Cari Blog Ini

Jumat, 25 April 2025

Tafsir: Al An'am 118 ok

 

Berikut adalah penjelasan Surah Al-An‘am ayat 118 secara detail beserta tafsirnya:


Surah Al-An‘am (6): Ayat 118

Arab:

فَكُلُوا۟ مِمَّا ذُكِرَ ٱسْمُ ٱللَّهِ عَلَيْهِ إِن كُنتُم بِـَٔايَـٰتِهِۦ مُؤْمِنِينَ

Latin:

Fa-kulụ mimmā żukira-smu-llāhi ‘alaihi in kuntum bi-āyātihī mu’minīn.

Terjemah (Kemenag RI):

"Maka makanlah hewan-hewan yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya, jika kamu beriman kepada ayat-ayat-Nya."


Tafsir dan Penjelasan Mendalam:

1. “Maka makanlah…”

  • Ayat ini merupakan perintah Allah yang bersifat menganjurkan dengan syarat, bukan perintah mutlak.
  • Berkaitan erat dengan permasalahan halal dan haram dalam makanan, khususnya daging sembelihan.

2. “...dari apa yang disebut nama Allah padanya”

  • Maksudnya: daging hewan yang disembelih dengan menyebut nama Allah (basmalah saat penyembelihan).
  • Ini adalah syarat kehalalan sembelihan: harus disebut nama Allah (bismillāh) pada saat penyembelihan.

3. “...jika kamu beriman kepada ayat-ayat-Nya”

  • Menunjukkan bahwa ketaatan terhadap hukum halal-haram adalah bagian dari keimanan.
  • Artinya, jika benar-benar beriman, maka makanlah yang Allah halalkan, dan jauhi yang tidak disebut nama-Nya ketika disembelih.

Asbabun Nuzul (Sebab Turunnya Ayat):

Menurut beberapa riwayat, ayat ini turun sebagai tanggapan terhadap larangan orang musyrik terhadap daging sembelihan kaum Muslim, dengan alasan bahwa hewan itu mati karena manusia, bukan karena Allah yang mematikannya. Maka Allah membantah mereka, dan memerintahkan untuk makan yang disembelih atas nama-Nya.


Pelajaran dan Hikmah:

  1. Pentingnya menyebut nama Allah saat menyembelih sebagai syarat kehalalan makanan.
  2. Keimanan harus diwujudkan dalam tindakan nyata, termasuk dalam memilih makanan.
  3. Menyebut nama Allah menunjukkan bahwa Allah-lah pemberi hidup dan penguasa segala makhluk.
  4. Larangan memakan sembelihan yang tidak disebut nama Allah padanya akan dijelaskan lebih lanjut di ayat berikutnya (Al-An'am 121).
  5. Ayat ini juga menjadi dasar prinsip thayyib dan halal dalam konsumsi umat Islam.

Jika kamu ingin, saya bisa bantu buat materi fiqih halal-haram berdasarkan ayat ini, cocok untuk ceramah, RPP PAI, atau diskusi keislaman. Mau saya bantu siapkan?

Tafsir:Al An'am 117 ok

 

Berikut adalah penjelasan Surah Al-An‘am ayat 117 secara detail lengkap dengan tafsirnya:


Surah Al-An‘am (6): Ayat 117

Arab:

إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ مَن يَضِلُّ عَن سَبِيلِهِۦ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِٱلْمُهْتَدِينَ

Latin:

Inna rabbaka huwa a‘lamu man yaḍillu ‘an sabīlihi, wa huwa a‘lamu bil-muhtadīn.

Terjemah (Kemenag RI):

"Sesungguhnya Tuhanmu, Dia-lah yang lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya, dan Dia-lah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk."


Tafsir dan Penjelasan Mendalam:

1. “Sesungguhnya Tuhanmu...”

  • Kalimat ini menegaskan bahwa Allah adalah Rabb (Tuhan) yang Mahamengetahui, Mahabijaksana, dan Mahabesar kekuasaan-Nya atas hamba-hamba-Nya.
  • Ini juga mengandung penghiburan dan penguatan bagi Nabi Muhammad saw., setelah peringatan di ayat sebelumnya agar tidak mengikuti mayoritas yang sesat.

2. “...Dia-lah yang lebih mengetahui siapa yang tersesat dari jalan-Nya”

  • Allah mengetahui dengan sempurna siapa yang benar-benar menyimpang dari kebenaran, baik secara lahir maupun batin.
  • Allah tidak butuh kesaksian manusia, polling publik, atau jumlah pengikut untuk menilai siapa yang sesat.
  • Ini juga menunjukkan bahwa penilaian Allah-lah yang absolut, bukan standar manusia.

3. “...dan Dia-lah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.”

  • Allah mengetahui hamba-hamba-Nya yang tulus, ikhlas mencari kebenaran, dan berpegang teguh pada wahyu.
  • Petunjuk (hidayah) adalah karunia dari Allah, diberikan kepada siapa yang dikehendaki-Nya karena usaha dan keikhlasannya.

Kandungan Makna dan Pelajaran:

  1. Hidayah dan kesesatan adalah di bawah kendali dan ilmu Allah, bukan sekadar klaim manusia.
  2. Allah mengetahui isi hati manusia, maka bersikaplah ikhlas dalam mencari kebenaran.
  3. Jangan merasa paling benar hanya karena dukungan banyak orang, karena Allah yang paling tahu siapa yang benar dan siapa yang sesat.
  4. Ayat ini adalah penutup yang menyejukkan setelah ayat-ayat sebelumnya memberi peringatan keras agar tidak mengikuti mayoritas yang sesat.
  5. Kita diperintahkan untuk tetap berpegang pada petunjuk wahyu, dan menyerahkan urusan hidayah kepada Allah.

Kalau kamu sedang menyusun materi kajian, bahan ajar, atau ceramah dari rangkaian ayat 114–117, saya bisa bantu rangkumkan jadi satu paket yang runtut. Mau saya bantu buatkan?

Tafsir: Al An'am 115 ok

 

Berikut adalah Surah Al-An’am (6) ayat 115 secara lengkap beserta terjemah dan tafsirnya secara detail:


Surah Al-An’am (6) Ayat 115

Arab:

وَتَمَّتْ كَلِمَتُ رَبِّكَ صِدْقًۭا وَعَدْلًۭا ۚ لَا مُبَدِّلَ لِكَلِمَـٰتِهِۦ ۚ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ

Latin:

Wa tammat kalimatu rabbika ṣidqan wa ‘adlan, lā mubaddila likalimātih, wa huwa as-samī‘ul-‘alīm.

Terjemah (Kemenag RI):

"Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Qur'an), sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat mengubah kalimat-kalimat-Nya dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."


Tafsir Ayat 115 secara Mendalam:

1. “Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu…”

  • Maksud dari kalimat Tuhanmu di sini adalah wahyu Allah, terutama Al-Qur’an.
  • Kata "tammat" menunjukkan bahwa wahyu Allah telah sempurna, tidak ada kekurangan, tidak butuh tambahan atau revisi.

2. “…sebagai kalimat yang benar dan adil”

  • Benar (ṣidqan): tidak ada kebatilan di dalamnya, semuanya haq, tidak bertentangan dengan akal sehat dan fitrah.
  • Adil (ʿadlan): semua hukum-Nya adil dan seimbang, tidak zalim, tidak berat sebelah, cocok bagi semua manusia.

3. “Tidak ada yang dapat mengubah kalimat-kalimat-Nya”

  • Allah menegaskan bahwa wahyu-Nya terjaga, tidak ada seorang pun yang bisa mengganti, menambah, atau mengurangi isinya.
  • Ini termasuk jaminan kemurnian Al-Qur’an sampai akhir zaman, berbeda dengan kitab sebelumnya yang telah mengalami perubahan.

4. “Dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”

  • Allah mendengar semua perkataan manusia, termasuk yang hendak mengubah agama-Nya, atau yang meragukan-Nya.
  • Dia juga mengetahui isi hati, niat, dan tipu daya mereka.
  • Ini menjadi peringatan bagi siapa pun yang mencoba menyimpangkan agama Allah.

Pelajaran dan Pesan dari Ayat Ini:

  1. Al-Qur’an telah sempurna dan tidak butuh campur tangan manusia.
  2. Kebenaran dan keadilan adalah inti dari seluruh isi wahyu Allah.
  3. Kemurnian Al-Qur’an dijamin oleh Allah sendiri — tak seorang pun bisa memalsukannya.
  4. Allah mengetahui setiap usaha manusia, maka ikuti kebenaran, jangan menentangnya.
  5. Ayat ini memberikan keteguhan hati kepada Nabi Muhammad saw. dan umat Islam, agar yakin sepenuhnya kepada Al-Qur’an meski ada penentang.

Kalau kamu butuh ringkasan kajian atau bahan ajar dari ayat ini (misalnya untuk ceramah, kajian tafsir, atau RPP), tinggal bilang ya. Mau dilanjutkan ke ayat 117 juga?

Tafsir:Al An'am 114 ok

 

Berikut adalah Surah Al-An'am (6) ayat 114 secara detail beserta terjemah dan tafsir lengkapnya:


Surah Al-An’am (6) Ayat 114

Arab:

أَفَغَيْرَ ٱللَّهِ أَبْتَغِى حَكَمًۭا وَهُوَ ٱلَّذِىٓ أَنزَلَ إِلَيْكُمُ ٱلْكِتَـٰبَ مُفَصَّلًۭا ۚ وَٱلَّذِينَ ءَاتَيْنَـٰهُمُ ٱلْكِتَـٰبَ يَعْلَمُونَ أَنَّهُۥ مُنَزَّلٌۭ مِّن رَّبِّكَ بِٱلْحَقِّ ۖ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ ٱلْمُمْتَرِينَ

Latin:

Afa-ghairallāhi abtaghī ḥakaman wa huwa allażī anzala ilaikumul-kitāba mufashshalan, wallażīna ātaināhumul-kitāba ya‘lamūna annahụ munazzalum mir rabbika bil-ḥaqq, fa-lā takụnanna minal-mumtarīn

Terjemah (Kemenag RI):

"Apakah (patut) aku mencari hakim selain Allah, padahal Dialah yang telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu secara terperinci? Orang-orang yang telah Kami beri Kitab (Taurat dan Injil) mengetahui bahwa Al-Qur'an itu benar-benar diturunkan dari Tuhanmu dengan benar. Maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu."


Tafsir Ayat secara Mendalam:

1. “Apakah (patut) aku mencari hakim selain Allah…”

  • Ini adalah pertanyaan retoris sebagai penegasan tegas dari Nabi Muhammad.
  • Maknanya: "Bagaimana mungkin aku mencari hukum atau keputusan dari selain Allah, sementara Dia adalah satu-satunya yang berhak membuat hukum?"
  • Ini menolak berhukum kepada selain Allah, seperti adat jahiliah, hawa nafsu, atau aturan buatan manusia yang menyelisihi wahyu.

2. “…padahal Dialah yang telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu secara terperinci”

  • Al-Qur’an diturunkan dengan keterangan yang jelas, penuh hikmah dan hukum, mencakup pokok-pokok aqidah, syariah, dan akhlak.
  • Ini menunjukkan kesempurnaan Al-Qur’an sebagai rujukan utama.

3. “Orang-orang yang telah Kami beri Kitab (sebelumnya)… mengetahui bahwa Al-Qur'an itu benar-benar dari Tuhanmu dengan kebenaran”

  • Maksudnya adalah para ulama Yahudi dan Nasrani yang jujur, seperti Abdullah bin Salam, tahu bahwa Al-Qur’an adalah wahyu yang sesuai dengan kabar yang mereka temukan dalam Taurat dan Injil.
  • Ini menjadi bukti eksternal bahwa Al-Qur’an datang dari Tuhan, bukan buatan manusia.

4. “Maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang ragu-ragu”

  • Allah menguatkan hati Nabi Muhammad saw., dan juga umatnya: jangan sekali-kali ragu tentang Al-Qur’an.
  • Ini adalah perintah untuk istiqamah dan yakin penuh bahwa syariat Allah adalah kebenaran mutlak.

Pesan dan Pelajaran dari Ayat Ini:

  1. Hanya Allah satu-satunya Hakim yang sah, baik dalam urusan agama maupun kehidupan.
  2. Al-Qur’an adalah pedoman sempurna, yang tidak memerlukan tambahan dari sumber lain yang bertentangan.
  3. Keyakinan terhadap Al-Qur’an harus teguh, tidak terpengaruh keraguan atau opini luar.
  4. Orang-orang ahli kitab yang jujur pun mengakui kebenaran Al-Qur’an.
  5. Syariat Allah lebih tinggi daripada hukum buatan manusia, jika bertentangan, maka hukum Allah-lah yang diikuti.

Kalau ingin saya bantu buatkan bahan kultum, ringkasan kajian, atau power point dari ayat ini, tinggal bilang saja.

Tafsir: Al An'am 116 ok

 

Berikut adalah surah Al-An'am ayat 116 beserta terjemah dan tafsirnya secara detail:


Surah Al-An’am (6) Ayat 116

Arab:

وَإِن تُطِعْ أَكْثَرَ مَن فِي ٱلْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ ۚ إِن يَتَّبِعُونَ إِلَّا ٱلظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلَّا يَخْرُصُونَ

Latin:

wa in tuṭiʿ aktsara man fil-arḍi yuḍillụka 'an sabīlillāh, in yattabi'ụna illaz-zhanna wa in hum illā yakhrushụn

Terjemah (Kemenag RI):

“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka hanyalah membuat kebohongan.”


Tafsir Ringkas dan Mendalam (berdasarkan Tafsir al-Muyassar, Ibnu Katsir, dan Tafsir Kemenag RI):

  1. "Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang di muka bumi ini..."

    • Ini adalah peringatan kepada Nabi Muhammad saw., dan juga umatnya, agar tidak mengikuti mayoritas manusia jika mayoritas itu berada dalam kesesatan.
    • Mayoritas tidak selalu benar dalam pandangan agama, karena kebenaran tidak diukur dengan jumlah, tetapi dengan dalil dan petunjuk wahyu.
  2. "niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah"

    • Jalan Allah adalah agama yang benar, yaitu tauhid, syariat, dan akhlak yang benar.
    • Orang-orang yang mengikuti hawa nafsu, syirik, bid’ah, atau mendahulukan logika semata tanpa petunjuk wahyu akan membawa pada kesesatan.
  3. "Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka..."

    • Ini menunjukkan bahwa dasar perbuatan dan keyakinan mereka bukan ilmu yang benar, tetapi hanya dugaan, warisan nenek moyang, adat, atau pikiran yang lemah.
    • Dalam Islam, keyakinan tidak boleh didasari prasangka, harus berdasar ilmu (dalil).
  4. "dan mereka hanyalah membuat kebohongan"

    • Banyak dari mereka mengada-ada tentang Allah, agama, dan kebenaran.
    • Mereka mengatakan sesuatu tanpa ilmu, atau membuat ajaran palsu, menisbatkan kebatilan kepada Allah, dan menyebarkan kebohongan kepada manusia.

Pelajaran Penting dari Ayat Ini:

  • Kebenaran bukan soal kuantitas, tapi berdasarkan wahyu dari Allah.
  • Jangan mudah terpengaruh opini publik atau mayoritas jika bertentangan dengan syariat.
  • Hati-hati terhadap persangkaan dan kebohongan dalam urusan agama.
  • Islam mengajarkan untuk berilmu sebelum beramal, bukan hanya mengikuti arus.

Mau saya bantu buatkan poin-poin kajian atau bahan ceramah dari ayat ini juga?