaman termasuk hamba Allah yang mendapatkan hidayah Iman dan Islam sampai akhir hayat kita masing-masing.

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (Ali Imran : 102)

Bapak dan Ibu yang dirahmati Allah, kita cukupkan sampai disini taushiyah malam ini, insya Allah taushiyah ini akan kita lanjutkan lagi pada malam berikutnya.  Salam tahajud.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Dikutip dari grup wa mutiara al qur'an Sabtu,1-02-2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar