"
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Marhaban, Ya Ramadhan
Segala puji bagi Allah, Dzat yang telah mengutus Muhammad SAW menjadi rahmat bagi seluruh alam. Shalawat dan salaam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW berserta keluarga, shahabat dan pengikutnya sampai akhir zaman. Amma ba'du.
Bapak dan Ibu yang dirahmati Allah, Alhamdulillah kita sekarang berada pada malam pertama bulan Ramadhan tahun 1441 Hijriyah. Sebagai kelanjutan taklim kita, pada malam ini akan disampaikan taushiyah seperti judul diatas, sesuai dengan firman Allah pada surat Yunus ayat 18 dan 19 :
{وَيَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلا يَنْفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَؤُلاءِ شُفَعَاؤُنَا عِنْدَ اللَّهِ قُلْ أَتُنَبِّئُونَ اللَّهَ بِمَا لَا يَعْلَمُ فِي السَّمَاوَاتِ وَلا فِي الأرْضِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ (18) وَمَا كَانَ النَّاسُ إِلا أُمَّةً وَاحِدَةً فَاخْتَلَفُوا وَلَوْلا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَبِّكَ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ فِيمَا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ (19)}
Dan mereka menyembah selain dari Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudaratan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata, "Mereka itu adalah pemberi syafaat kepada kami di sisi Allah.” Katakanlah, "Apakah kalian mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) di bumi?” Mahasuci Allah dan Mahatinggi dari apa yang mereka mempersekutukan (itu). Manusia dahulunya hanyalah satu umat, kemudian mereka berselisih. Kalau tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu dahulu, pastilah telah diberi keputusan di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan.
Bapak dan Ibu, pada ayat di atas Allah Subhanahu wa Ta'ala mengingkari sikap orang-orang musyrik yang menyembah Allah menyekutukan dengan selain-Nya dengan dugaan bahwa sembahan-sembahan itu kelak dapat memberikan manfaat kepada mereka melalui syafaatnya di sisi Allah kelak dihari pembalasan. Bahkan mereka meyakini bahwa berhala-berhala yang mereka sembah itu merupakan "sarana untuk mendekatkan diri mereka kepada Allah", sebagaimana yang disitir dalam firmanNya :
{مَا نَعْبُدُهُمْ إِلا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى}
Kami tidak menyembah mereka, melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya. (Az-Zumar: 3)
Maka Allah Subhanahu wa Ta'ala memberitahukan bahwa sembahan-sembahan itu tidak dapat menimpakan mudarat, tidak dapat memberikan manfaat, dan tidak memiliki sesuatu pun; apa yang mereka dugakan itu sama sekali tidak akan terjadi, dan hal itu tidak akan terjadi selama-lamanya. Karena itulah Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
{قُلْ أَتُنَبِّئُونَ اللَّهَ بِمَا لَا يَعْلَمُ فِي السَّمَاوَاتِ وَلا فِي الأرْضِ}
Katakanlah, "Apakah kalian mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) di bumi?” (Yunus: 18)
Ibnu Jarir mengatakan bahwa makna ayat ialah "apakah kalian hendak memberitahukan kepada Allah apa yang tidak ada di langit dan tidak pula di bumi?".
Kemudian Allah membersihkan diri-Nya Yang Maha Mulia dari kemusyrikan mereka dan kekafirannya. Untuk itu Dia berfirman:
{سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ}
Mahasuci Allah dan Mahatinggi dari apa yang mereka mempersekutukan (itu). (Yunus: 18)
Kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala memberitahukan bahwa kemusyrikan seperti itu akan terjadi di kalangan manusia, sekalipun pada mulanya tidak ada; dan seluruh manusia itu pada awalnya berada dalam satu agama, yaitu agama Islam.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa jarak masa antara Adam dan Nabi Nuh adalah sepuluh generasi, semuanya memeluk agama Islam.
Kemudian terjadilah perselisihan di kalangan manusia, maka berhala-berhala, sekutu-sekutu dan tandingan-tandingan mulai disembah, kemudian Allah mengutus rasul-rasul dengan membawa ayat-ayat-Nya yang jelas dan hujah-hujah serta bukti-bukti-Nya yang kuat lagi mengalahkan:
{لِيَهْلِكَ مَنْ هَلَكَ عَنْ بَيِّنَةٍ وَيَحْيَا مَنْ حَيَّ عَنْ بَيِّنَةٍ}
yaitu agar orang yang binasa itu binasanya dengan keterangan yang nyata dan agar orang yang hidup itu hidupnya dengan keterangan yang nyata (pula). (Al-Anfal: 42)
Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
{وَلَوْلا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَبِّكَ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ فِيمَا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ}
Kalau tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dari Tuhan kalian dahulu. (Yunus: 19), hingga akhir ayat.
Yakni seandainya tidak ada ketetapan dari Allah sejak dahulu yang menyatakan bahwa Allah tidak akan mengazab seorang pun kecuali sesudah tegaknya hujah (dalil peringatan Allah lewat para RasuNya) terhadap diri orang itu. Dan bahwa Dia telah menangguhkan makhluk-Nya sampai dengan masa yang telah dipastikan. Seandainya kesemuanya itu tidak ada, niscaya Dia langsung memberikan keputusan di antara sesama mereka tentang apa yang mereka perselisihkan itu. lalu berbahagialah orang-orang yang beriman dan celakalah orang-orang yang kafir.
Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam pernah bersabda:
"مَا أهلكَ اللَّهُ قَوْمًا بِعَذَابٍ مِنَ السَّمَاءِ وَلَا مِنَ الْأَرْضِ إِلَّا قَبْلَ مُوسَى"، ثُمَّ قَرَأَ: {وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ مِنْ بَعْدِ مَا أَهْلَكْنَا الْقُرُونَ الأولَى}
Tidaklah Allah mengazab suatu kaum dengan azab —baik dari langit maupun dari bumi— melainkan sebelum masa Musa. Kemudian Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam membacakan firman-Nya: Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Musa Al-Kitab (Taurat) sesudah Kami binasakan generasi-generasi yang terdahulu.(Al-Qashash: 43), hingga akhir ayat. (HR. Ibnu Abu Hatim)
Kemudian penangguhan azab Allah untuk.umat Muhammad sampai akhir zaman, difirmankan Allah :
{وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ}
Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka sedangkan kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedangkan mereka meminta ampun. (Al-Anfal: 33)
Rasulullah Shalallahu'alaihi Wasallam telah bersabda :
"أَنْزَلَ اللَّهُ عليَّ أَمَانَيْنِ لِأُمَّتِي: {وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ} فَإِذَا مَضَيْتُ، تركتُ فِيهِمُ الِاسْتِغْفَارَ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ"
"Allah menurunkan dua keamanan bagi umatku," yaitu disebutkan dalam firman-Nya: Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedangkan kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedangkan mereka meminta ampun. (Al-Anfal: 33) Selanjutnya Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda, "Apabila aku telah tiada, maka aku tinggalkan istigfar (permohonan ampun kepada Allah) di kalangan mereka sampai hari kiamat." (HR. Turmudzi)
Bapak dan Ibu, setelah Nabi Muhammad SAW, wafat, Allah SWT menjamin tidak akan menurunkan azabnya selagi masih ada orang (mukmin) yang beristigfar memohon ampun kepadaNya. Ini merupakan sifat Allah "Ghofuru Rahiem"
(Maha Pengampun dan Maha Penyayang) terhadap hamba-hambaNya. Terkait dengan kondisi sekarang ini, disimpulkan bahwa Covid-19 "bukan merupakan azab Allah" melaikan "musibah dan ujian Allah" bagi orang-orang yang beriman.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Dikutip dari grup wa mutiara Quran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar