Cari Blog Ini

Minggu, 07 Maret 2021

ALLAH PENGGENGGAM HATI & PENGABUL DOA ๐Ÿ•‹*

 ๐ŸŒท ๐Ÿ”ฎ  ๐Ÿ“š๐ŸŒน๐Ÿ“š  ๐Ÿ”ฎ ๐ŸŒท                Asalamualaikum warohmatulloh wabarokatuuh...


*๐Ÿ•Œ  

Saudaraku, 

Maha Suci Allah yang telah menciptakan satu hati dalam rongga dada manusia, dan cukuplah untuk dikatakan seseorang itu berdusta jika mengatakan bahwa dia mempunyai dua hati dalam rongga dadanya. Allah Azza wa Jalla hanya menciptakan satu hati saja untuk setiap manusia, dan terkumpul di dalamnya rasa bahagia dan rasa sedih. Dua hal yang akan selalu menyertai manusia di dunia dan hingga ujung kehidupan di akhirat kelak...


Ketika kebahagiaan itu datang, hati itu akan menari bersama bibir yang akan selalu menyungginggkan senyum, namun ketika hati itu bersedih, tentu hanya kepada Penggenggam hati tempat untuk mengadu...


Saudaraku,

Allah Azza ฦฐa Jalla melarang kita bersedih,


 ูˆَู„َุง ุชَู‡ِู†ُูˆุง ูˆَู„َุง ุชَุญْุฒَู†ُูˆุง ูˆَุฃَู†ْุชُู…ُ ุงู„ْุฃَุนْู„َูˆْู†َ ุฅِู†ْ ูƒُู†ْุชُู…ْ ู…ُุคْู…ِู†ِูŠู†َ


“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya) jika kamu orang-orang yang beriman.” 


(QS. ‘Ali ‘Imran: 139)


Dalam ayat tersebut, Allah Azza wa Jalla melarang hamba-hamba-Nya yang beriman untuk bersikap lemah dan bersedih hati ketika tertimpa musibah dan ketika diuji dengan sebuah ujian...


Sesungguhnya kesedihan di dalam hati dan lemahnya badan hanyalah akan menambah musibah dalam jiwa dan merupakan senjata ampuh bagi musuh-musuh orang Mukmin, dan sebaliknya menguatnya hati dan kesabarannya untuk menolak kesedihan itu adalah kekuatan untuk menghancurkan musuh...


Tidak seharusnya seorang muslim itu bersikap lemah dan bersedih hati, karena mereka adalah orang-orang yang paling tinggi keimanannya dan harapan mereka terhadap balasan dari Allah sangat besar. Maka tidak sepantasnya seorang mu’min yang mengharapkan balasan akhirat dan juga dunia yang telah dijanjikan oleh Allah, untuk bersedih dan lemah. 


(Taisiru Karimir-Rahman)


Saudaraku,

Bukanlah kita tidak boleh bersedih hati atas sesuatu yang telah digariskan-Nya kepada kita, merasa kecewa dan tersakiti, bahkan hal itu adalah sesuatu yang telah ditetapkan oleh Allah Azza wa Jalla...


Dalam sebuah potongan hadits, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,


ุซู… ูŠุฑุณู„ ุฅู„ูŠู‡ ุงู„ู…ู„ูƒ ููŠู†ูุฎ ููŠู‡ ุงู„ุฑูˆุญ، ูˆูŠุคู…ุฑ ุจุฃุฑุจุน ูƒู„ู…ุงุช: ุจูƒุชุจ ุฑุฒู‚ู‡، ูˆุฃุฌู„ู‡، ูˆุนู…ู„ู‡، ูˆุดู‚ูŠ ุฃู… ุณุนูŠุฏ


“...Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh dan dia diperintahkan untuk menetapkan empat perkara: menetapkan rizkinya, ajalnya, amalnya dan kecelakaan dan kebahagiaannya...”


Bukan berarti seorang hamba itu dipaksa untuk menjalani takdir ini, tetapi hal itu menunjukkan bahwa keilmuan Allah Azza wa Jalla itu mencakup segalanya, termasuk kebahagiaan dan kesedihan seorang hamba. Semuanya telah diketahui oleh Allah Azza wa Jalla, dan Allah Azza wa Jalla tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya yang bertaqwa... 


(Syarah hadits ar Ba’in)


ูˆَุฃَู†َّู‡ُ ู‡ُูˆَ ุฃَุถْุญَูƒَ ูˆَุฃَุจْูƒَู‰ ูˆَุฃَู†َّู‡ُ ู‡ُูˆَ ุฃَู…َุงุชَ ูˆَุฃَุญْูŠَุง


“Bahwasanya Dia-lah yang menjadikan orang tertawa dan menangis, dan bahwasanya Dia-lah yang mematikan dan menghidupkan.” 


(QS. An-Najm: 40-44)

 

Syaikh Sa’di menjelaskan ayat tersebut dalam tafsir Karimir Rahman, bahwa Allah Azza wa Jalla lah yang menjadikan sebab seseorang itu tertawa dan juga menangis, yaitu kebaikan dan keburukan, kebahagiaan dan kesedihan serta kegalauan dan kesedihan. Dan Allah Azza wa Jalla mempunyai hikmah yang sempurna di dalamnya...


Saudaraku,

Bersabarlah…

Jika kita tidak pernah merasa sedih, kita tidak akan pernah merasakan nikmatnya kebahagiaan, jika kita tidak pernah merasa kecewa dengan sesuatu kita tidak akan pernah bisa bersyukur dengan sepenuhnya ketika kita bisa meraih impian kita. Jika kita tidak pernah merasa tersakiti, kita tidak akan pernah merasa betapa amat sangat butuhnya kita kepada Penggenggam hati para manusia yang menciptakan segala sesuatu itu tentu mengandung hikmah yang sangat besar. Tidaklah Allah Azza wa Jalla itu menciptakan kebahagiaan kecuali ada kesedihan yang menjadi lawannya, sebagaimana Allah Azza wa Jalla menciptakan arah timur dan barat dengan bukan tanpa hikmah apapun...


Jadikanlah semua itu sebagai cambuk hati untuk lebih mendekatkan diri kepada Rabb yang hati kita itu berada di antara jari-jemari-Nya. Tetap bersabar dengan kesabaran yang indah dalam setiap perkara yang dihadapi, karena Allah Azza wa Jalla tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya yang bersabar dan akan memberikan balasan yang manis atas kesabarannya...


Sebagaimana dalam firman-Nya,


ู‚ُู„ْ ูŠَุง ุนِุจَุงุฏِ ุงู„َّุฐِูŠู†َ ุขู…َู†ُูˆุง ุงุชَّู‚ُูˆุง ุฑَุจَّูƒُู…ْ ู„ِู„َّุฐِูŠู†َ ุฃَุญْุณَู†ُูˆุง ูِูŠ ู‡َุฐِู‡ِ ุงู„ุฏُّู†ْูŠَุง ุญَุณَู†َุฉٌ ูˆَุฃَุฑْุถُ ุงู„ู„َّู‡ِ ูˆَุงุณِุนَุฉٌ ุฅِู†َّู…َุง ูŠُูˆَูَّู‰ ุงู„ุตَّุงุจِุฑُูˆู†َ ุฃَุฌْุฑَู‡ُู…ْ ุจِุบَูŠْุฑِ ุญِุณَุงุจ


“Katakanlah, ‘Wahai hamba-hambaKu yang beriman, bertakwalah kepada Rabb-mu’. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Bumi Allah itu luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” 


(QS. Az-Zumฤr: 10)


Syaikh As Sa’di mengatakan, bahwa ini berlaku umum untuk semua jenis kesabaran. Kesabaran atas taqdir Allah Azza wa Jalla sehingga tidak marah dengan apa yang terjadi. Kesabaran atas maksiat dengan tidak melakukannya dan kesabaran dalam ketaatan kepada-Nya dengan menunaikannya...


Allah Azza wa Jalla menjanjikan (dan janji Allah Azza wa Jalla itu akan teringati) kepada orang-orang yang sabar dengan balasan yang tiada batas, artinya tidak ada batasan dan ukuran. Hal tersebut dikarenakan keutamaan dan kedudukan sifat sabar di sisi Allah Azza wa Jalla dan hal itu selalu ada dalam setiap perkara...


(Tafsir Kariimir Rahman).


Saudaraku,

Ketika kira bersedih dan merasa putus asa, ingatlah kembali kepada cita-cita yang mungkin sedikit terlupakan dari ingatan kita, cita-cita yang mungkin telah kita tulis dalam catatan harian kita, cita-cita yang selalu kita sebutkan dalam doa kita. Ketika merasa kenapa Allah Azza wa Jalla tidak mengabulkan doa yang telah kita panjatkan, ingatlah mungkin Allah Azza wa Jalla telah mengabulkan doa kita yang lain yang telah lebih dulu kita panjatkan, karena Dia adalah Maha Pengabul doa...


Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu‘anhu meriwayatkan sebuah hadits mengenai doa yang indah yang berasal dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, ‘Tidaklah seorang hamba tertimpa kesedihan dan kegundahan kemudian berdoa,


ุงู„ู„َّู‡ู…َّ ุฅู†ِّูŠ ุนุจุฏُูƒَ ، ูˆุงุจู†ُ ุนุจุฏِูƒَ ، ูˆุงุจู†ُ ุฃู…ุชِูƒَ ، ู†ุงุตِูŠุชูŠ ุจูŠุฏِูƒَ ، ู…ุงุถٍ ููŠَّ ุญُูƒู…ُูƒَ ، ุนุฏู„ٌ ููŠَّ ู‚ุถุงุคُูƒَ ، ุฃุณุฃู„ُูƒَ ุจِูƒُู„ِّ ุงุณู…ٍ ู‡ูˆَ ู„َูƒَ ، ุณู…َّูŠุชَ ุจู‡ِ ู†ูุณَูƒَ ، ุฃูˆ ุฃู†ุฒู„ุชَู‡ُ ููŠ ูƒุชุงุจِูƒَ ، ุฃูˆ ุนู„َّู…ุชَู‡ُ ุฃุญุฏًุง ู…ِู† ุฎู„ู‚ِูƒَ ، ุฃูˆِ ุงุณุชุฃุซَุฑุชَ ุจู‡ِ ููŠ ุนِู„ู…ِ ุงู„ุบَูŠุจِ ุนู†ุฏَูƒَ ، ุฃู† ุชَุฌุนู„َ ุงู„ู‚ุฑุขู†َ ุฑุจูŠุนَ ู‚َู„ุจูŠ ، ูˆู†ูˆุฑَ ุตَุฏุฑูŠ ، ูˆุฌู„ุงุกَ ุญُุฒْู†ูŠ ، ูˆุฐَู‡ุงุจَ ู‡َู…ِّูŠ


“Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak hamba laki-laki-Mu, dan anak hamba perempuan-Mu. Ubun-ubunku berada di tangan-Mu. Hukum-Mu berlaku pada diriku. Ketetapan-Mu adil atas diriku. Aku memohon kepada-Mu dengan segala nama yang menjadi milik-Mu, yang Engkau namakan diri-Mu dengannya, atau Engkau turunkan dalam Kitab-Mu, atau yang Engkau ajarkan kepada seorang dari makhluk-Mu, atau yang Engkau rahasiakan dalam ilmu ghaib yang ada di sisi-Mu, agar Engkau jadikan Al-Qur’an sebagai penyejuk hatiku, cahaya bagi dadaku dan pelipur kesedihanku serta pelenyap bagi kegelisahanku.”


Maka Allah akan hilangkan kegundahan dan kesedihannya serta menggantikannya dengan kebahagiaan’. 


(HR. Ahmad I/391 dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)


Dalam do’a di atas, disebutkan ‘…agar Engkau jadikan Al-Qur’an sebagai musim semi (penyejuk) hatiku, cahaya bagi dadaku dan pelipur kesedihanku serta pelenyap bagi kegelisahanku.’


Maksudnya adalah agar Allah Azza wa Jalla menjadikan Al-Qur'an itu kebahagiaan dalam hati dan menjadikannya musim semi baginya. Karena manusia itu hatinya akan merasa senang, nyaman dan cenderung menyukai musim semi sehingga keluar dari kegundahan dan kegelisahan dan memperoleh semangat, keceriaan dan kebahagiaan. Dan juga menjadikan Al-Qur’an itu pelapang dada dikarenakan ketika hati kita lapang, maka hati kita akan bercahaya. Dengan dua hal tersebut maka terangkatlah kesedihan dan hilanglah keresahan.


(Hisnul Muslim, 211)


Saudaraku,

Bukankah musim semi itu tiba setelah musim hujan? Bukankah purnama itu mempesona dengan gulitanya malam? Maka bangkitlah, hiburlah hati dengan Al-Qur’an dan tambatkanlah hati ke Dzat yang tidak akan pernah rapuh dan menyia-nyiakan harapan. Bersabarlah karena musim semi akan segera tiba...


_Rabbi ij’al Al-Qur'ana rabii’a quluubinaa wa nuura suduurinaa wa jalaa-a ahzaaninaa wa dzahaaba humuuminaa wa as aluka al Firdaus al a’laa_


Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa menambatkan hati kepada Allah Azza wa Jalla, Dzat Penggegam hati dan Pengabul doa untuk meraih ridha-Nya...

Aamiin Ya Rabb.


*Wallahua'lam bishawab*.                                           Wasalamualaikum warohmatulloh wabarokatuuh...                                                             *๐Ÿ’ŠKholwath herman๐Ÿ“ฟ*                                                                              ๐ŸŒท ๐Ÿ”ฎ  ๐Ÿ“š๐ŸŒน๐Ÿ“š ๐Ÿ”ฎ ๐ŸŒท

Tidak ada komentar:

Posting Komentar