Cari Blog Ini
Minggu, 31 Mei 2020
AL BAQARAH 243: EDISI SPESIAL : MENYIKAPI SECARA CERDAS (SESUAI KETENTUAN SYARII'AH), DATANGNYA WABAH PENYAKIT YANG MEMATIKAN"
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah, Dzat yang telah mengutus Muhammad SAW menjadi rahmat bagi seluruh alam. Shalawat dan salaam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW berserta keluarga, shahabat dan pengikutnya sampai akhir zaman. Amma ba'du.
Bapak dan Ibu yang dirahmati Allah, akhir-akhir ini di Benua Asia, Australia, Eropa dan Amerika bahkan hampir seluruh dunia termasuk di negeri kita tercinta telah terjangkit wabah penyakit yang mematikan yang disebut Corvid-19. Sehubungan dengan itu pada hari ini akan disampaikan "taushiyah edisi spesial" seperti judul diatas, sesuai dengan firman Allah pada surat Al-Baqarah ayat 243 :
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ خَرَجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ وَهُمْ أُلُوفٌ حَذَرَ الْمَوْتِ فَقَالَ لَهُمُ اللَّهُ مُوتُوا ثُمَّ أَحْيَاهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَشْكُرُون
َApakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang keluar dari kampung halaman mereka, sedangkan mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati, maka Allah berfirman kepada mereka, "Matilah kalian," kemudian Allah menghidupkan mereka. Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia, tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.
Bapak dan Ibu, Waki' Ibnul Jarrah di dalam kitab tafsirnya mengatakan, telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan deagan firman-Nya: Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang keluar dari kampung halaman mereka, sedangkan mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati. (Al-Baqarah: 243) Ibnu Abbas mengatakan bahwa jumlah mereka ada empat ribu orang; mereka keluar meninggalkan kampung halamannya untuk menghindari penyakit ta'un (wabah penyakit yang mematikan) yang sedang melanda negeri mereka. Mereka berkata, "Kita akan mendatangi suatu tempat yang tiada kematian padanya." Ketika mereka sampai di tempat anu dan anu, maka Allah berfirman kepada mereka: Matilah kalian! (Al-Baqarah: 243) Maka mereka semuanya mati. Kemudian lewatlah kepada mereka seorang nabi, lalu nabi itu berdoa kepada Allah agar mereka dihidupkan kembali, maka Allah menghidupkan mereka. Yang demikian itu dinyatakan di dalam firman-Nya: Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang keluar dari kampung halaman mereka, sedangkan mereka beribu-ribu (jumlahnya) karena takut mati. (Al-Baqarah: 243), hingga akhir ayat.
Bukan hanya seorang saja dari kalangan ulama Salaf menyebutkan bahwa mereka adalah suatu kaum penduduk sebuah negeri di zaman salah seorang nabi Bani Israil. Mereka bertempat tinggal di kemah-kemahnya di tanah kampung halaman mereka. Akan tetapi, datanglah wabah penyakit yang membinasakan, menimpa mereka. Akhirnya mereka keluar menghindari maut ke daerah-daerah pedalaman.
Mereka bertempat di sebuah lembah yang luas, dan jumlah mereka yang banyak itu memenuhi lembah tersebut. Maka Allah mengirimkan dua malaikat kepada mereka; salah satunya dari bawah lembah, sedangkan yang lainnya datang dari atasnya. Kedua malaikat itu memekik sekali pekik di antara mereka, akhirnya matilah mereka semuanya seperti halnya seseorang mati. Kemudian mereka dikumpulkan di kandang-kandang ternak, lalu di sekitar mereka dibangun tembok-tembok (yang mengelilingi) mereka. Mereka semuanya binasa dan tercabik-cabik serta berantakan.
Setelah lewat masa satu tahun, lewatlah kepada mereka seorang nabi dari kalangan nabi-nabi Bani Israil yang dikenal dengan sebutan Hizqil. Lalu Nabi Hizqil meminta kepada Allah agar mereka dihidupkan kembali di hadapannya, dan Allah memperkenankan permintaan tersebut. Allah memerintahkan kepadanya agar mengucapkan, "Hai tulang belulang yang telah hancur, sesungguhnya Allah memerintahkan kepada kamu agar berkumpul kembali!" Maka tergabunglah tulang-belulang tiap jasad sebagian yang lain menyatu dengan yang lainnya. Kemudian Allah memerintahkan kepada nabi tersebut untuk mengucapkan, "Hai tulang-belulang yang telah hancur, sesungguhnya Allah memerintahkan kepadamu untuk memakai daging, urat, dan kulitmu!" Maka terjadilah hal tersebut, sedangkan nabi menyaksikannya. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan kepada nabi untuk mengatakan.”Hai para arwah, sesungguhnya Allah memerintahkan kepadamu agar setiap roh kembali kepada jasad yang pernah dimasukinya!" Maka mereka bangkit hidup kembali seraya berpandangan; Allah telah menghidupkan mereka dari tidurnya yang cukup panjang itu, sedangkan mereka mengucapkan kalimat berikut: Mahasuci Engkau, tidak ada Tuhan selain Engkau.
Dihidupkan-Nya kembali mereka merupakan pelajaran dan bukti yang akurat yang menunjukkan bahwa kelak di hari kiamat jasad akan dibangkitkan hidup kembali. Karena itulah Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
{إِنَّ اللَّهَ لَذُو فَضْلٍ عَلَى النَّاسِ}
Sesungguhnya Allah mempunyai karunia terhadap manusia. (Al-Baqarah: 243)
Yakni melalui ayat-ayat (tanda-tanda) yang jelas yang diperlihatkan kepada mereka, hujah-hujah yang kuat, dan dalil-dalil yang akurat.
{وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَشْكُرُونَ}
Akan tetapi, kebanyakan manusia tidak bersyukur. (Al-Baqarah: 243)
Yaitu mereka tidak menunaikan syukurnya atas limpahan nikmat yang telah diberikan oleh Allah kepada mereka dalam urusan agama dan keduniawian mereka.
Bapak dan Ibu, di dalam kisah ini terkandung pelajaran dan dalil yang menunjukkan bahwa tiada gunanya melarikan diri dalam menghadapi takdir, dan tidak ada tempat berlindung, kecuali hanya kepada Allah. Karena sesungguhnya mereka keluar untuk tujuan melarikan diri dari wabah penyakit mematikan yang melanda mereka agar hidup mereka panjang. Akan tetapi, pada akhirnya nasib yang menimpa mereka adalah kebalikan dari apa yang mereka dambakan, dan datanglah maut dengan cepat sekaligus membinasakan mereka semuanya.
Dalam menyikapi datangnya wabah penyakit yang mematikan, Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam telah bersabda:
إِذَا كَانَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ فِيهَا فَلَا تَخْرُجُوا فِرَارًا مِنْهُ، وَإِذَا سَمِعْتُمْ بِهِ بِأَرْضٍ فَلَا تَقْدَمُوا عَلَيْهِ"
Apabila wabah berada di suatu tempat, sedangkan kalian berada di dalamnya, maka janganlah kalian keluar untuk menghindarinya. Dan apabila kalian mendengar suatu wabah sedang melanda suatu daerah, maka janganlah kalian mendatanginya. (HSR. Bukhari, Muslim dan Ahmad)
Rasulullah SAW pernah bersabda :
"أَنَّ هَذَا السَّقَمَ عُذِّبَ بِهِ الْأُمَمُ قَبْلَكُمْ فَإِذَا سَمِعْتُمْ بِهِ فِي أَرْضٍ فَلَا تَدْخُلُوهَا وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ فِيهَا فَلَا تَخْرُجُوا فِرَارًا مِنْهُ"
Sesungguhnya wabah ini pernah menimpa umat-umat sebelum kalian sebagai azab. Karena itu, apabila kalian mendengar wabah ini berada di suatu daerah, maka janganlah kalian memasukinya. Dan apabila ia berada di suatu daerah, sedangkan kalian berada di dalamnya, maka janganlah kalian keluar darinya karena menghindarinya. (HSR. Bukhari dan Muslim)
Bapak dan Ibu, kematian atau musibah adalah taqdir, dan kaum muslimin wajib hukumnya mengimani taqdir sebagai ketetapan yang pasti dari Allah Swt dan hikmah yang berada dibalik ketetapan itu, sebagaimana firmanNya :
أَنْفُسِكُمْ}
Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri. (Al-Hadid: 22)
Maksudnya, di jagat raya ini dan juga pada diri kalian.
{إِلا فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا}
melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami menciptakannya. (Al-Hadid: 22)
Yakni sebelum Kami ciptakan manusia dan makhluk lainnya.
Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam telah bersabda:
"قدَّر الله المقادير قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ"
Allah telah menetapkan ukuran-ukuran (semua makhluk-Nya) sebelum menciptakan langit dan bumi dalam jarak lima puluh ribu tahun. (HSR. Muslim)
Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
{إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ}
Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Al-Hadid: 22)
Artinya, pengetahuan Allah Subhanahu wa Ta'ala mengenai segala sesuatu sebelum kejadiannya dan pencatatan semuanya itu oleh-Nya sesuai dengan kejadiannya di alam kenyataan adalah mudah sekali bagi Allah. Karena sesungguhnya Dia mengetahui apa yang telah terjadi dan apa yang akan terjadi serta apa yang tidak akan terjadi, dan bagaimana akibatnya bila hal itu terjadi.
Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
{لِكَيْ لَا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ}
(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. (Al-Hadid: 23)
Yaitu Kami beri tahukan kepada kalian tentang ilmu Kami dan ketetapan Kami atas segala sesuatu sebelum kejadiannya, dan ukuran-ukuran yang Kami buatkan untuk semua makhluk sebelum keberadaannya, supaya kalian mengetahui bahwa musibah yang menimpa diri kalian bukanlah hal yang diluputkan dari kalian, dan musibah yang luput dari kalian bukanlah untuk ditimpakan kepada kalian. Makajanganlah kamu menyesali apa yang luput dari kamu; karena sesungguhnya seandainya hal itu ditakdirkan, niscaya akan terjadi.
{وَلا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ}
dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu.(Al-Hadid: 23)
Yakni dengan apa yang didatangkan kepadamu. Makna atakum ialah diberikan-Nya kepadamu; kedua makna saling berkaitan. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa janganlah kamu berbangga diri terhadap manusia dengan nikmat yang telah diberikan oleh Allah kepadamu. Karena sesungguhnya pemberian itu bukanlah dari usaha kamu, bukan pula dari hasil jerih payahmu. Sesungguhnya hal itu terjadi hanyalah semata-mata karena takdir Allah dan pemberian rezeki-Nya kepadamu. Maka janganlah nikmat-nikmat Allah menjadikan kamu lupa daratan hingga menjadi orang yang jahat lagi angkuh, lalu kamu membangga-banggakannya terhadap orang lain. Untuk itu, maka disebutkan dalam firman berikutnya:
{وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ}
Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri. (Al-Hadid: 23)
Maksudnya, bersikap angkuh dan sombong serta merasa besar diri terhadap orang lain. Ikrimah mengatakan bahwa tiada seorang pun melainkan mengalami gembira dan sedih, maka bersyukurlah kamu di saat memperoleh kegembiraan dan bersabarlah dalam menanggung kedukaan (kesedihan).
Bapak dan Ibu, menyikapi datangnya wabah/pandemi corvid-19, kita tidak boleh panik apalagi ketakutan namun tetap waspada. Sebagai orang yang mengimani taqdir, kita wajib meningkatkan kesabaran, bertawakal menyerahkan segala urusan dan memohon pertolongan dari segala masalah kepada Allah Swt, mohon agar Allah menyelamatkan kita, keluarga kita, keturunan kita, negeri kita, bangsa kita serta menyelamatkan kaum muslimin dimanapun mereka berada, dari musibah, becana dan malapetaka ini.
Disisi lain Allah Swt mewajibkan kepada kita untuk berikhtiar dengan segenap daya upaya agar virus corona ini dapat ditanggulangi dengan baik. Upaya pengobatan, isolasi, menjaga kebersihan, mengurang kontak phisik, serta lock down (yg dilakukan di beberapa negara) adalah merupakan bentuk ikhtiar yang harus kita patuhi bersama. Kepanikan dan ketakutan berlebihan terhadap wabah ini merupakan ciri orang yang tidak sabar dan tidak beriman kepada taqdir. Implikasinya dari sisi stabilitas nasional akan menimbulkan kemudaratan yang lebih besar, misalnya memburuknya ekonomi nasional karena terhentinya aktivitas masyarakat dan lebih banyak lagi mudarat yg bisa kita perhitungkan. Oleh karena itu hendaknya aktivitas masyarakat tetap berjalan normal dengan penuh disiplin, kepatuhan kepada ketentuan/protokol yang disepakati, seraya menjaga stamina tubuh dan tetap bertawakal beserah diri mohon pertolongan Allah Swt.
Dengan demikian cara yang cerdas menyikapi wabah ini adalah "ikhtiar dan tawakal", sebagaimana sabda Nabi SAW :
لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرُزِقْتُمْ كَمَا يُرْزَقُ الطَّيْرُ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا
“Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya pasti Allah akan memberi kalian rezeki sebagaimana burung diberi rezeki. Keluar diwaktu pagi dalam keadaan lapar kemudian pulang dalam kondisi kenyang.” (HR. Tirnidzi)
Demikian taushiyah edisi spesial ini semoga bermanfaat bagi kita semua. Allahumma salimna, wa salim ahlina, wa salim dzurriyatina, wa salim baladina, wa salim saiiril muslimin wal muslimat fii kulli makan, min saqama hadza, birahmatika ya arhama rahimien. (Ya Allah selamatkan kami, selamatkan keluarga kami, selamatkan anak cucu kami, selamatkan negeri kami, selamatkanlah semua muslimin dan muslimat dimanapun mereka berada, dari wabah ini, wahai Dzat Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang) Aamiin.
Wassalamu'alaikum Wr.Wb.
Dikutip dari grup wa mutiara quran
10 WASIAT UNTUK MENCEGAH VIRUS CORONA
**
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
*_Ringkasan Wasiat Asy-Syaikh Prof. Dr. AbdurRozzaq Al-Badr hafizhahullah_*
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
*PERTAMA: BACAAN UNTUK MENCEGAH BAHAYA*
Dari Utsman bin Affan radhiyallahu'anhu, beliau berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah shallallaahu'alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa membaca,
بِسْمِ اللَّهِ الذي لا يَـضُرُّ مع اسْمِهِ شَيءٌ في الأرضِ ولا في السَّماءِ وهُوَ السَّميعُ العَليمُ
"Dengan menyebut nama Allah, yang bersama nama-Nya tidak ada satu pun yang membahayakan di bumi maupun di langit, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."
Sebanyak 3 kali (di petang hari), maka tidak ada bahaya yang akan menimpanya sampai pagi, dan barangsiapa membacanya di pagi hari 3 kali maka tidak ada bahaya yang akan menimpanya sampai sore hari." [HR. Abu Daud dan lainnya]
*KEDUA: MEMPERBANYAK DOA NABI YUNUS 'ALAIHISSALAM*
لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
"Tiada yang berhak disembah selain Engkau, Maha Suci Engkau, sungguh aku termasuk orang-orang yang zalim."
Allah 'azza wa jalla berfirman,
وَذَا النُّونِ إِذْ ذَهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ أَنْ لَنْ نَقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَى فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ، فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَنَجَّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ وَكَذَلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِينَ
"Dan ingatlah kisah Dzun Nun (Nabi Yunus 'alaihissalam), ketika ia pergi dalam keadaan marah (kepada kaumnya), lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka ia berdoa dalam keadaan yang sangat gelap (di perut ikan), ”Tidak ada yang Berhak disembah selain Engkau, Maha Suci Engkau, sungguh aku termasuk orang-orang yang zalim.” Maka Kami kabulkan doanya dan Kami selamatkan dia dari kesulitan. Dan demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman." [QS. Al-Anbiya: 87-88]
Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan dalam Tafsir beliau, tentang firman Allah, "Dan demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman",
أي: إذا كانـوا في الشدائِـدِ ودعونا مُنِـيـبـيـن إلينا، ولا سيَّما إذا دَعَوا بهذا الدعاءِ في حالِ البلاء
"Maknanya: Orang-orang yang beriman apabila berada dalam kondisi bahaya dan mereka berdoa kepada Allah dalam keadaan bertaubat kepada-Nya, terutama apabila mereka berdoa dengan doa ini saat tertimpa bahaya, maka Allah akan menyelamatkan mereka."
Kemudian Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah menyebutkan sebuah hadits dari Nabi shallallaahu'alaihi wa sallam,
دعوةُ ذي النُّون إِذْ دَعا بها وهو في بَطْنِ الحُوتِ: «لا إله إلا أنت سبحانك إني كنتُ من الظالمينَ»، لَم يَـدْعُ بها رجلٌ في شيءٍ قطُّ إلا استجابَ اللهُ له
"Doa Dzun Nun (Nabi Yunus 'alaihissalam) ketika beliau membacanya di dalam perut ikan,
لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
"Tiada yang berhak disembah selain Engkau, Maha Suci Engkau, sungguh aku termasuk orang-orang yang zalim."
Tidaklah seseorang berdoa dengannya dalam semua keadaan, kecuali Allah akan mengabulkannya." [HR. Ahmad dan At-Tirmidzi]
Al-'Allamah Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata dalam kitab Al-Fawaaid,
فما دُفِـعَتْ شدائِد الدُّنيا بِمثل التَّوْحِيد، ولذلك كان دُعاء الكَرْبِ بِالتَّوحِيـدِ، ودعوةُ ذِي النُّون التي ما دعا بها مَكْرُوب إِلَّا فَـرَّج الله كَرْبَهُ بِالتَّوْحِيدِ.
فلا يُلْـقِي في الكُـرَبِ العِظام إِلَّا الشِّرك، ولا يُنْجي مِنها إِلَّا التَّوْحِيد، فَهُوَ مَفْـزَعُ الخَلِيقةِ ومَلْجَؤُها وحِصْنُها وغِياثُها، وباللَّهِ التَّوْفِيق
"Tidak ada yang seperti tauhid dalam menolak musibah-musibah yang terjadi di dunia. Oleh karena itu doa agar dihilangkannya kesusahan adalah dengan tauhid. Dan doa Nabi Yunus di dalam perut ikan yang beliau panjatkan agar Allah menyelamatkan dan mengeluarkannya dari kesusahan adalah dengan Tauhid.
Tidak ada yang dapat menjerumuskan ke dalam kesusahan-kesusahan yang terbesar kecuali dosa syirik. Dan tidak ada yang bisa menyelamatkan darinya kecuali dengan tauhid. Maka tauhid adalah sebab terlindungi, terjaga, terbentengi dan terselamatkannya alam semesta, dan hanya Allah yang memberikan taufiq."
*KETIGA: BERLINDUNG KEPADA ALLAH DARI BERATNYA MUSIBAH*
Dari Abu Hurairah radhiyallahu‘anhu, dari Nabi shallallahu‘alaih wa sallam, beliau bersabda,
تَعَوَّذُوا بِاللَّهِ مِنْ جَهْدِ الـبَـلاءِ، ودَرَكِ الشَّقَاءِ، وَسُوءِ القَضَاءِ، وشَماتَـةِ الأعداءِ .رواهما البخاري
“Berlindunglah kepada Allah dari beratnya musibah, tertimpa kebinasaan, takdir yang buruk dan rasa bahagianya musuh.” [HR. Bukhari]
*KEEMPAT: SELALU MEMBACA DOA KETIKA KELUAR RUMAH*
Dari Anas bin Malik radhiyallahu'anhu, bahwa Nabi shallallaahu'alaihi wa sallam bersabda,
إِذا خَرَجَ الرَّجُلُ مِنْ بَـيْـتِـهِ فقالَ: «بِسْمِ اللَّهِ، تَـوكَّلْتُ على اللَّهِ، لا حوْلَ ولا قُوَّةَ إِلا بِاللَّهِ» -قـال:- يُـقـالُ حِـيـنَــئِـذٍ: هُدِيتَ، وَكُـفِيتَ، وَوُقِيتَ، فتَـتَـنَحَّى لَهُ الشَّيَاطِـينُ، فَـيقُولُ لَهُ شيـطانٌ آخَـرُ: كيفَ لك بِرَجُلٍ قَـدْ هُـدِيَ وكُـفِـيَ ووُقِـيَ؟
"Apabila seseorang keluar dari rumahnya seraya membaca,
بِسْمِ اللَّهِ، تَـوكَّلْتُ على اللَّهِ، لا حوْلَ ولا قُوَّةَ إِلا بِاللَّهِ
"Dengan nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah, tidak ada upaya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah".
Maka akan dikatakan kepadanya ketika itu: Engkau telah diberi hidayah, dicukupi dan dilindungi. Lalu setan menjauh darinya, maka setan yang lain berkata: Bagaimana kamu akan mencelakakan orang yang telah diberi hidayah, dicukupi dan dilindungi?" [HR. Abu Daud]
*KELIMA: MEMOHON KESELAMATAN SETIAP PAGI DAN PETANG*
Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu'anhuma, beliau berkata: Rasulullah shallallaahu'alaihi wa sallam tidak pernah meninggalkan doa ini setiap pagi dan petang,
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ العافِيَـةَ فـي الدُّنيا والآخِرَةِ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ العَفْوَ والعافِيَـةَ فـي دِيني ودُنْـيايَ وأَهْلِي ومالِي، اللَّهُمَّ اسْتُـرْ عَوْراتِي، وآمِنْ رَوْعاتِي، اللَّهُمَّ احْفَظْنِـي مِنْ بَـيْنِ يَدَيَّ، ومِنْ خَلْفِي، وعَنْ يَمِيـنِـي، وعَنْ شِمالِي، ومِنْ فَوْقِي، وأَعُوذُ بِعَظَمَـتِكَ أَنْ أُغْتالَ مِنْ تَحْتِـي
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadamu keselamatan di dunia dan akhirat. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadamu pemaafan dan keselamatan dalam agama, dunia, keluarga dan hartaku. Ya Allah, tutupilah auratku dan tenteramkanlah aku dari rasa takut. Ya Allah, jagalah aku dari arah depan, belakang, kanan, kiri serta atasku, dan aku berlindung dengan keagungan-Mu, dari ditenggelamkan dari arah bawahku (tertimpa malapetaka tanpa aku sadari)." [HR. Ahmad]
*KEENAM: MEMPERBANYAK DOA*
Dari Ibnu Umar radhiyallahu'anhuma, beliau berkata, Rasulullah shallallaahu'alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ فُـتِـحَ له مِنـكُمْ بابُ الدُّعاءِ فُـتِحَتْ لـه أَبـوابُ الرَّحْمَةِ، وما سُئِـلَ اللَّهُ شَيْـئًا - يعني: أَحَبَّ إِليـهِ - مِن أَنْ يُسْأَلَ العافِـيَـةَ
"Barangsiapa diantara kalian dibukakan untuknya pintu doa maka akan dibukakan untuknya pintu-pintu rahmat, dan tidaklah Allah dimintai sesuatu yang lebih Dia cintai daripada permintaan keselamatan."
Dan Rasulullah shallallaahu'alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الدُّعاءَ يَـنْـفَعُ مِمَّا نَـزَلَ ومِمَّا لمْ يَنْزِلْ، فَـعَـلَـيكُم عِبادَ اللهِ بالدُّعاءِ
"Sesungguhnya doa bermanfaat untuk perlindungan dari yang sudah terjadi dan yang belum terjadi, maka hendaklah kalian banyak berdoa wahai hamba-hamba Allah." [HR. At-Tirmidzi dan lainnya]
*KETUJUH: TIDAK MENDATANGI TEMPAT TERSEBARNYA WABAH*
Dari Abdullah bin Amir radhiyallahu'anhuma, “Bahwasanya Umar radhiyallahu‘anhu berangkat menuju Syam, ketika sampai di Sarga (sebuah kampung di lembah Tabuk) disampaikan kepada beliau bahwa ada wabah tersebar di Syam. Maka Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu'anhu mengabarkan kepada beliau bahwa Rasullullah bersabda,
إِذا سَمِعْـتُم به بأَرْضٍ فلا تَـقْدَمُوا عليه، وإذا وَقَعَ بأَرضٍ وأنتُم بها، فلا تَخْرُجوا فِـرارًا منه
"Jika kalian mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah datang ke daerah tersebut, dan jika muncul wabah di suatu wilayah dan kalian berada di daerah tersebut, maka janganlah kalian keluar darinya untuk lari dari wabah tersebut." [HR. Al-Bukhari dan Muslim]
Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu, bahwa Rasulullah shallallaahu'alaihi wa sallam bersabda,
لا يُـورِدُ المُمْرِضُ على المُـصِحِّ
"Jangan digabungkan antara yang sakit dengan yang sehat." [HR. Al-Bukhari dan Muslim]
*KEDELAPAN: SENANTIASA BERAMAL DAN BERBUAT BAIK KEPADA ORANG LAIN*
Dari Anas bin Malik radhiyallahu'anhu, beliau berkata, Rasulullah shallallaahu'alaihi wa sallam bersabda,
صنائعُ المعرُوفِ تقي مَصارِعَ السُّوءِ، والآفاتِ، والهَلَكَاتِ، وأَهْلُ المعرُوفِ في الدُّنيا هُمْ أَهلُ المعرُوفِ في الآخِرَةِ
"Perbuatan baik itu melindungi berbagai keburukan, kerusakan dan kebinasaan. Dan orang yang berbuat baik di dunia akan mendapatkan kebaikan di akhirat." [HR. Al-Hakim]
Al-Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata,
ومِنْ أَعْظَمِ عِلاجات المرضِ: فِعْلُ الخيرِ والإِحسان، والذِّكْـرُ، والدُّعاءُ، والتَّـضَرُّعُ، والابتهالُ إلى الله، والتَّوبةُ، ولهذه الأمور تأثيرٌ في دَفْعِ العِلَل، وحُصُولِ الشِّفاءِ؛ أعظمُ مِنَ الأدوية الطَّبِيعِيَّـةِ، ولكن بحَسَبِ استعدادِ النَّـفْس، وقَـبُولِها، وعَقِيدتها في ذلك ونفعِه
"Diantara sebesar-besarnya obat penyakit adalah berbuat baik dan ihsan kepada orang lain, berdzikir, berdoa, tunduk kepada Allah, bersungguh-sungguh dalam bermohon kepada Allah dan bertaubat. Maka amalan-amalan ini memiliki pengaruh untuk menghilangkan penyakit dan meraih kesembuhan, bahkan lebih besar pengaruhnya daripada obat-obatan alami, akan tetapi pengaruhnya sesuai dengan kesiapan jiwa, penerimaan terhadapnya dan keyakinannya terhadap pengobatan itu (yaitu yakin Allah akan menyembuhkan dengan sebab itu)." [Zaadul Ma'ad]
*KESEMBILAN: SHALAT MALAM (TAHAJJUD DAN WITIR)*
Dari Abu Bilal radhiyallahu'anhu, bahwa Rasulullah shallallaahu'alaihi wa sallam bersabda,
عليكُمْ بِقيامِ اللَّـيْـلِ؛ فإِنَّـهُ دَأبُ الصَّالِحينَ قَبلكُم، وإِنَّ قِيامَ اللَّيلِ قُربَـةٌ إلى اللهِ، ومَنْهاةٌ عنِ الإِثْمِ، وتكفِيرٌ للسَّيِّـئاتِ، ومَطْرَدَةٌ لِلدَّاءِ عنِ الجَسَدِ
“Hendaklah kalian mendirikan shalat malam, sesungguhnya itu adalah kebiasaan orang-orang shalih sebelum kalian. Dan sesungguhnya shalat malam mendekatkan kepada Allah, memelihara dari dosa, menghapus kesalahan dan mengusir penyakit dari badan.” [HR. Tirmidzi dan lainnya]
*KESEPULUH: MENUTUP WADAH MAKANAN DAN TEMPAT MINUMAN*
Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu'anhuma, beliau berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah shallallaahu'alaihi wa sallam bersabda,
غَطُّوا الإِناءَ، وأَوكُـوا السِّقاءَ، فإِنَّ في السَّنَـةِ لَـيْـلَـةً يَـنْزِلُ فيها وبـاءٌ؛ لا يَـمُـرُّ بـإِناءٍ ليسَ عليـهِ غِطاءٌ، أو سِقـاءٍ ليس عليه وِكاءٌ إِلا نَـزَلَ فيه مِنْ ذلك الوَباءِ
"Tutuplah wadah makanan dan rapatkan penutup tempat air, karena dalam setahun ada satu malam (dalam riwayat yang lain: ada satu hari) turun wabah padanya, tidaklah wabah itu melewati suatu wadah makanan atau minuman yang tidak ditutup kecuali akan turun padanya dari wabah itu." [HR. Muslim]
Al-'Allamah Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata,
وهذا مِمَّا لا تَنالُـهُ علومُ الأَطِبَّاء ومعارِفُهُم
"Dan ini termasuk yang tidak diketahui oleh para dokter." [Zaadul Ma'ad]
*PENUTUP*
Hendaklah setiap muslim selalu memasrahkan semua urusan hidupnya kepada Allah 'azza wa jalla, berharap anugerah-Nya dan semangat menggapainya, serta bertawakkal kepada-Nya, karena semua urusan berada di tangan-Nya, pengaturan dan penguasaan-Nya.
Dan bersungguh-sungguh dalam bersabar dan mengharap pahala atas musibah yang menimpanya, karena Allah 'azza wa jalla telah berjanji bagi orang yang sabar dan mengharap pahala akan mendapatkan pahala dan ganjaran yang besar.
Allah 'azza wa jalla berfirman,
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
"Sesungguhnya pahala orang-orang yang sabar tanpa terhitung." [QS.Az-Zumar: 10]
Dari Aisyah radhiyallahu'anha, bahwa beliau pernah bertanya kepada Rasulullah shallallaahu'alaihi wa sallam tentang tho'un (jenis wabah), maka Rasulullah shallallaahu'alaihi wa sallam bersabda,
إنَّه كان عذابًا يَـبْـعَـثُـهُ اللهُ على مَن يشاءُ، فجَعَلَهُ اللهُ رحمةً للمُؤمنينَ، فليس مِنْ عبدٍ يَـقَعُ الطاعون، فـيَمْكُثُ في بلدِه صابرًا، يَعْلَمُ أنَّه لن يصيبَهُ إلا ما كَـتَبَ اللهُ له، إلا كان له مِثْـلُ أَجْرِ الشَّهيدِ
"Itu adalah azab yang Allah kirimkan kepada siapa yang ia kehendaki, maka Allah menjadikannya sebagai rahmat bagi kaum mukminin, maka tidak ada seorang hamba yang tertimpa tho'un, lalu ia tetap tinggal di negerinya dalam keadaan sabar, serta ia mengetahui bahwa tidak ada yang menimpanya kecuali telah Allah tuliskan baginya, kecuali ia akan mendapat pahala seperti orang yang mati syahid." [HR. Al-Bukhari]
Rasulullah shallallaahu'alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
"Barangsiapa menunjukkan satu kebaikan maka ia akan mendapatkan pahala seperti orang yang mengamalkannya." [HR. Muslim dari Abu Mas'ud Al-Anshori radhiyallaahu'anhu]
Waallahu a'lam bi shawab.
Semoga bermanfaat. Aamiin.
Dikutip dari grup wa mutiara quran
🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
*_Ringkasan Wasiat Asy-Syaikh Prof. Dr. AbdurRozzaq Al-Badr hafizhahullah_*
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
*PERTAMA: BACAAN UNTUK MENCEGAH BAHAYA*
Dari Utsman bin Affan radhiyallahu'anhu, beliau berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah shallallaahu'alaihi wa sallam bersabda, "Barangsiapa membaca,
بِسْمِ اللَّهِ الذي لا يَـضُرُّ مع اسْمِهِ شَيءٌ في الأرضِ ولا في السَّماءِ وهُوَ السَّميعُ العَليمُ
"Dengan menyebut nama Allah, yang bersama nama-Nya tidak ada satu pun yang membahayakan di bumi maupun di langit, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."
Sebanyak 3 kali (di petang hari), maka tidak ada bahaya yang akan menimpanya sampai pagi, dan barangsiapa membacanya di pagi hari 3 kali maka tidak ada bahaya yang akan menimpanya sampai sore hari." [HR. Abu Daud dan lainnya]
*KEDUA: MEMPERBANYAK DOA NABI YUNUS 'ALAIHISSALAM*
لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
"Tiada yang berhak disembah selain Engkau, Maha Suci Engkau, sungguh aku termasuk orang-orang yang zalim."
Allah 'azza wa jalla berfirman,
وَذَا النُّونِ إِذْ ذَهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ أَنْ لَنْ نَقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَى فِي الظُّلُمَاتِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ، فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَنَجَّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ وَكَذَلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِينَ
"Dan ingatlah kisah Dzun Nun (Nabi Yunus 'alaihissalam), ketika ia pergi dalam keadaan marah (kepada kaumnya), lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya, maka ia berdoa dalam keadaan yang sangat gelap (di perut ikan), ”Tidak ada yang Berhak disembah selain Engkau, Maha Suci Engkau, sungguh aku termasuk orang-orang yang zalim.” Maka Kami kabulkan doanya dan Kami selamatkan dia dari kesulitan. Dan demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman." [QS. Al-Anbiya: 87-88]
Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan dalam Tafsir beliau, tentang firman Allah, "Dan demikianlah Kami menyelamatkan orang-orang yang beriman",
أي: إذا كانـوا في الشدائِـدِ ودعونا مُنِـيـبـيـن إلينا، ولا سيَّما إذا دَعَوا بهذا الدعاءِ في حالِ البلاء
"Maknanya: Orang-orang yang beriman apabila berada dalam kondisi bahaya dan mereka berdoa kepada Allah dalam keadaan bertaubat kepada-Nya, terutama apabila mereka berdoa dengan doa ini saat tertimpa bahaya, maka Allah akan menyelamatkan mereka."
Kemudian Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah menyebutkan sebuah hadits dari Nabi shallallaahu'alaihi wa sallam,
دعوةُ ذي النُّون إِذْ دَعا بها وهو في بَطْنِ الحُوتِ: «لا إله إلا أنت سبحانك إني كنتُ من الظالمينَ»، لَم يَـدْعُ بها رجلٌ في شيءٍ قطُّ إلا استجابَ اللهُ له
"Doa Dzun Nun (Nabi Yunus 'alaihissalam) ketika beliau membacanya di dalam perut ikan,
لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
"Tiada yang berhak disembah selain Engkau, Maha Suci Engkau, sungguh aku termasuk orang-orang yang zalim."
Tidaklah seseorang berdoa dengannya dalam semua keadaan, kecuali Allah akan mengabulkannya." [HR. Ahmad dan At-Tirmidzi]
Al-'Allamah Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata dalam kitab Al-Fawaaid,
فما دُفِـعَتْ شدائِد الدُّنيا بِمثل التَّوْحِيد، ولذلك كان دُعاء الكَرْبِ بِالتَّوحِيـدِ، ودعوةُ ذِي النُّون التي ما دعا بها مَكْرُوب إِلَّا فَـرَّج الله كَرْبَهُ بِالتَّوْحِيدِ.
فلا يُلْـقِي في الكُـرَبِ العِظام إِلَّا الشِّرك، ولا يُنْجي مِنها إِلَّا التَّوْحِيد، فَهُوَ مَفْـزَعُ الخَلِيقةِ ومَلْجَؤُها وحِصْنُها وغِياثُها، وباللَّهِ التَّوْفِيق
"Tidak ada yang seperti tauhid dalam menolak musibah-musibah yang terjadi di dunia. Oleh karena itu doa agar dihilangkannya kesusahan adalah dengan tauhid. Dan doa Nabi Yunus di dalam perut ikan yang beliau panjatkan agar Allah menyelamatkan dan mengeluarkannya dari kesusahan adalah dengan Tauhid.
Tidak ada yang dapat menjerumuskan ke dalam kesusahan-kesusahan yang terbesar kecuali dosa syirik. Dan tidak ada yang bisa menyelamatkan darinya kecuali dengan tauhid. Maka tauhid adalah sebab terlindungi, terjaga, terbentengi dan terselamatkannya alam semesta, dan hanya Allah yang memberikan taufiq."
*KETIGA: BERLINDUNG KEPADA ALLAH DARI BERATNYA MUSIBAH*
Dari Abu Hurairah radhiyallahu‘anhu, dari Nabi shallallahu‘alaih wa sallam, beliau bersabda,
تَعَوَّذُوا بِاللَّهِ مِنْ جَهْدِ الـبَـلاءِ، ودَرَكِ الشَّقَاءِ، وَسُوءِ القَضَاءِ، وشَماتَـةِ الأعداءِ .رواهما البخاري
“Berlindunglah kepada Allah dari beratnya musibah, tertimpa kebinasaan, takdir yang buruk dan rasa bahagianya musuh.” [HR. Bukhari]
*KEEMPAT: SELALU MEMBACA DOA KETIKA KELUAR RUMAH*
Dari Anas bin Malik radhiyallahu'anhu, bahwa Nabi shallallaahu'alaihi wa sallam bersabda,
إِذا خَرَجَ الرَّجُلُ مِنْ بَـيْـتِـهِ فقالَ: «بِسْمِ اللَّهِ، تَـوكَّلْتُ على اللَّهِ، لا حوْلَ ولا قُوَّةَ إِلا بِاللَّهِ» -قـال:- يُـقـالُ حِـيـنَــئِـذٍ: هُدِيتَ، وَكُـفِيتَ، وَوُقِيتَ، فتَـتَـنَحَّى لَهُ الشَّيَاطِـينُ، فَـيقُولُ لَهُ شيـطانٌ آخَـرُ: كيفَ لك بِرَجُلٍ قَـدْ هُـدِيَ وكُـفِـيَ ووُقِـيَ؟
"Apabila seseorang keluar dari rumahnya seraya membaca,
بِسْمِ اللَّهِ، تَـوكَّلْتُ على اللَّهِ، لا حوْلَ ولا قُوَّةَ إِلا بِاللَّهِ
"Dengan nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah, tidak ada upaya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah".
Maka akan dikatakan kepadanya ketika itu: Engkau telah diberi hidayah, dicukupi dan dilindungi. Lalu setan menjauh darinya, maka setan yang lain berkata: Bagaimana kamu akan mencelakakan orang yang telah diberi hidayah, dicukupi dan dilindungi?" [HR. Abu Daud]
*KELIMA: MEMOHON KESELAMATAN SETIAP PAGI DAN PETANG*
Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu'anhuma, beliau berkata: Rasulullah shallallaahu'alaihi wa sallam tidak pernah meninggalkan doa ini setiap pagi dan petang,
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ العافِيَـةَ فـي الدُّنيا والآخِرَةِ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ العَفْوَ والعافِيَـةَ فـي دِيني ودُنْـيايَ وأَهْلِي ومالِي، اللَّهُمَّ اسْتُـرْ عَوْراتِي، وآمِنْ رَوْعاتِي، اللَّهُمَّ احْفَظْنِـي مِنْ بَـيْنِ يَدَيَّ، ومِنْ خَلْفِي، وعَنْ يَمِيـنِـي، وعَنْ شِمالِي، ومِنْ فَوْقِي، وأَعُوذُ بِعَظَمَـتِكَ أَنْ أُغْتالَ مِنْ تَحْتِـي
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadamu keselamatan di dunia dan akhirat. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadamu pemaafan dan keselamatan dalam agama, dunia, keluarga dan hartaku. Ya Allah, tutupilah auratku dan tenteramkanlah aku dari rasa takut. Ya Allah, jagalah aku dari arah depan, belakang, kanan, kiri serta atasku, dan aku berlindung dengan keagungan-Mu, dari ditenggelamkan dari arah bawahku (tertimpa malapetaka tanpa aku sadari)." [HR. Ahmad]
*KEENAM: MEMPERBANYAK DOA*
Dari Ibnu Umar radhiyallahu'anhuma, beliau berkata, Rasulullah shallallaahu'alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ فُـتِـحَ له مِنـكُمْ بابُ الدُّعاءِ فُـتِحَتْ لـه أَبـوابُ الرَّحْمَةِ، وما سُئِـلَ اللَّهُ شَيْـئًا - يعني: أَحَبَّ إِليـهِ - مِن أَنْ يُسْأَلَ العافِـيَـةَ
"Barangsiapa diantara kalian dibukakan untuknya pintu doa maka akan dibukakan untuknya pintu-pintu rahmat, dan tidaklah Allah dimintai sesuatu yang lebih Dia cintai daripada permintaan keselamatan."
Dan Rasulullah shallallaahu'alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الدُّعاءَ يَـنْـفَعُ مِمَّا نَـزَلَ ومِمَّا لمْ يَنْزِلْ، فَـعَـلَـيكُم عِبادَ اللهِ بالدُّعاءِ
"Sesungguhnya doa bermanfaat untuk perlindungan dari yang sudah terjadi dan yang belum terjadi, maka hendaklah kalian banyak berdoa wahai hamba-hamba Allah." [HR. At-Tirmidzi dan lainnya]
*KETUJUH: TIDAK MENDATANGI TEMPAT TERSEBARNYA WABAH*
Dari Abdullah bin Amir radhiyallahu'anhuma, “Bahwasanya Umar radhiyallahu‘anhu berangkat menuju Syam, ketika sampai di Sarga (sebuah kampung di lembah Tabuk) disampaikan kepada beliau bahwa ada wabah tersebar di Syam. Maka Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu'anhu mengabarkan kepada beliau bahwa Rasullullah bersabda,
إِذا سَمِعْـتُم به بأَرْضٍ فلا تَـقْدَمُوا عليه، وإذا وَقَعَ بأَرضٍ وأنتُم بها، فلا تَخْرُجوا فِـرارًا منه
"Jika kalian mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah datang ke daerah tersebut, dan jika muncul wabah di suatu wilayah dan kalian berada di daerah tersebut, maka janganlah kalian keluar darinya untuk lari dari wabah tersebut." [HR. Al-Bukhari dan Muslim]
Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu, bahwa Rasulullah shallallaahu'alaihi wa sallam bersabda,
لا يُـورِدُ المُمْرِضُ على المُـصِحِّ
"Jangan digabungkan antara yang sakit dengan yang sehat." [HR. Al-Bukhari dan Muslim]
*KEDELAPAN: SENANTIASA BERAMAL DAN BERBUAT BAIK KEPADA ORANG LAIN*
Dari Anas bin Malik radhiyallahu'anhu, beliau berkata, Rasulullah shallallaahu'alaihi wa sallam bersabda,
صنائعُ المعرُوفِ تقي مَصارِعَ السُّوءِ، والآفاتِ، والهَلَكَاتِ، وأَهْلُ المعرُوفِ في الدُّنيا هُمْ أَهلُ المعرُوفِ في الآخِرَةِ
"Perbuatan baik itu melindungi berbagai keburukan, kerusakan dan kebinasaan. Dan orang yang berbuat baik di dunia akan mendapatkan kebaikan di akhirat." [HR. Al-Hakim]
Al-Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata,
ومِنْ أَعْظَمِ عِلاجات المرضِ: فِعْلُ الخيرِ والإِحسان، والذِّكْـرُ، والدُّعاءُ، والتَّـضَرُّعُ، والابتهالُ إلى الله، والتَّوبةُ، ولهذه الأمور تأثيرٌ في دَفْعِ العِلَل، وحُصُولِ الشِّفاءِ؛ أعظمُ مِنَ الأدوية الطَّبِيعِيَّـةِ، ولكن بحَسَبِ استعدادِ النَّـفْس، وقَـبُولِها، وعَقِيدتها في ذلك ونفعِه
"Diantara sebesar-besarnya obat penyakit adalah berbuat baik dan ihsan kepada orang lain, berdzikir, berdoa, tunduk kepada Allah, bersungguh-sungguh dalam bermohon kepada Allah dan bertaubat. Maka amalan-amalan ini memiliki pengaruh untuk menghilangkan penyakit dan meraih kesembuhan, bahkan lebih besar pengaruhnya daripada obat-obatan alami, akan tetapi pengaruhnya sesuai dengan kesiapan jiwa, penerimaan terhadapnya dan keyakinannya terhadap pengobatan itu (yaitu yakin Allah akan menyembuhkan dengan sebab itu)." [Zaadul Ma'ad]
*KESEMBILAN: SHALAT MALAM (TAHAJJUD DAN WITIR)*
Dari Abu Bilal radhiyallahu'anhu, bahwa Rasulullah shallallaahu'alaihi wa sallam bersabda,
عليكُمْ بِقيامِ اللَّـيْـلِ؛ فإِنَّـهُ دَأبُ الصَّالِحينَ قَبلكُم، وإِنَّ قِيامَ اللَّيلِ قُربَـةٌ إلى اللهِ، ومَنْهاةٌ عنِ الإِثْمِ، وتكفِيرٌ للسَّيِّـئاتِ، ومَطْرَدَةٌ لِلدَّاءِ عنِ الجَسَدِ
“Hendaklah kalian mendirikan shalat malam, sesungguhnya itu adalah kebiasaan orang-orang shalih sebelum kalian. Dan sesungguhnya shalat malam mendekatkan kepada Allah, memelihara dari dosa, menghapus kesalahan dan mengusir penyakit dari badan.” [HR. Tirmidzi dan lainnya]
*KESEPULUH: MENUTUP WADAH MAKANAN DAN TEMPAT MINUMAN*
Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu'anhuma, beliau berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah shallallaahu'alaihi wa sallam bersabda,
غَطُّوا الإِناءَ، وأَوكُـوا السِّقاءَ، فإِنَّ في السَّنَـةِ لَـيْـلَـةً يَـنْزِلُ فيها وبـاءٌ؛ لا يَـمُـرُّ بـإِناءٍ ليسَ عليـهِ غِطاءٌ، أو سِقـاءٍ ليس عليه وِكاءٌ إِلا نَـزَلَ فيه مِنْ ذلك الوَباءِ
"Tutuplah wadah makanan dan rapatkan penutup tempat air, karena dalam setahun ada satu malam (dalam riwayat yang lain: ada satu hari) turun wabah padanya, tidaklah wabah itu melewati suatu wadah makanan atau minuman yang tidak ditutup kecuali akan turun padanya dari wabah itu." [HR. Muslim]
Al-'Allamah Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata,
وهذا مِمَّا لا تَنالُـهُ علومُ الأَطِبَّاء ومعارِفُهُم
"Dan ini termasuk yang tidak diketahui oleh para dokter." [Zaadul Ma'ad]
*PENUTUP*
Hendaklah setiap muslim selalu memasrahkan semua urusan hidupnya kepada Allah 'azza wa jalla, berharap anugerah-Nya dan semangat menggapainya, serta bertawakkal kepada-Nya, karena semua urusan berada di tangan-Nya, pengaturan dan penguasaan-Nya.
Dan bersungguh-sungguh dalam bersabar dan mengharap pahala atas musibah yang menimpanya, karena Allah 'azza wa jalla telah berjanji bagi orang yang sabar dan mengharap pahala akan mendapatkan pahala dan ganjaran yang besar.
Allah 'azza wa jalla berfirman,
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
"Sesungguhnya pahala orang-orang yang sabar tanpa terhitung." [QS.Az-Zumar: 10]
Dari Aisyah radhiyallahu'anha, bahwa beliau pernah bertanya kepada Rasulullah shallallaahu'alaihi wa sallam tentang tho'un (jenis wabah), maka Rasulullah shallallaahu'alaihi wa sallam bersabda,
إنَّه كان عذابًا يَـبْـعَـثُـهُ اللهُ على مَن يشاءُ، فجَعَلَهُ اللهُ رحمةً للمُؤمنينَ، فليس مِنْ عبدٍ يَـقَعُ الطاعون، فـيَمْكُثُ في بلدِه صابرًا، يَعْلَمُ أنَّه لن يصيبَهُ إلا ما كَـتَبَ اللهُ له، إلا كان له مِثْـلُ أَجْرِ الشَّهيدِ
"Itu adalah azab yang Allah kirimkan kepada siapa yang ia kehendaki, maka Allah menjadikannya sebagai rahmat bagi kaum mukminin, maka tidak ada seorang hamba yang tertimpa tho'un, lalu ia tetap tinggal di negerinya dalam keadaan sabar, serta ia mengetahui bahwa tidak ada yang menimpanya kecuali telah Allah tuliskan baginya, kecuali ia akan mendapat pahala seperti orang yang mati syahid." [HR. Al-Bukhari]
Rasulullah shallallaahu'alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
"Barangsiapa menunjukkan satu kebaikan maka ia akan mendapatkan pahala seperti orang yang mengamalkannya." [HR. Muslim dari Abu Mas'ud Al-Anshori radhiyallaahu'anhu]
Waallahu a'lam bi shawab.
Semoga bermanfaat. Aamiin.
Dikutip dari grup wa mutiara quran
🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿
AT TAUBAH 105: SEMUA AMAL.PERBUATAN MANUSIA AKAN DITAMPAKKAN DI DUNIA DAN DI AKHIRAT"
"
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah, Dzat yang telah mengutus Muhammad SAW menjadi rahmat bagi seluruh alam. Shalawat dan salaam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW berserta keluarga, shahabat dan pengikutnya sampai akhir zaman. Amma ba'du.
Bapak dan Ibu yang dirahmati Allah, pada malam ini akan disampaikan taushiyah seperti judul diatas, sesuai dengan firman Allah pada surat At-Taubah ayat 105 :
{وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ}
Dan katakanlah, "Bekerjalah kalian, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang orang mukmin akan melihat pekerjaan kalian itu dan kalian akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kalian apa yang telah kalian kerjakan.”
Bapak dan Ibu, Mujahid mengatakan bahwa hal ini merupakan ancaman dari Allah terhadap orang-orang yang menentang perintah-perintah-Nya, bahwa amal perbuatan mereka kelak akan ditampilkan di hadapan Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin. Hal ini pasti akan terjadi kelak di hari kiamat, seperti yang disebutkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{يَوْمَئِذٍ تُعْرَضُونَ لَا تَخْفَى مِنْكُمْ خَافِيَةٌ}
Pada hari itu kalian akan dihadapkan (kepada Tuhan kalian), tiada sesuatu pun dari keadaan kalian yang tersembunyi (bagi Allah). (Al-Haqqah: 18)
{يَوْمَ تُبْلَى السَّرَائِرُ}
Pada hari ditampakkan segala rahasia. (At-Thariq: 9)
{وَحُصِّلَ مَا فِي الصُّدُورِ}
Dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada. (Al-'Adiyat: 10)
Adakalanya Allah Subhanahu wa Ta'ala menampakkan hal tersebut kepada orang-orang di dunia ini, seperti dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam, bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam telah bersabda:
"لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ يَعْمَلُ فِي صَخْرَةٍ صَماء لَيْسَ لَهَا بَابٌ وَلَا كُوَّة، لَأَخْرَجَ اللَّهُ عَمَلَهُ لِلنَّاسِ كَائِنًا مَا كَانَ".
Seandainya seseorang di antara kalian beramal di dalam sebuah batu besar, benda mati, tanpa ada pintu dan lubangnya, niscaya Allah akan mengeluarkan amalnya kepada semua orang seperti apa yang telah diamalkannya. (HR. Ahmad)
Bapak dan Ibiu, telah disebutkan bahwa amal orang-orang yang masih hidup ditampilkan kepada kaum kerabat dan kabilahnya yang telah mati di alam Barzakh, seperti apa yang diriwayatkan dalam hadits.
Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam telah bersabda:
"إن أَعْمَالَكُمْ تُعْرَضُ عَلَى أَقْرِبَائِكُمْ وَعَشَائِرِكُمْ فِي قُبُورِهِمْ، فَإِنْ كَانَ خَيْرًا اسْتَبْشَرُوا بِهِ، وَإِنْ كَانَ غَيْرَ ذَلِكَ قَالُوا: "اللَّهُمَّ، أَلْهِمْهُمْ أَنْ يَعْمَلُوا بِطَاعَتِكَ".
Sesungguhnya amal-amal kalian ditampilkan kepada kaum kerabat dan famili kalian di dalam kubur mereka Jika amal perbuatan kalian itu baik, maka mereka merasa gembira dengannya. Dan jika amal perbuatan kalian itu sebaliknya, maka mereka berdoa, "Ya Allah, berilah mereka ilham (kekuatan) untuk mengamalkan amalan taat kepada-Mu."
(HR. Abu Daud)
Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam pernah bersabda:
"إِنَّ أَعْمَالَكُمْ تُعْرَضُ عَلَى أَقَارِبِكُمْ وَعَشَائِرِكُمْ مِنَ الْأَمْوَاتِ، فَإِنْ كَانَ خَيْرًا اسْتَبْشَرُوا بِهِ، وَإِنْ كَانَ غَيْرَ ذَلِكَ قَالُوا: اللَّهُمَّ، لَا تُمِتْهُمْ حَتَّى تَهْدِيَهُمْ كَمَا هَدَيْتَنَا"
Sesungguhnya amal-amal kalian ditampilkan kepada kaum kerabat dan famili kalian yang telah mati. Jika hal itu baik maka merekabergembira karenanya; dan jika hal itu sebaliknya, maka mereka berdoa, "Ya Allah, janganlah Engkau matikan mereka sebelum Engkau beri mereka hidayah, sebagaimana Engkau telah memberi kami hidayah.” (HR. Ahmad)
Imam Bukhari mengatakan, Siti Aisyah pernah berkata bahwa apabila kamu merasa kagum dengan kebaikan amal seorang muslim, maka ucapkanlah firman-Nya: Bekerjalah kalian, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaan kalian itu. (At-Taubah: 105)
Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam telah bersabda:
"لَا عَلَيْكُمْ أَنْ تَعْجَبُوا بِأَحَدٍ حَتَّى تَنْظُرُوا بِمَ يُخْتَمُ لَهُ؟ فَإِنَّ الْعَامِلَ يَعْمَلُ زَمَانًا مِنْ عُمُرِهِ -أَوْ: بُرهَة مِنْ دَهْرِهِ -بِعَمَلٍ صَالِحٍ لَوْ مَاتَ عَلَيْهِ لَدَخَلَ الْجَنَّةَ، ثُمَّ يَتَحَوَّلُ فَيَعْمَلُ عَمَلًا سَيِّئًا، وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَعْمَلُ الْبُرْهَةَ مِنْ دَهْرِهِ بِعَمَلٍ سَيِّئٍ، لو مَاتَ عَلَيْهِ دَخَلَ النَّارَ، ثُمَّ يَتَحَوَّلُ فَيَعْمَلُ عَمَلًا صَالِحًا، وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدٍ خَيْرًا اسْتَعْمَلَهُ قَبْلَ مَوْتِهِ". قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ وَكَيْفَ يَسْتَعْمِلُهُ: قَالَ: "يُوَفِّقُهُ لِعَمَلٍ صَالِحٍ ثُمَّ يَقْبِضُهُ عَلَيْهِ"
Janganlah dahulu kalian merasa kagum dengan (amal) seseorang sebelum kalian melihat apa yang diamalkannya pada penghujung usianya. Karena sesungguhnya seseorang melakukan amalnya pada suatu masa atau suatu hari dari usianya dengan amal yang saleh. Seandainya ia mati dalam keadaan mengamalkannya, niscaya ia masuk surga. Akan tetapi keadaannya berubah, ia mengamalkan amalan yang buruk. Dan sesungguhnya seorang hamba benar-benar mengerjakan suatu amal buruk dalam suatu saat dari usianya. Seandainya ia mati dalam keadaan mengamalkannya, niscaya ia masuk neraka. Tetapi keadaannya berubah, lalu ia mengamalkan amalan yang saleh. Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, maka Dia memberikan dorongan kepadanya untuk beramal sebelum matinya. Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah caranya Allah memberikan dorongan untuk beramal kepadanya?" Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda, "Allah memberinya taufik (bimbingan) untuk melakukan amal saleh, kemudian Allah mencabut nyawanya dalam keadaan demikian." (HR. Ahmad)
Sebagaimana firman Allah :
فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى
Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. (Al-Lail 5 sd 7)
Allah menyiapan jalan yg mudah untuk (memberikan kemudahan untuk) melakukan kebaikan.
Bapak dan Ibu, berhati-hatilah dalam berbuat dan berucap, karena semua amal perbuatan kita akan diperlihatkan Allah kepada orang tua dan keluarga yg telah wafat. Mereka gembira di alam kubur dengan amal baik kita, sebaliknya mereka sangat prihatin bila kita menjadi ahli maksiat. Na'udzubillah.
Adapun orang yang sewaktu hidupnya beramal shaleh dengan ikhlas karena mengharap ridha Allah semata, Allah akan memperlihatkan kepada mereka buah amalnya, sebagaimana disitir dalam firmanNya :
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. (Az-Zalzalah 7)
Demikian pula semua amal buruk dan aib manusia kelak di hari kiamat akan diperlihatkan kepada Allah SWT, Rasulullah SAW dan kepada orang mukmin. Ahli maksiat akan merasa sedih dan malu, karena kejahatan dan aib yg selama ini tertutup rapat dibongkar dan dibalas oleh Allah Swt, sebagaimana firmanNya :
وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. (Az-Zalzalah 8)
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Dikutip dari grup wa mutiara quran
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Allah, Dzat yang telah mengutus Muhammad SAW menjadi rahmat bagi seluruh alam. Shalawat dan salaam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW berserta keluarga, shahabat dan pengikutnya sampai akhir zaman. Amma ba'du.
Bapak dan Ibu yang dirahmati Allah, pada malam ini akan disampaikan taushiyah seperti judul diatas, sesuai dengan firman Allah pada surat At-Taubah ayat 105 :
{وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ}
Dan katakanlah, "Bekerjalah kalian, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang orang mukmin akan melihat pekerjaan kalian itu dan kalian akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kalian apa yang telah kalian kerjakan.”
Bapak dan Ibu, Mujahid mengatakan bahwa hal ini merupakan ancaman dari Allah terhadap orang-orang yang menentang perintah-perintah-Nya, bahwa amal perbuatan mereka kelak akan ditampilkan di hadapan Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin. Hal ini pasti akan terjadi kelak di hari kiamat, seperti yang disebutkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam ayat lain melalui firman-Nya:
{يَوْمَئِذٍ تُعْرَضُونَ لَا تَخْفَى مِنْكُمْ خَافِيَةٌ}
Pada hari itu kalian akan dihadapkan (kepada Tuhan kalian), tiada sesuatu pun dari keadaan kalian yang tersembunyi (bagi Allah). (Al-Haqqah: 18)
{يَوْمَ تُبْلَى السَّرَائِرُ}
Pada hari ditampakkan segala rahasia. (At-Thariq: 9)
{وَحُصِّلَ مَا فِي الصُّدُورِ}
Dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada. (Al-'Adiyat: 10)
Adakalanya Allah Subhanahu wa Ta'ala menampakkan hal tersebut kepada orang-orang di dunia ini, seperti dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam, bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam telah bersabda:
"لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ يَعْمَلُ فِي صَخْرَةٍ صَماء لَيْسَ لَهَا بَابٌ وَلَا كُوَّة، لَأَخْرَجَ اللَّهُ عَمَلَهُ لِلنَّاسِ كَائِنًا مَا كَانَ".
Seandainya seseorang di antara kalian beramal di dalam sebuah batu besar, benda mati, tanpa ada pintu dan lubangnya, niscaya Allah akan mengeluarkan amalnya kepada semua orang seperti apa yang telah diamalkannya. (HR. Ahmad)
Bapak dan Ibiu, telah disebutkan bahwa amal orang-orang yang masih hidup ditampilkan kepada kaum kerabat dan kabilahnya yang telah mati di alam Barzakh, seperti apa yang diriwayatkan dalam hadits.
Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam telah bersabda:
"إن أَعْمَالَكُمْ تُعْرَضُ عَلَى أَقْرِبَائِكُمْ وَعَشَائِرِكُمْ فِي قُبُورِهِمْ، فَإِنْ كَانَ خَيْرًا اسْتَبْشَرُوا بِهِ، وَإِنْ كَانَ غَيْرَ ذَلِكَ قَالُوا: "اللَّهُمَّ، أَلْهِمْهُمْ أَنْ يَعْمَلُوا بِطَاعَتِكَ".
Sesungguhnya amal-amal kalian ditampilkan kepada kaum kerabat dan famili kalian di dalam kubur mereka Jika amal perbuatan kalian itu baik, maka mereka merasa gembira dengannya. Dan jika amal perbuatan kalian itu sebaliknya, maka mereka berdoa, "Ya Allah, berilah mereka ilham (kekuatan) untuk mengamalkan amalan taat kepada-Mu."
(HR. Abu Daud)
Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam pernah bersabda:
"إِنَّ أَعْمَالَكُمْ تُعْرَضُ عَلَى أَقَارِبِكُمْ وَعَشَائِرِكُمْ مِنَ الْأَمْوَاتِ، فَإِنْ كَانَ خَيْرًا اسْتَبْشَرُوا بِهِ، وَإِنْ كَانَ غَيْرَ ذَلِكَ قَالُوا: اللَّهُمَّ، لَا تُمِتْهُمْ حَتَّى تَهْدِيَهُمْ كَمَا هَدَيْتَنَا"
Sesungguhnya amal-amal kalian ditampilkan kepada kaum kerabat dan famili kalian yang telah mati. Jika hal itu baik maka merekabergembira karenanya; dan jika hal itu sebaliknya, maka mereka berdoa, "Ya Allah, janganlah Engkau matikan mereka sebelum Engkau beri mereka hidayah, sebagaimana Engkau telah memberi kami hidayah.” (HR. Ahmad)
Imam Bukhari mengatakan, Siti Aisyah pernah berkata bahwa apabila kamu merasa kagum dengan kebaikan amal seorang muslim, maka ucapkanlah firman-Nya: Bekerjalah kalian, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaan kalian itu. (At-Taubah: 105)
Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam telah bersabda:
"لَا عَلَيْكُمْ أَنْ تَعْجَبُوا بِأَحَدٍ حَتَّى تَنْظُرُوا بِمَ يُخْتَمُ لَهُ؟ فَإِنَّ الْعَامِلَ يَعْمَلُ زَمَانًا مِنْ عُمُرِهِ -أَوْ: بُرهَة مِنْ دَهْرِهِ -بِعَمَلٍ صَالِحٍ لَوْ مَاتَ عَلَيْهِ لَدَخَلَ الْجَنَّةَ، ثُمَّ يَتَحَوَّلُ فَيَعْمَلُ عَمَلًا سَيِّئًا، وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَعْمَلُ الْبُرْهَةَ مِنْ دَهْرِهِ بِعَمَلٍ سَيِّئٍ، لو مَاتَ عَلَيْهِ دَخَلَ النَّارَ، ثُمَّ يَتَحَوَّلُ فَيَعْمَلُ عَمَلًا صَالِحًا، وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدٍ خَيْرًا اسْتَعْمَلَهُ قَبْلَ مَوْتِهِ". قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ وَكَيْفَ يَسْتَعْمِلُهُ: قَالَ: "يُوَفِّقُهُ لِعَمَلٍ صَالِحٍ ثُمَّ يَقْبِضُهُ عَلَيْهِ"
Janganlah dahulu kalian merasa kagum dengan (amal) seseorang sebelum kalian melihat apa yang diamalkannya pada penghujung usianya. Karena sesungguhnya seseorang melakukan amalnya pada suatu masa atau suatu hari dari usianya dengan amal yang saleh. Seandainya ia mati dalam keadaan mengamalkannya, niscaya ia masuk surga. Akan tetapi keadaannya berubah, ia mengamalkan amalan yang buruk. Dan sesungguhnya seorang hamba benar-benar mengerjakan suatu amal buruk dalam suatu saat dari usianya. Seandainya ia mati dalam keadaan mengamalkannya, niscaya ia masuk neraka. Tetapi keadaannya berubah, lalu ia mengamalkan amalan yang saleh. Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, maka Dia memberikan dorongan kepadanya untuk beramal sebelum matinya. Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimanakah caranya Allah memberikan dorongan untuk beramal kepadanya?" Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda, "Allah memberinya taufik (bimbingan) untuk melakukan amal saleh, kemudian Allah mencabut nyawanya dalam keadaan demikian." (HR. Ahmad)
Sebagaimana firman Allah :
فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى
Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. (Al-Lail 5 sd 7)
Allah menyiapan jalan yg mudah untuk (memberikan kemudahan untuk) melakukan kebaikan.
Bapak dan Ibu, berhati-hatilah dalam berbuat dan berucap, karena semua amal perbuatan kita akan diperlihatkan Allah kepada orang tua dan keluarga yg telah wafat. Mereka gembira di alam kubur dengan amal baik kita, sebaliknya mereka sangat prihatin bila kita menjadi ahli maksiat. Na'udzubillah.
Adapun orang yang sewaktu hidupnya beramal shaleh dengan ikhlas karena mengharap ridha Allah semata, Allah akan memperlihatkan kepada mereka buah amalnya, sebagaimana disitir dalam firmanNya :
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. (Az-Zalzalah 7)
Demikian pula semua amal buruk dan aib manusia kelak di hari kiamat akan diperlihatkan kepada Allah SWT, Rasulullah SAW dan kepada orang mukmin. Ahli maksiat akan merasa sedih dan malu, karena kejahatan dan aib yg selama ini tertutup rapat dibongkar dan dibalas oleh Allah Swt, sebagaimana firmanNya :
وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula. (Az-Zalzalah 8)
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Dikutip dari grup wa mutiara quran
Yunus 18-19 : KESESATAN AQIDAH ORANG MUSYRIK"
"
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Marhaban, Ya Ramadhan
Segala puji bagi Allah, Dzat yang telah mengutus Muhammad SAW menjadi rahmat bagi seluruh alam. Shalawat dan salaam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW berserta keluarga, shahabat dan pengikutnya sampai akhir zaman. Amma ba'du.
Bapak dan Ibu yang dirahmati Allah, Alhamdulillah kita sekarang berada pada malam pertama bulan Ramadhan tahun 1441 Hijriyah. Sebagai kelanjutan taklim kita, pada malam ini akan disampaikan taushiyah seperti judul diatas, sesuai dengan firman Allah pada surat Yunus ayat 18 dan 19 :
{وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَؤُلاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّهِ قُلْ أَتُنَبِّئُونَ اللَّهَ بِمَا لَا يَعْلَمُ فِي السَّمَاوَاتِ وَلا فِي الأرْضِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ (18) وَمَا كَانَ النَّاسُ إِلا أُمَّةً وَاحِدَةً فَاخْتَلَفُوا وَلَوْلا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَبِّكَ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ فِيمَا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ (19)}
Dan mereka menyembah selain dari Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudaratan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata, "Mereka itu adalah pemberi syafaat kepada kami di sisi Allah.” Katakanlah, "Apakah kalian mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) di bumi?” Mahasuci Allah dan Mahatinggi dari apa yang mereka mempersekutukan (itu). Manusia dahulunya hanyalah satu umat, kemudian mereka berselisih. Kalau tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu dahulu, pastilah telah diberi keputusan di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan.
Bapak dan Ibu, pada ayat di atas Allah Subhanahu wa Ta'ala mengingkari sikap orang-orang musyrik yang menyembah Allah menyekutukan dengan selain-Nya dengan dugaan bahwa sembahan-sembahan itu kelak dapat memberikan manfaat kepada mereka melalui syafaatnya di sisi Allah kelak dihari pembalasan. Bahkan mereka meyakini bahwa berhala-berhala yang mereka sembah itu merupakan "sarana untuk mendekatkan diri mereka kepada Allah", sebagaimana yang disitir dalam firmanNya :
{مَا نَعْبُدُهُمْ إِلا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى}
Kami tidak menyembah mereka, melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya. (Az-Zumar: 3)
Maka Allah Subhanahu wa Ta'ala memberitahukan bahwa sembahan-sembahan itu tidak dapat menimpakan mudarat, tidak dapat memberikan manfaat, dan tidak memiliki sesuatu pun; apa yang mereka dugakan itu sama sekali tidak akan terjadi, dan hal itu tidak akan terjadi selama-lamanya. Karena itulah Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
{قُلْ أَتُنَبِّئُونَ اللَّهَ بِمَا لَا يَعْلَمُ فِي السَّمَاوَاتِ وَلا فِي الأرْضِ}
Katakanlah, "Apakah kalian mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) di bumi?” (Yunus: 18)
Ibnu Jarir mengatakan bahwa makna ayat ialah "apakah kalian hendak memberitahukan kepada Allah apa yang tidak ada di langit dan tidak pula di bumi?".
Kemudian Allah membersihkan diri-Nya Yang Maha Mulia dari kemusyrikan mereka dan kekafirannya. Untuk itu Dia berfirman:
{سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ}
Mahasuci Allah dan Mahatinggi dari apa yang mereka mempersekutukan (itu). (Yunus: 18)
Kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala memberitahukan bahwa kemusyrikan seperti itu akan terjadi di kalangan manusia, sekalipun pada mulanya tidak ada; dan seluruh manusia itu pada awalnya berada dalam satu agama, yaitu agama Islam.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa jarak masa antara Adam dan Nabi Nuh adalah sepuluh generasi, semuanya memeluk agama Islam.
Kemudian terjadilah perselisihan di kalangan manusia, maka berhala-berhala, sekutu-sekutu dan tandingan-tandingan mulai disembah, kemudian Allah mengutus rasul-rasul dengan membawa ayat-ayat-Nya yang jelas dan hujah-hujah serta bukti-bukti-Nya yang kuat lagi mengalahkan:
{لِيَهْلِكَ مَنْ هَلَكَ عَنْ بَيِّنَةٍ وَيَحْيَا مَنْ حَيَّ عَنْ بَيِّنَةٍ}
yaitu agar orang yang binasa itu binasanya dengan keterangan yang nyata dan agar orang yang hidup itu hidupnya dengan keterangan yang nyata (pula). (Al-Anfal: 42)
Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
{وَلَوْلا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَبِّكَ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ فِيمَا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ}
Kalau tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dari Tuhan kalian dahulu. (Yunus: 19), hingga akhir ayat.
Yakni seandainya tidak ada ketetapan dari Allah sejak dahulu yang menyatakan bahwa Allah tidak akan mengazab seorang pun kecuali sesudah tegaknya hujah (dalil peringatan Allah lewat para RasuNya) terhadap diri orang itu. Dan bahwa Dia telah menangguhkan makhluk-Nya sampai dengan masa yang telah dipastikan. Seandainya kesemuanya itu tidak ada, niscaya Dia langsung memberikan keputusan di antara sesama mereka tentang apa yang mereka perselisihkan itu. lalu berbahagialah orang-orang yang beriman dan celakalah orang-orang yang kafir.
Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam pernah bersabda:
"مَا أهلكَ اللَّهُ قَوْمًا بِعَذَابٍ مِنَ السَّمَاءِ وَلَا مِنَ الْأَرْضِ إِلَّا قَبْلَ مُوسَى"، ثُمَّ قَرَأَ: {وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ مِنْ بَعْدِ مَا أَهْلَكْنَا الْقُرُونَ الأولَى}
Tidaklah Allah mengazab suatu kaum dengan azab —baik dari langit maupun dari bumi— melainkan sebelum masa Musa. Kemudian Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam membacakan firman-Nya: Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa Al-Kitab (Taurat) sesudah Kami binasakan generasi-generasi yang terdahulu.(Al-Qashash: 43), hingga akhir ayat. (HR. Ibnu Abu Hatim)
Kemudian penangguhan azab Allah untuk.umat Muhammad sampai akhir zaman, difirmankan Allah :
{وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ}
Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka sedangkan kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedangkan mereka meminta ampun. (Al-Anfal: 33)
Rasulullah Shalallahu'alaihi Wasallam telah bersabda :
"أَنْزَلَ اللَّهُ عليَّ أَمَانَيْنِ لِأُمَّتِي: {وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ} فَإِذَا مَضَيْتُ، تركتُ فِيهِمُ الِاسْتِغْفَارَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ"
"Allah menurunkan dua keamanan bagi umatku," yaitu disebutkan dalam firman-Nya: Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedangkan kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedangkan mereka meminta ampun. (Al-Anfal: 33) Selanjutnya Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda, "Apabila aku telah tiada, maka aku tinggalkan istigfar (permohonan ampun kepada Allah) di kalangan mereka sampai hari kiamat." (HR. Turmudzi)
Bapak dan Ibu, setelah Nabi Muhammad SAW, wafat, Allah SWT menjamin tidak akan menurunkan azabnya selagi masih ada orang (mukmin) yang beristigfar memohon ampun kepadaNya. Ini merupakan sifat Allah "Ghofuru Rahiem"
(Maha Pengampun dan Maha Penyayang) terhadap hamba-hambaNya. Terkait dengan kondisi sekarang ini, disimpulkan bahwa Covid-19 "bukan merupakan azab Allah" melaikan "musibah dan ujian Allah" bagi orang-orang yang beriman.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Dikutip dari grup wa mutiara Quran
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Marhaban, Ya Ramadhan
Segala puji bagi Allah, Dzat yang telah mengutus Muhammad SAW menjadi rahmat bagi seluruh alam. Shalawat dan salaam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW berserta keluarga, shahabat dan pengikutnya sampai akhir zaman. Amma ba'du.
Bapak dan Ibu yang dirahmati Allah, Alhamdulillah kita sekarang berada pada malam pertama bulan Ramadhan tahun 1441 Hijriyah. Sebagai kelanjutan taklim kita, pada malam ini akan disampaikan taushiyah seperti judul diatas, sesuai dengan firman Allah pada surat Yunus ayat 18 dan 19 :
{وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَؤُلاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّهِ قُلْ أَتُنَبِّئُونَ اللَّهَ بِمَا لَا يَعْلَمُ فِي السَّمَاوَاتِ وَلا فِي الأرْضِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ (18) وَمَا كَانَ النَّاسُ إِلا أُمَّةً وَاحِدَةً فَاخْتَلَفُوا وَلَوْلا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَبِّكَ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ فِيمَا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ (19)}
Dan mereka menyembah selain dari Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudaratan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata, "Mereka itu adalah pemberi syafaat kepada kami di sisi Allah.” Katakanlah, "Apakah kalian mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) di bumi?” Mahasuci Allah dan Mahatinggi dari apa yang mereka mempersekutukan (itu). Manusia dahulunya hanyalah satu umat, kemudian mereka berselisih. Kalau tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu dahulu, pastilah telah diberi keputusan di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan.
Bapak dan Ibu, pada ayat di atas Allah Subhanahu wa Ta'ala mengingkari sikap orang-orang musyrik yang menyembah Allah menyekutukan dengan selain-Nya dengan dugaan bahwa sembahan-sembahan itu kelak dapat memberikan manfaat kepada mereka melalui syafaatnya di sisi Allah kelak dihari pembalasan. Bahkan mereka meyakini bahwa berhala-berhala yang mereka sembah itu merupakan "sarana untuk mendekatkan diri mereka kepada Allah", sebagaimana yang disitir dalam firmanNya :
{مَا نَعْبُدُهُمْ إِلا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى}
Kami tidak menyembah mereka, melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya. (Az-Zumar: 3)
Maka Allah Subhanahu wa Ta'ala memberitahukan bahwa sembahan-sembahan itu tidak dapat menimpakan mudarat, tidak dapat memberikan manfaat, dan tidak memiliki sesuatu pun; apa yang mereka dugakan itu sama sekali tidak akan terjadi, dan hal itu tidak akan terjadi selama-lamanya. Karena itulah Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
{قُلْ أَتُنَبِّئُونَ اللَّهَ بِمَا لَا يَعْلَمُ فِي السَّمَاوَاتِ وَلا فِي الأرْضِ}
Katakanlah, "Apakah kalian mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) di bumi?” (Yunus: 18)
Ibnu Jarir mengatakan bahwa makna ayat ialah "apakah kalian hendak memberitahukan kepada Allah apa yang tidak ada di langit dan tidak pula di bumi?".
Kemudian Allah membersihkan diri-Nya Yang Maha Mulia dari kemusyrikan mereka dan kekafirannya. Untuk itu Dia berfirman:
{سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ}
Mahasuci Allah dan Mahatinggi dari apa yang mereka mempersekutukan (itu). (Yunus: 18)
Kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala memberitahukan bahwa kemusyrikan seperti itu akan terjadi di kalangan manusia, sekalipun pada mulanya tidak ada; dan seluruh manusia itu pada awalnya berada dalam satu agama, yaitu agama Islam.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa jarak masa antara Adam dan Nabi Nuh adalah sepuluh generasi, semuanya memeluk agama Islam.
Kemudian terjadilah perselisihan di kalangan manusia, maka berhala-berhala, sekutu-sekutu dan tandingan-tandingan mulai disembah, kemudian Allah mengutus rasul-rasul dengan membawa ayat-ayat-Nya yang jelas dan hujah-hujah serta bukti-bukti-Nya yang kuat lagi mengalahkan:
{لِيَهْلِكَ مَنْ هَلَكَ عَنْ بَيِّنَةٍ وَيَحْيَا مَنْ حَيَّ عَنْ بَيِّنَةٍ}
yaitu agar orang yang binasa itu binasanya dengan keterangan yang nyata dan agar orang yang hidup itu hidupnya dengan keterangan yang nyata (pula). (Al-Anfal: 42)
Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
{وَلَوْلا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَبِّكَ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ فِيمَا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ}
Kalau tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dari Tuhan kalian dahulu. (Yunus: 19), hingga akhir ayat.
Yakni seandainya tidak ada ketetapan dari Allah sejak dahulu yang menyatakan bahwa Allah tidak akan mengazab seorang pun kecuali sesudah tegaknya hujah (dalil peringatan Allah lewat para RasuNya) terhadap diri orang itu. Dan bahwa Dia telah menangguhkan makhluk-Nya sampai dengan masa yang telah dipastikan. Seandainya kesemuanya itu tidak ada, niscaya Dia langsung memberikan keputusan di antara sesama mereka tentang apa yang mereka perselisihkan itu. lalu berbahagialah orang-orang yang beriman dan celakalah orang-orang yang kafir.
Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam pernah bersabda:
"مَا أهلكَ اللَّهُ قَوْمًا بِعَذَابٍ مِنَ السَّمَاءِ وَلَا مِنَ الْأَرْضِ إِلَّا قَبْلَ مُوسَى"، ثُمَّ قَرَأَ: {وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ مِنْ بَعْدِ مَا أَهْلَكْنَا الْقُرُونَ الأولَى}
Tidaklah Allah mengazab suatu kaum dengan azab —baik dari langit maupun dari bumi— melainkan sebelum masa Musa. Kemudian Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam membacakan firman-Nya: Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa Al-Kitab (Taurat) sesudah Kami binasakan generasi-generasi yang terdahulu.(Al-Qashash: 43), hingga akhir ayat. (HR. Ibnu Abu Hatim)
Kemudian penangguhan azab Allah untuk.umat Muhammad sampai akhir zaman, difirmankan Allah :
{وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ}
Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka sedangkan kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedangkan mereka meminta ampun. (Al-Anfal: 33)
Rasulullah Shalallahu'alaihi Wasallam telah bersabda :
"أَنْزَلَ اللَّهُ عليَّ أَمَانَيْنِ لِأُمَّتِي: {وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ} فَإِذَا مَضَيْتُ، تركتُ فِيهِمُ الِاسْتِغْفَارَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ"
"Allah menurunkan dua keamanan bagi umatku," yaitu disebutkan dalam firman-Nya: Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedangkan kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedangkan mereka meminta ampun. (Al-Anfal: 33) Selanjutnya Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda, "Apabila aku telah tiada, maka aku tinggalkan istigfar (permohonan ampun kepada Allah) di kalangan mereka sampai hari kiamat." (HR. Turmudzi)
Bapak dan Ibu, setelah Nabi Muhammad SAW, wafat, Allah SWT menjamin tidak akan menurunkan azabnya selagi masih ada orang (mukmin) yang beristigfar memohon ampun kepadaNya. Ini merupakan sifat Allah "Ghofuru Rahiem"
(Maha Pengampun dan Maha Penyayang) terhadap hamba-hambaNya. Terkait dengan kondisi sekarang ini, disimpulkan bahwa Covid-19 "bukan merupakan azab Allah" melaikan "musibah dan ujian Allah" bagi orang-orang yang beriman.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Dikutip dari grup wa mutiara Quran
Sabtu, 30 Mei 2020
AL BAQARAH 146 -147 -148 - 149
AL BAQARAH 146
ٱلَّذِينَ ءَاتَيْنَٰهُمُ ٱلْكِتَٰبَ يَعْرِفُونَهُۥ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَآءَهُمْ ۖ وَإِنَّ فَرِيقًا مِّنْهُمْ لَيَكْتُمُونَ ٱلْحَقَّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
Terjemah Arti:
Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian diantara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui.
Tafsir Quran Surat Al-Baqarah Ayat 146 146.
Para ulama Yahudi dan Nasrani yang telah Kami beri Kitab (Taurat dan Injil) mengetahui masalah pemindahan arah kiblat yang merupakan salah satu tanda kenabian Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menurut mereka, sebagaimana mereka mengenal anak-anak mereka sendiri, sehingga bisa membedakan mereka dengan anak-anak yang lain. Namun demikian ada sekelompok orang dari mereka menyembunyikan kebenaran yang dibawa Nabi karena rasa iri yang ada di dalam diri mereka. Mereka melakukan hal itu padahal mereka tahu bahwa itu adalah kebenaran.
146. Allah mengabarkan bahwa para pendeta Yahudi dan Nasrani mengetahui Baitul Haram merupakan kiblat yang sesungguhnya. Mereka mengetahui hal ini sebagaimana mereka mengenal anak-anak mereka sendiri. Demikian pula dengan pengetahuan mereka mengenai ciri-ciri Nabi Muhammad dan risalahnya, namun sebagian mereka menyembunyikan kebenaran -ciri-ciri Nabi dan urusan kiblat-, sedangkan mereka mengetahuinya dari kitab mereka dengan yakin.(Referensi: https://tafsirweb.com/606-quran-surat-al-baqarah-ayat-146.html)
AL BAQARAH 147
ٱلْحَقُّ مِن رَّبِّكَ ۖ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ ٱلْمُمْتَرِينَ
Terjemah Arti: Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu
Referensi: https://tafsirweb.com/608-quran-surat-al-baqarah-ayat-147.html
Tafsir Quran Surat
147. Inilah kebenaran yang datang dari Tuhanmu. Maka jangan sekali-kali engkau -wahai Rasul- termasuk orang-orang yang meragukan kebenarannya.
Referensi: https://tafsirweb.com/608-quran-surat-al-baqarah-ayat-147.html
147. Hai Rasulullah, ketahuilah bahwa kebenaran adalah yang Tuhanmu kabarkan kepadamu dalam al-Qur’an, maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang meragukan perbuatan orang-orang Yahudi dan Nasrani dalam menyembunyikan kebenara
dan telah disampaikan pada pengajian "ngaji bareng al baqarah 90-93" di mushola al musyarafah,Petamburan jakarta pusat,Ahad, 19 januari 2020,oleh Ust.Uripudin,S.Ag,M.Pd
ٱلَّذِينَ ءَاتَيْنَٰهُمُ ٱلْكِتَٰبَ يَعْرِفُونَهُۥ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَآءَهُمْ ۖ وَإِنَّ فَرِيقًا مِّنْهُمْ لَيَكْتُمُونَ ٱلْحَقَّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
Terjemah Arti:
Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian diantara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui.
Tafsir Quran Surat Al-Baqarah Ayat 146 146.
Para ulama Yahudi dan Nasrani yang telah Kami beri Kitab (Taurat dan Injil) mengetahui masalah pemindahan arah kiblat yang merupakan salah satu tanda kenabian Muhammad -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- menurut mereka, sebagaimana mereka mengenal anak-anak mereka sendiri, sehingga bisa membedakan mereka dengan anak-anak yang lain. Namun demikian ada sekelompok orang dari mereka menyembunyikan kebenaran yang dibawa Nabi karena rasa iri yang ada di dalam diri mereka. Mereka melakukan hal itu padahal mereka tahu bahwa itu adalah kebenaran.
TAFSIR 1
Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia 146. Allah mengabarkan bahwa para pendeta Yahudi dan Nasrani mengetahui Baitul Haram merupakan kiblat yang sesungguhnya. Mereka mengetahui hal ini sebagaimana mereka mengenal anak-anak mereka sendiri. Demikian pula dengan pengetahuan mereka mengenai ciri-ciri Nabi Muhammad dan risalahnya, namun sebagian mereka menyembunyikan kebenaran -ciri-ciri Nabi dan urusan kiblat-, sedangkan mereka mengetahuinya dari kitab mereka dengan yakin.(Referensi: https://tafsirweb.com/606-quran-surat-al-baqarah-ayat-146.html)
TAFSIR 2
Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram
Orang-orang yang kami berikan kepada mereka Taurat dan Injil dari kalangan para ulama Yahudi dan para ulama Nasrani mereka mengenal Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam sebagai utusan Allah dengan sifat-sifat yang tertuang dalam kitab-kitab suci mereka layaknya mereka mengenal anak-anak mereka sendiri, dan sesungguhnya sebagian dari mereka benar-benar menyembunyikan kebenaran sedangkan mereka itu tahu kebenarannya dan kepastian sifat-sifatnya.
TAFSIR 3
Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah
146. يَعْرِفُونَهُ (mengenal Muhammad)
Yakni mengetahui kenabian Nabi Muhammad.
كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمْ ۖ (seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri)
Padahal orang yang paling mengetahui keadaan seseorang adalah kedua orang tuanya, karena keduanyalah yang telah menjaganya sejak kecil hingga dewasa.
وَإِنَّ فَرِيقًا مِنْهُمْ لَيَكْتُمُونَ الْحَقَّ (Dan sesungguhnya sebahagian diantara mereka menyembunyikan kebenaran)
Yang dimaksud dalam ayat ini adalah ulama-ulama Ahli kitab yang mengetahui sifat Rasulullah, dan tidak termasuk dalam ayat ini orang-orang yang masuk islam diantara mereka seperti Abdullah bin Salam dan sahabat-sahabatnya.
Yakni mengetahui kenabian Nabi Muhammad.
كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمْ ۖ (seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri)
Padahal orang yang paling mengetahui keadaan seseorang adalah kedua orang tuanya, karena keduanyalah yang telah menjaganya sejak kecil hingga dewasa.
وَإِنَّ فَرِيقًا مِنْهُمْ لَيَكْتُمُونَ الْحَقَّ (Dan sesungguhnya sebahagian diantara mereka menyembunyikan kebenaran)
Yang dimaksud dalam ayat ini adalah ulama-ulama Ahli kitab yang mengetahui sifat Rasulullah, dan tidak termasuk dalam ayat ini orang-orang yang masuk islam diantara mereka seperti Abdullah bin Salam dan sahabat-sahabatnya.
TAFSIR 4
Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah
Sesungguhnya Allah mengatakan : { كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمْ } "seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri" , dan tidak mengatakan ( أنفسهم ) "diri-diri mereka sendiri"; karena sesungguhnya manusia tidak mengenal diri mereka kecuali hanya sebatas waktu tertentu, dan mengetahui anaknya sejak dia ada, Kemudian dalam menyebutkan Anak tanpa penyebutan diri; sesungguhnya anak manusia adalah gambaran dari diri-diri mereka pula.
Referensi: https://tafsirweb.com/606-quran-surat-al-baqarah-ayat-146.html
Referensi: https://tafsirweb.com/606-quran-surat-al-baqarah-ayat-146.html
TAFSIR 5
Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah 89-90.
TAFSIR 6
Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H
Makna kata :
{ يَعۡرِفُونَهُۥ } Ya’rifuunahu : Dhamir (kata ganti) kembali kepada Rasulullah ﷺ yaitu mereka mengetahui bahwa dia (Muhammad, pent) adalah Nabi dan Rasulullah, sebagaimana telah tertulis dalam kitab-kitab mereka mengenai sifat dan karakternya secara jelas.
Makna ayat :
Pada ayat (146) Allah Ta’ala mengabarkan bahwa para ulama Ahli kitab mengetahui bahwa kerasulan Muhammad adalah benar, dan risalah yang dibawanya adalah benar. Mereka benar-benar mengetahui seperti pengetahuan mereka tentang anak-anaknya sendiri. Akan tetapi mereka menyembunyikan kebenaran sedangkan mereka mengetahui.
Pelajaran dari ayat :
• Haramnya kaum Muslimin mengikuti bid’ah yang dilakukan oleh Ahli kitab bagaimanapun bentuknya.
• Para Ulama ahli kitab yang hidup semasa dengan Nabi shallallahu ‘alaihiwasallam mengetahui bahwa Muhammad adalah nabi yang dikabarkan dalam kitabnya, dan merupakan penutup para nabi. Namun mereka berpaling dari keimanan kepadanya dan enggan mengikutinya karena lebih mementingkan kehidupan dunia dibandingkan akhirat.
{ يَعۡرِفُونَهُۥ } Ya’rifuunahu : Dhamir (kata ganti) kembali kepada Rasulullah ﷺ yaitu mereka mengetahui bahwa dia (Muhammad, pent) adalah Nabi dan Rasulullah, sebagaimana telah tertulis dalam kitab-kitab mereka mengenai sifat dan karakternya secara jelas.
Makna ayat :
Pada ayat (146) Allah Ta’ala mengabarkan bahwa para ulama Ahli kitab mengetahui bahwa kerasulan Muhammad adalah benar, dan risalah yang dibawanya adalah benar. Mereka benar-benar mengetahui seperti pengetahuan mereka tentang anak-anaknya sendiri. Akan tetapi mereka menyembunyikan kebenaran sedangkan mereka mengetahui.
Pelajaran dari ayat :
• Haramnya kaum Muslimin mengikuti bid’ah yang dilakukan oleh Ahli kitab bagaimanapun bentuknya.
• Para Ulama ahli kitab yang hidup semasa dengan Nabi shallallahu ‘alaihiwasallam mengetahui bahwa Muhammad adalah nabi yang dikabarkan dalam kitabnya, dan merupakan penutup para nabi. Namun mereka berpaling dari keimanan kepadanya dan enggan mengikutinya karena lebih mementingkan kehidupan dunia dibandingkan akhirat.
TAFSIR 7
Aisarut Tafasir / Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, mudarris tafsir di Masjid Nabawi
TAFSIR 8
Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I
Allah menjelaskan bahwa pengetahuan orang yahudi dan nasrani tentang benarnya kenabian nabi Muhammad terang benderang. Orangorang yang telah kami beri kitab taurat dan injil mengenalnya, yakni nabi Muhammad, seperti mereka mengenal anak-anak mereka sendiri, bahkan lebih dari itu, karena anak mereka bisa jadi berasal dari hubungan dengan orang lain. Kemudian Allah membuka sifat buruk mereka yang suka menyembunyikan kebenaran hanya untuk kepentingan duniawi. Sesungguhnya sebagian mereka pasti menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui-Nya. Inilah yang menjadikan mereka dibenci Allah, yaitu mengetahui kebenaran tetapi mengingkarinya secara sengaja. Untuk memantapkan hati orang-orang yang baru masuk islam dan umat nabi Muhammad di masa mendatang tentang kebenaran ajarannya, Allah menegaskan bahwa kebenaran itu datang dari tuhanmu, wahai nabi Muhammad, maka janganlah sekali-kali engkau termasuk orangorang yang ragu.
Referensi: https://tafsirweb.com/606-quran-surat-al-baqarah-ayat-146.html
Referensi: https://tafsirweb.com/606-quran-surat-al-baqarah-ayat-146.html
AL BAQARAH 147
ٱلْحَقُّ مِن رَّبِّكَ ۖ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ ٱلْمُمْتَرِينَ
Terjemah Arti: Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu
Referensi: https://tafsirweb.com/608-quran-surat-al-baqarah-ayat-147.html
Tafsir Quran Surat
147. Inilah kebenaran yang datang dari Tuhanmu. Maka jangan sekali-kali engkau -wahai Rasul- termasuk orang-orang yang meragukan kebenarannya.
Referensi: https://tafsirweb.com/608-quran-surat-al-baqarah-ayat-147.html
TAFSIR 1
Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia 147. Hai Rasulullah, ketahuilah bahwa kebenaran adalah yang Tuhanmu kabarkan kepadamu dalam al-Qur’an, maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang meragukan perbuatan orang-orang Yahudi dan Nasrani dalam menyembunyikan kebenara
TAFSIR 2
Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram
Apa yang diturunkan kepadamu -wahai nabi- itulah kebenaran dari Tuhanmu, maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang meragukannya. Hal ini sekalipun merupakan pesan yang dialamatkan kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam tetapi ia juga dialamatkan kepada umat Islam ini seluruhnya.
TAFSIR 3
Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah
147. الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ ۖ (Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu)
Yakni kebenaran adalah yang datang dari Tuhanmu, dan bukan yang dikabarkan oleh Ahli kitab.
فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ (sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu)
Yakni Allah melarang Rasulullah dari keraguan terhadap apa yang datang dari-Nya seperti pada masalah kiblat dan yang lainnya. Dan selain Rasulullah lebih harus berhati-hati dari keraguan ini.
Yakni kebenaran adalah yang datang dari Tuhanmu, dan bukan yang dikabarkan oleh Ahli kitab.
فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِينَ (sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu)
Yakni Allah melarang Rasulullah dari keraguan terhadap apa yang datang dari-Nya seperti pada masalah kiblat dan yang lainnya. Dan selain Rasulullah lebih harus berhati-hati dari keraguan ini.
TAFSIR 4
Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah
147. Kebenaran yang abadi (mutlak) adalah sesuatu yang diberitahukan Tuhan kepadamu, bukan sesuatu yang diberitahukan ahli kitab, Jadi janganlah kalian menjadi orang-orang yang meragukanNya, wahai para pendengar.
Referensi: https://tafsirweb.com/608-quran-surat-al-baqarah-ayat-147.html
Referensi: https://tafsirweb.com/608-quran-surat-al-baqarah-ayat-147.html
TAFSIR 5
Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah
Ketahuilah wahai nabi Allah bahwasannya yang diturunkan kepadamu adalah Al-Qur’an Al Karim yang merupaka kebenaran dari tuhanmu; maka jangankah engkau menjadi orang-orang yang rajin.
Referensi: https://tafsirweb.com/608-quran-surat-al-baqarah-ayat-147.html
Referensi: https://tafsirweb.com/608-quran-surat-al-baqarah-ayat-147.html
TAFSIR 6
Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H
Makna kata :
{ مِنَ ٱلۡمُمۡتَرِينَ } Minal mumtarin : Orang-orang yang ragu. Dan al-Imtiraa’ maknanya adalah keraguan dan tidak percaya.
Makna ayat : Pada ayat (147) Allah Ta’ala menjelaskan bahwa agama yang dibawa olehnya adalah benar. Itu adalah kebenaran yang datang kepadanya dari Allah Ta’ala, maka tidak sepantasnya untuk merasa ragu sedikitpun.
Referensi: https://tafsirweb.com/608-quran-surat-al-baqarah-ayat-147.html
{ مِنَ ٱلۡمُمۡتَرِينَ } Minal mumtarin : Orang-orang yang ragu. Dan al-Imtiraa’ maknanya adalah keraguan dan tidak percaya.
Makna ayat : Pada ayat (147) Allah Ta’ala menjelaskan bahwa agama yang dibawa olehnya adalah benar. Itu adalah kebenaran yang datang kepadanya dari Allah Ta’ala, maka tidak sepantasnya untuk merasa ragu sedikitpun.
Referensi: https://tafsirweb.com/608-quran-surat-al-baqarah-ayat-147.html
TAFSIR 7
Aisarut Tafasir / Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, mudarris tafsir di Masjid Nabawi
TAFSIR 8
Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I
Untuk memantapkan hati orang-orang yang baru masuk islam dan umat nabi Muhammad di masa mendatang tentang kebenaran ajarannya, Allah menegaskan bahwa kebenaran itu datang dari tuhanmu, wahai nabi Muhammad, maka janganlah sekali-kali engkau termasuk orangorang yang ragu. Dan setiap umat mempunyai kiblat yang dia menghadap kepadanya. Tidak ada kelebihan satu kiblat atas lainnya, karena yang terpenting dalam beragama adalah kepatuhan kepada Allah dan berbuat kebaikan terhadap orang lain. Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Terhadap semua itu Allah akan memberikan perhitungan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya. Sungguh, Allah mahakuasa atas segala sesuatu.
Referensi: https://tafsirweb.com/608-quran-surat-al-baqarah-ayat-147.html
AL BAQARAH 148
وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا ۖ فَٱسْتَبِقُوا۟ ٱلْخَيْرَٰتِ ۚ أَيْنَ مَا تَكُونُوا۟ يَأْتِ بِكُمُ ٱللَّهُ جَمِيعًا ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
Referensi: https://tafsirweb.com/610-quran-surat-al-baqarah-ayat-148.html
Terjemah Arti: Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Referensi: https://tafsirweb.com/610-quran-surat-al-baqarah-ayat-148.html
Tafsir Quran Surat Al-Baqarah Ayat 148
148. Setiap umat mempunyai arah tertentu yang mereka jadikan sebagai kiblat, baik sifatnya kongkrit maupun abstrak. Salah satunya ialah perselisihan mereka tentang arah kiblat dan apa yang Allah syariatkan untuk mereka. Jadi, tidak ada masalah bila arah kiblat mereka bermacam-macam, jika hal itu berdasarkan perintah dan ketentuan Allah. Maka berlomba-lombalah kamu -wahai orang-orang beriman- untuk melakukan kebajikan yang diperintahkan kepadamu. Dan kelak pada hari kiamat Allah akan mengumpulkan kalian dari manapun kalian berasal untuk memberimu balasan yang setimpal dengan amal perbuatanmu. Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. Maka tidak ada sesuatupun yang dapat menghalangi-Nya untuk mengumpulkanmu dan memberikan balasan kepadamu.
Referensi: https://tafsirweb.com/610-quran-surat-al-baqarah-ayat-148.html
148. Dan setiap umat memiliki kiblat tersendiri untuk menghadap dalam sholatnya, maka bergegaslah hai orang-orang yang beriman untuk mengerjakan kebaikan dan amal shalih. Dan Allah akan membangkitkan kalian semua pada hari kiamat; Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, tak ada yang sulit bagi-Nya.
Referensi: https://tafsirweb.com/610-quran-surat-al-baqarah-ayat-148.html
Referensi: https://tafsirweb.com/608-quran-surat-al-baqarah-ayat-147.html
AL BAQARAH 148
وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا ۖ فَٱسْتَبِقُوا۟ ٱلْخَيْرَٰتِ ۚ أَيْنَ مَا تَكُونُوا۟ يَأْتِ بِكُمُ ٱللَّهُ جَمِيعًا ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
Referensi: https://tafsirweb.com/610-quran-surat-al-baqarah-ayat-148.html
Terjemah Arti: Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Referensi: https://tafsirweb.com/610-quran-surat-al-baqarah-ayat-148.html
Tafsir Quran Surat Al-Baqarah Ayat 148
148. Setiap umat mempunyai arah tertentu yang mereka jadikan sebagai kiblat, baik sifatnya kongkrit maupun abstrak. Salah satunya ialah perselisihan mereka tentang arah kiblat dan apa yang Allah syariatkan untuk mereka. Jadi, tidak ada masalah bila arah kiblat mereka bermacam-macam, jika hal itu berdasarkan perintah dan ketentuan Allah. Maka berlomba-lombalah kamu -wahai orang-orang beriman- untuk melakukan kebajikan yang diperintahkan kepadamu. Dan kelak pada hari kiamat Allah akan mengumpulkan kalian dari manapun kalian berasal untuk memberimu balasan yang setimpal dengan amal perbuatanmu. Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. Maka tidak ada sesuatupun yang dapat menghalangi-Nya untuk mengumpulkanmu dan memberikan balasan kepadamu.
Referensi: https://tafsirweb.com/610-quran-surat-al-baqarah-ayat-148.html
TAFSIR 1
Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia 148. Dan setiap umat memiliki kiblat tersendiri untuk menghadap dalam sholatnya, maka bergegaslah hai orang-orang yang beriman untuk mengerjakan kebaikan dan amal shalih. Dan Allah akan membangkitkan kalian semua pada hari kiamat; Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, tak ada yang sulit bagi-Nya.
Referensi: https://tafsirweb.com/610-quran-surat-al-baqarah-ayat-148.html
TAFSIR 2
Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram
Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblat yang masing-masing darinya menghadap kepadanya dalam ibadah shalatnya, maka bersegeralah –wahai orang-orang yang beriman- untuk berlomba dalam mengerjakan amal amal sholeh yang disyariatkan Allah untuk kalian dalam Islam. Dan Allah akan menghimpun Kalian semua pada hari kiamat dari daerah manapun kalian berada. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Referensi: https://tafsirweb.com/610-quran-surat-al-baqarah-ayat-148.html
Referensi: https://tafsirweb.com/610-quran-surat-al-baqarah-ayat-148.html
TAFSIR 3
Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah
148. وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ (Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri)) Yakni setiap umat beragama memiliki arah (kiblat), baik itu kiblat yang benar maupun kiblat yang sesat. Atau yang dimaksud dengan ayat ini adalah setiap umat Muhammad memiliki kiblat untuk sholat, baik itu di mengarah kea rah timur, barat, selatan, atau utara. هُوَ مُوَلِّيهَا ۖ (yang ia menghadap kepadanya) Yakni yang ia mernghadap ke arahnya. فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ ۚ (Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan) Yakni bersegeralah untuk menjalankan perintah-Nya seperti menghadap ke Baitul Haram dan menjalankan segala kebaikan, dan menjalankan sholat di awal waktunya. أَيْنَ مَا تَكُونُوا يَأْتِ بِكُمُ اللَّهُ (Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu) Yakni mengumpulkan kalian di hari kiamat untuk membalas perbuatan yang kalian lakukan. جَمِيعًا ۚ(seluruhnya) Yakni sholat kalian dari arah yang berbeda-beda akan tetapi seperti ke satu arah saja.
Referensi: https://tafsirweb.com/610-quran-surat-al-baqarah-ayat-148.html
Referensi: https://tafsirweb.com/610-quran-surat-al-baqarah-ayat-148.html
TAFSIR 4
Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah
1 ). { وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا ۖ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ } Sebagai isyarat keberagaman manusia dalam beramal dan beribadah, antara shalat dan belajar dan dakwah serta memberi makan dan minum, semuanya telah dimudahkan terhadap apa yang diciptakan untuknya, akan tetapi yang terpenting adalah setiap orang senantiasa terdepan disetiap kebaikan yang ia lakukan dan senantiasa mengukur diri, dan disini al-Qur'an membimbing kita agar menjadi insan yang terdepan. 2 ). { فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ } Perintah untuk berlomba-lomba dalam kebaikan adalah tambahan dari perintah berbuat kebaikan itu sendiri; adapun maksud dari berlomba-lomba dalam kebaikan termasuk didalamnya penyempurnaan amalan, dan pengaplikasiaannya sesempurna mungkin, dan senantiasa bergegas meraih kebaikan itu, dan barangsiapa yang berlomba-lomba di dunia dalam melakukan kebajikan, niscaya dia akan menjadi terdepan di akhirat menuju surga. 3 ). Merupakan bisnis yang menguntungkan, dan persaingan menuju surga dibuka pintu-pintunya pada malam lailatul qadr, dan panggilan al-Qur'an sungguh meninggi : { فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ }, dan diantara kerugian yang besar adalah dijadikannya kesempatan berbisnis dengan Allah, dan musim-musim kebaikan yang mengantarkan pelakunya kepada kemenangan di akhirat sama seperti waktu-waktu lainnya bagi sebagian besar umat manusia.
Referensi: https://tafsirweb.com/610-quran-surat-al-baqarah-ayat-148.html
Referensi: https://tafsirweb.com/610-quran-surat-al-baqarah-ayat-148.html
TAFSIR 5
Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri Suriah
Allah mengabarkan setiap pengikut agama memiliki syariat dan kiblat yang beribadah mengarah padanya.
Referensi: https://tafsirweb.com/610-quran-surat-al-baqarah-ayat-148.html
Referensi: https://tafsirweb.com/610-quran-surat-al-baqarah-ayat-148.html
TAFSIR 6
Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H
Makna kata : { وَلِكُلّٖ وِجۡهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَاۖ } Wa likullin wijhatun huwa muwallihaa : Pada harakat tanwin dalam kata (kullin) menunjukkan ada kata yang dihapus. Yaitu likulli ahli millatin setiap pemeluk agama seperti Islam, Yahudi, dan Nasrani memiliki kiblat yang dijadikan tempat menghadap tatkala melaksanakan shalat. { ٱلۡخَيۡرَٰتِۚ } al-Khairaat : Kebaikan dan ketaatan kepada Allah dan rasulNya Makna ayat : Setelah penetapan hakikat yang terkandung dalam ayat (وَلَئِنۡ أَتَيۡتَ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡكِتَٰبَ ) “Dan sesungguhnya jika kamu mendatangkan kepada orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi al-Kitab (Taurat dan Injil)”. Maksudnya apabila Nabi Muhammad ﷺ mendatangi Ahli kitab dengan membawa segudang bukti yang menunjukkan kebenaran dalam perintah perubahan kiblat, mereka tetap tidak akan mengikuti kiblatnya kaum Muslimin, sebagaimana Nabi juga tidak akan mengikuti kiblat mereka, dan sebagian di antara mereka tidak akan mengikuti kiblat yang lain. Seperti halnya orang Yahudi menghadap tempat terbitnya matahari sebagai kiblat, dan orang Nasrani menghadap Baitul Maqdis sebagai kiblatnya. Kemudian Allah Ta’ala mengabarkan bahwa setiap umat memiliki kiblatnya masing-masing dalam shalat. Maka tinggalkanlah agama-agama yang sesat itu wahai kaum Muslimin, dan berlomba-lombalah berbuat kebaikan, berpaculah dalam amalan shalih sebagai bentuk kesyukuran kepada Rabb kalian karena telah memberikan arah kiblat yang merupakan kiblat bapak kalian Nabi Ibrahim. Sesungguhnya Dialah Allah yang akan mengumpulkan kalian pada hari kiamat, menanyai apa yang kalian lakukan, dan akan membalas amalan-amalan kalian. Dia Maha Mampu atas segala sesuatu. Pelajaran dari ayat : • Berpaling dari perdebatan dengan orang-orang yang membangkang, dan memilih untuk mengerjakan amalan ketaatan, berlomba-lomba mengerjakanya itu lebih bermanfaat dibandingkan larut dalam perdebatan dengan orang yang tidak bisa diharapkan untuk kembali kepada kebenaran.
Referensi: https://tafsirweb.com/610-quran-surat-al-baqarah-ayat-148.html
Referensi: https://tafsirweb.com/610-quran-surat-al-baqarah-ayat-148.html
TAFSIR 7
Aisarut Tafasir / Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazairi, mudarris tafsir di Masjid Nabawi
TAFSIR 8
Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I
Dan setiap umat mempunyai kiblat yang dia menghadap kepadanya. Tidak ada kelebihan satu kiblat atas lainnya, karena yang terpenting dalam beragama adalah kepatuhan kepada Allah dan berbuat kebaikan terhadap orang lain. Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Terhadap semua itu Allah akan memberikan perhitungan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya. Sungguh, Allah mahakuasa atas segala sesuatu. Allah mengulangi lagi perintah untuk menghadap masjidilharam. Dan dari mana pun engkau keluar, wahai nabi Muhammad, hadapkanlah wajahmu ke arah masjidilharam, sesungguhnya itu benar-benar ketentuan dari tuhanmu. Allah tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan. Pengulangan ini penting karena peralihan kiblat merupkan peristiwa nasakh (penghapusan hukum) yang pertama kali terjadi dalam islam. Dengan diulang maka hal ini akan tertanam dalam hati kaum mukmin sehingga mereka tidak terpengaruh oleh hasutan orang yahudi yang tidak rela kiblat mereka ditinggal.
Referensi: https://tafsirweb.com/610-quran-surat-al-baqarah-ayat-148.html
Referensi: https://tafsirweb.com/610-quran-surat-al-baqarah-ayat-148.html
DIKUTIP DARI:
Referensi: https://tafsirweb.com/487-surat-al-baqarah-ayat-91.html
Referensi: https://tafsirweb.com/487-surat-al-baqarah-ayat-91.html
Langganan:
Postingan (Atom)