Cari Blog Ini

Selasa, 28 Juni 2022

Al-Anam 108 ibnu Katsir

 وَلَا تَسُبُّوا الَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ كَذَلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ أُمَّةٍ عَمَلَهُمْ ثُمَّ إِلَى رَبِّهِمْ مَرْجِعُهُمْ فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (108)

http://www.ibnukatsironline.com/2015/05/tafsir-surat-al-anam-ayat-108.html?m=1

فَيَسُبُّوا اللَّهَ عَدْوًا بِغَيْرِ عِلْمٍ}

karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. (Al-An'am: 108)
Abdur Razzaq telah meriwayatkan dari Ma'mar, dari Qatadah, bahwa dahulu orang-orang muslim sering mencaci maki berhala-berhala orang-orang kafir, maka orang-orang kafir balas mencaci maki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan. Oleh sebab itu, turunlah ayat ini.

كَذَلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ أُمَّةٍ عَمَلَهُمْ}

Demikianlah Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. (Al-An'am: 108)
Yakni sebagaimana Kami hiaskan kepada mereka cinta kepada berhala-berhalanya, membelanya, dan menolongnya, maka Kami hiaskan pula kepada setiap umat dari kalangan umat terdahulu yang sesat menyukai amal perbuatan mereka. Hanya milik Allah-lah hujah yang kuat dan hikmah yang sempurna dalam menentukan apa yang dikehendaki dan apa yang dipilih-Nya.

{ثُمَّ إِلَى رَبِّهِمْ مَرْجِعُهُمْ}

Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali mereka. (Al-An'am: 108)
Maksudnya, kepulangan dan pengembalian mereka.

{فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ}

lalu Dia memberikan kepada mereka apa yang dahulu mereka kerjakan. (Al-An'am: 108)
Yakni Dia akan membalas mereka sesuai dengan amal perbuatan mereka. Jika amal perbuatan mereka baik, maka balasannya baik; dan jika amal perbuatan mereka buruk, maka balasannya buruk pula.

Tafsir Jalalayn :

Dan janganlah kamu memaki sesembahan-sesembahan yang mereka puja) yaitu berhala-berhala (selain Allah) yaitu berhala-berhala yang mereka sembah (karena mereka akan memaki Allah dengan melampaui batas) penuh dengan perasaan permusuhan dan kelaliman (tanpa pengetahuan) karena mereka tidak mengerti tentang Allah (Demikianlah) sebagaimana yang telah Kami jadikan sebagai perhiasan pada diri mereka yaitu amal perbuatan mereka (Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka) berupa pekerjaan yang baik dan pekerjaan yang buruk yang biasa mereka lakukan. (Kemudian kepada Tuhanlah mereka kembali) di akhirat kelak (lalu Dia memberikan kepada mereka apa yang dahulu mereka lakukan) kemudian Dia memberikan balasannya kepada mereka.

Tafsir Quraish Shihab:

Janganlah kalian, wahai orang-orang Mukmin, mencela patung-patung yang disembah oleh orang-orang musyrik selain Allah. Hal itu akan membuat mereka marah lantaran perbuatan kalian, dengan berbalik mencela Allah akibat sikap melampaui batas dan kedunguan mereka. Seperti apa yang Kami hiasi mereka dengan rasa cinta terhadap patung-patungnya, masing-masing umat juga Kami hiasi dengan pekerjaannya sesuai kesiapannya. Kemudian, semuanya hanya akan kembali kepada Allah di hari kiamat. Dia akan memberitahu mereka hasil perbuatannya dan akan memberikan balasannya.


Senin, 27 Juni 2022

Al-Anam 106-107 ibnu Katsir

 اتَّبِعْ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ (106) وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا أَشْرَكُوا وَمَا جَعَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا وَمَا أَنْتَ عَلَيْهِمْ بِوَكِيلٍ (107)

http://www.ibnukatsironline.com/2015/05/tafsir-surat-al-anam-ayat-106-107.html?m=1

اتَّبِعْ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ}

Ikutilah apa yang telah diwahyukan kepadamu dari Tuhanmu. (Al-An'am: 106)
Yakni ikutilah, telusurilah jejaknya, dan amalkanlah, karena sesungguhnya apa yang telah diwahyukan kepadamu dari Tuhanmu adalah benar belaka; tiada keraguan padanya, karena sesungguhnya Allah itu tidak ada Tuhan selain Dia.

{وَأَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِينَ}

dan berpalinglah dari orang-orang musyrik. (Al-An'am: 106)
Maksudnya, biarkanlah mereka dan maafkanlah mereka, serta bersabarlah dalam menghadapi gangguan mereka hingga Allah membukakan jalan kepadamu, memberimu pertolongan dan kemenangan atas mereka. Dan perlu engkau ketahui bahwa karena hikmah yang hanya diketahui oleh Allah saja, Dia menyesatkan mereka; karena sesungguhnya seandainya Dia menghendaki, niscaya Dia dapat memberikan petunjuk kepada semua orang; dan seandainya Dia menghendaki, niscaya Dia dapat menghimpun mereka ke jalan hidayah.

Tafsir Jalalayn:

Ikutilah apa yang telah diwahyukan kepadamu dari Tuhanmu) yakni Alquran (tidak ada tuhan selain Dia dan berpalinglah dari orang-orang musyrik.). 

Tafsir Quraish Shihab :

Ikutilah, wahai Nabi, wahyu yang diturunkan kepadamu oleh Allah, Pemilik dan Pengatur segala urusanmu. Hanya Dialah satu-satunya Tuhan yang pantas ditaati dan dipatuhi. Jangan hiraukan sikap keras- kepala orang-orang musyrik.

وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا أَشْرَكُوا}

Dan kalau Allah menghendaki, niscaya mereka tidak mempersekutukan-(Nya). (Al-An'am: 107)
Bahkan milik-Nyalah semua kehendak dan hikmah sesuai dengan apa yang dikehendaki-Nya dan yang dipilih-Nya; Dia tidak ada yang mempertanyakan apa yang diperbuat-Nya, tetapi mereka pasti dimintai pertanggungjawabannya.
Firman Allah Swt.:

{وَمَا جَعَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا}

Dan Kami tidak menjadikan kamu pemelihara bagi mereka. (Al-An'am: 107)
Artinya, pemelihara yang menjaga ucapan dan perbuatan mereka.

{وَمَا أَنْتَ عَلَيْهِمْ بِوَكِيلٍ}

dan kamu sekali-kali bukanlah pemelihara bagi mereka. (Al-An'am: 107)
Yakni sebagai orang yang diserahi tugas untuk memelihara rezeki dan urusan mereka, seperti yang disebutkan dalam firman-firman lainnya, yaitu:

{إِنْ عَلَيْكَ إِلا الْبَلاغُ}

Kewajibanmu tidak lain hanyalah menyampaikan (risalah). (Asy-Syura: 48)

{فَذَكِّرْ إِنَّمَا أَنْتَ مُذَكِّرٌ * لَسْتَ عَلَيْهِمْ بِمُسَيْطِرٍ}

Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka. (Al-Gasyiyah: 21-22)

{فَإِنَّمَا عَلَيْكَ الْبَلاغُ وَعَلَيْنَا الْحِسَابُ}

karena sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan saja, sedangkan Kamilah yang menghisab amalan mereka. (Ar-Ra'd: 40)

Tafsir Jalalayn:

Dan jika Allah menghendaki niscaya mereka tidak mempersekutukan-Nya. Dan Kami tidak menjadikan kamu pemelihara bagi mereka) sebagai pengawas yang oleh sebabnya engkau membalas mereka atas amal-amal yang mereka lakukan (dan kamu sekali-kali bukanlah pemelihara bagi mereka) yang oleh sebabnya engkau memaksa mereka untuk beriman. Ayat ini diturunkan sebelum adanya perintah untuk berperang.

Tafsir Quraish Shihab:

Kalau Allah berkehendak agar mereka hanya menyembah kepada-Nya, Dia pasti memaksa mereka untuk itu dengan kekuatan dan kekuasaan-Nya. Tetapi Dia membiarkan mereka untuk memilih. Kami tidak menjadikan kamu sebagai pengawas perbuatan mereka. Engkau tidak dibebani untuk mewakili mereka mengurus dan mengadakan perbaikan atas perkara mereka.

https://tafsirq.com/6-al-anam/ayat-107#tafsir-quraish-shihab

Selasa, 21 Juni 2022

Al-Anam 104-105 ibnu Katsir

قَدْ جَاءَكُمْ بَصَائِرُ مِنْ رَبِّكُمْ فَمَنْ أَبْصَرَ فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ عَمِيَ فَعَلَيْهَا وَمَا أَنَا عَلَيْكُمْ بِحَفِيظٍ (104) وَكَذَلِكَ نُصَرِّفُ الْآيَاتِ وَلِيَقُولُوا دَرَسْتَ وَلِنُبَيِّنَهُ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ (105)

http://www.ibnukatsironline.com/2015/05/tafsir-surat-al-anam-ayat-104-105.html?m=1

 فَمَنْ أَبْصَرَ فَلِنَفْسِهِ}

maka barang siapa melihat (kebenaran itu), maka (manfaatnya) bagi dirinya sendiri (Al-An'am: 104)
Ayat tersebut semakna dengan ayat lain, yaitu:
{مَنِ اهْتَدَى فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهِ وَمَنْ ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا}
Barang siapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barang siapa yang sesat, maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. (Al-Isra: 15)
Karena itulah dalam surat ini disebutkan:
{وَمَنْ عَمِيَ فَعَلَيْهَا}
dan barang siapa buta (tidak melihat kebenaran itu), maka kemudaratannya kembali kepadanya. (Al-An'am: 104)
Setelah disebutkan basair, yakni bukti-bukti dan hujah-hujah, lalu disebutkan:
{وَمَنْ عَمِيَ فَعَلَيْهَا}
dan barang siapa buta (tidak melihat kebenaran itu), maka kemudaratannya kembali kepadanya. (Al-An'am: 104)
Artinya, sesungguhnya akibat buruknya akan menimpa dirinya sendiri; sama halnya dengan yang disebutkan di dalam firman lain:
{فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الأبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ}
Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada. (Al-Hajj: 46)
****
Adapun firman Allah Swt.:
{وَمَا أَنَا عَلَيْكُمْ بِحَفِيظٍ}
Dan aku (Muhammad) sekali-kali bukanlah pemelihara (kalian). (Al-An'am: 104)
Yakni bukan sebagai pemelihara, bukan pula sebagai pengawas, melainkan semata-mata sebagai penyampai; dan Allah menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya dan menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya.


Tafsir Jalalayn:
Katakanlah olehmu hai Muhammad kepada mereka (Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti-bukti) hujah-hujah (dari Tuhanmu; maka siapa melihat) bukti-bukti kebenaran itu, lalu ia mau beriman kepadanya (maka manfaatnya bagi dirinya sendiri) sebab pahalanya dia sendirilah yang merasakannya sebagai imbalan dari maunya dia melihat bukti-bukti itu (dan siapa buta) tidak mau melihat kebenaran itu sehingga ia menjadi sesat (maka kemudaratannya kembali kepada dirinya) yakni malapetaka dari kesesatannya itu. (Dan aku, Muhammad, sekali-kali bukanlah pemeliharamu) yang selalu mengawasi amal perbuatanmu karena sesungguhnya aku ini hanyalah seorang pemberi peringatan.

Tafsir Quraish Shihab:
Katakan, wahai Muhammad, kepada umat manusia, "Alasan-alasan dan keterangan-keterangan yang jelas dalam al-Qur'ân dari Tuhan Pencipta dan Penguasa urusan kalian, telah datang membawa sinar kebenaran. Barangsiapa menerima dan mengambil manfaat dari keterangan-keterangan itu, maka manfaatnya akan kembali kepada dirinya sendiri. Aku tidak diutus untuk menjaga kalian! Aku hanya seorang rasul pembawa pesan-pesan Tuhan kepadamu."

****
Firman Allah Swt.:
{وَكَذَلِكَ نُصَرِّفُ الآيَاتِ}
Demikianlah Kami mengulang-ulangi ayat-ayat Kami. (Al-An'am: 105)
Yaitu sebagaimana Kami rincikan bukti-bukti itu dalam surat ini yang menerangkan tentang keesaan, dan bahwa Allah itu tidak ada Tuhan selain Dia, maka demikian pula Kami jelaskan semua ayat; Kami tafsirkan dan Kami terangkan pada tiap-tiap tempatnya, mengingat ketidaktahuan orang-orang yang bodoh. 
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ هَذَا إِلا إِفْكٌ افْتَرَاهُ وَأَعَانَهُ عَلَيْهِ قَوْمٌ آخَرُونَ فَقَدْ جَاءُوا ظُلْمًا وَزُورًا. وَقَالُوا أَسَاطِيرُ الأوَّلِينَ اكْتَتَبَهَا}
Dan orang-orang kafir berkata, "Al-Qur’an ini tidak lain hanyalah kebohongan yang diada-adakan oleh Muhammad, dan dia dibantu oleh kaum yang lain "; maka sesungguhnya mereka telah berbuat suatu kezaliman dan dusta yang besar. Dan mereka berkata, "Dongengan-dongengan orang-orang dahulu, dimintanya supaya dituliskan.” (Al-Furqan: 4-5), hingga akhir ayat.
Allah Swt. telah berfirman pula, menceritakan tentang dugaan dan kedustaan mereka:
{إِنَّهُ فَكَّرَ وَقَدَّرَ. فَقُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَ. ثُمَّ قُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَ. ثُمَّ نَظَرَ. ثُمَّ عَبَسَ وَبَسَرَ. ثُمَّ أَدْبَرَ وَاسْتَكْبَرَ. فَقَالَ إِنْ هَذَا إِلا سِحْرٌ يُؤْثَرُ. إِنْ هَذَا إِلا قَوْلُ الْبَشَرِ}
Sesungguhnya dia telah memikirkan dan menetapkan (apa yang ditetapkan), maka celakalah dia! Bagaimanakah dia menetapkan? Kemudian celakalah dia! Bagaimanakah dia menetapkan? Kemudian dia memikirkan, sesudah itu dia bermasam muka dan merengut; kemudian dia berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri, lalu dia berkata, "(Al-Qur'an) ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang dahulu), ini tidak lain hanyalah perkataan manusia.” (Al-Muddassir: 18-25)
Adapun firman Allah Swt.:
{وَلِنُبَيِّنَهُ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ}
dan supaya Kami menjelaskan Al-Qur’an itu kepada orang-orang yang mengetahui. (Al-An'am: 105)
Artinya, agar Kami menerangkan Al-Qur'an itu kepada kaum yang mengetahui kebenaran, lalu mereka mengikutinya, dan Kami terangkan Al-Qur'an itu kepada mereka agar mereka mengetahui mana yang batil, lalu mereka menjauhinya. Hanya kebijaksanaan Allah-lah yang menetapkan kesesatan mereka, karena Dia telah menyampaikan penjelasan kepada mereka. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{يُضِلُّ بِهِ كَثِيرًا وَيَهْدِي بِهِ كَثِيرًا}
Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. (Al-Baqarah: 26), hingga akhir ayat.
Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat-ayat yang lain, yaitu:
{لِيَجْعَلَ مَا يُلْقِي الشَّيْطَانُ فِتْنَةً لِلَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ وَالْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمْ وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَفِي شِقَاقٍ بَعِيدٍ }
agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh setan itu, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan yang kasar hatinya. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu benar-benar dalam permusuhan yang sangat. (Al-Hajj: 53)
{وَمَا جَعَلْنَا أَصْحَابَ النَّارِ إِلا مَلائِكَةً وَمَا جَعَلْنَا عِدَّتَهُمْ إِلا فِتْنَةً لِلَّذِينَ كَفَرُوا لِيَسْتَيْقِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَيَزْدَادَ الَّذِينَ آمَنُوا إِيمَانًا وَلا يَرْتَابَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَالْمُؤْمِنُونَ وَلِيَقُولَ الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ وَالْكَافِرُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَذَا مَثَلا كَذَلِكَ يُضِلُّ اللَّهُ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَمَا يَعْلَمُ جُنُودَ رَبِّكَ إِلا هُوَ}
Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat; dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin, dan supaya orang-orang yang beriman bertambah imannya, dan supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab dan orang-orang mukmin itu tidak ragu-ragu, dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit, dan orang-oraiig kafir (mengatakan), "Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perum­pamaan?” Demikianlah Allah membiarkan sesat orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri. (Al-Muddassir: 31)
{وَنُنزلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ وَلا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلا خَسَارًا}
Dan Kami turunkan Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. (Al-Isra: 82)
{قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ وَالَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ فِي آذَانِهِمْ وَقْرٌ وَهُوَ عَلَيْهِمْ عَمًى أُولَئِكَ يُنَادَوْنَ مِنْ مَكَانٍ بَعِيدٍ}
Katakanlah, "Al-Qur’an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedangkan Al-Qur’an itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) orang-orang yang dipanggil dari tempat yang jauh.” (Fushshilat: 44)
Masih banyak lagi ayat-ayat lain yang menunjukkan bahwa Allah Swt. menurunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk buat orang-orang yang bertakwa. Dengan Al-Qur'an itu Dia menyesatkan orang-orang yang dikehendaki-Nya, dengan Al-Qur'an pula Dia memberi petunjuk kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya. Karena itulah dalam ayat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{وَكَذَلِكَ نُصَرِّفُ الآيَاتِ وَلِيَقُولُوا دَرَسْتَ وَلِنُبَيِّنَهُ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ}
Demikianlah Kami mengulang-ulangi ayat-ayat Kami supaya (orang-orang yang beriman mendapat petunjuk) dan supaya orang-orang yang musyrik mengatakan, "Kamu telah mempelajari ayat-ayat itu (dari Ahli Kitab), "dan supaya Kami menjelaskan Al-Qur'an itu kepada orang-orang yang mengetahui. (Al-An'am: 105)
Sebagian ulama ada yang membaca firman-Nya, "Darasta" dengan pengertian 'engkau baca dan engkau pelajari'; demikianlah menurut At-Tamimi, dari Ibnu Abbas. Hal yang sama telah dikatakan pula oleh Mujahid, As-Saddi, Ad-Dahhak, dan Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang.

وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ هَذَا إِلا إِفْكٌ افْتَرَاهُ وَأَعَانَهُ عَلَيْهِ قَوْمٌ آخَرُونَ فَقَدْ جَاءُوا ظُلْمًا وَزُورًا. وَقَالُوا أَسَاطِيرُ الأوَّلِينَ اكْتَتَبَهَا}
Dan orang-orang kafir berkata, "Al-Qur’an ini tidak lain hanyalah kebohongan yang diada-adakan oleh Muhammad, dan dia dibantu oleh kaum yang lain "; maka sesungguhnya mereka telah berbuat suatu kezaliman dan dusta yang besar. Dan mereka berkata, "Dongengan-dongengan orang-orang dahulu, dimintanya supaya dituliskan.” (Al-Furqan: 4-5), hingga akhir ayat.
Allah Swt. telah berfirman pula, menceritakan tentang dugaan dan kedustaan mereka:
{إِنَّهُ فَكَّرَ وَقَدَّرَ. فَقُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَ. ثُمَّ قُتِلَ كَيْفَ قَدَّرَ. ثُمَّ نَظَرَ. ثُمَّ عَبَسَ وَبَسَرَ. ثُمَّ أَدْبَرَ وَاسْتَكْبَرَ. فَقَالَ إِنْ هَذَا إِلا سِحْرٌ يُؤْثَرُ. إِنْ هَذَا إِلا قَوْلُ الْبَشَرِ}
Sesungguhnya dia telah memikirkan dan menetapkan (apa yang ditetapkan), maka celakalah dia! Bagaimanakah dia menetapkan? Kemudian celakalah dia! Bagaimanakah dia menetapkan? Kemudian dia memikirkan, sesudah itu dia bermasam muka dan merengut; kemudian dia berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri, lalu dia berkata, "(Al-Qur'an) ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang dahulu), ini tidak lain hanyalah perkataan manusia.” (Al-Muddassir: 18-25)
Adapun firman Allah Swt.:
{وَلِنُبَيِّنَهُ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ}
dan supaya Kami menjelaskan Al-Qur’an itu kepada orang-orang yang mengetahui. (Al-An'am: 105)
Artinya, agar Kami menerangkan Al-Qur'an itu kepada kaum yang mengetahui kebenaran, lalu mereka mengikutinya, dan Kami terangkan Al-Qur'an itu kepada mereka agar mereka mengetahui mana yang batil, lalu mereka menjauhinya. Hanya kebijaksanaan Allah-lah yang menetapkan kesesatan mereka, karena Dia telah menyampaikan penjelasan kepada mereka. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
{يُضِلُّ بِهِ كَثِيرًا وَيَهْدِي بِهِ كَثِيرًا}
Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. (Al-Baqarah: 26), hingga akhir ayat.
Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat-ayat yang lain, yaitu:
{لِيَجْعَلَ مَا يُلْقِي الشَّيْطَانُ فِتْنَةً لِلَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ وَالْقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمْ وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَفِي شِقَاقٍ بَعِيدٍ }
agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh setan itu, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan yang kasar hatinya. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu benar-benar dalam permusuhan yang sangat. (Al-Hajj: 53)
{وَمَا جَعَلْنَا أَصْحَابَ النَّارِ إِلا مَلائِكَةً وَمَا جَعَلْنَا عِدَّتَهُمْ إِلا فِتْنَةً لِلَّذِينَ كَفَرُوا لِيَسْتَيْقِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَيَزْدَادَ الَّذِينَ آمَنُوا إِيمَانًا وَلا يَرْتَابَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ وَالْمُؤْمِنُونَ وَلِيَقُولَ الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ وَالْكَافِرُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَذَا مَثَلا كَذَلِكَ يُضِلُّ اللَّهُ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ وَمَا يَعْلَمُ جُنُودَ رَبِّكَ إِلا هُوَ}
Dan tiada Kami jadikan penjaga neraka itu melainkan dari malaikat; dan tidaklah Kami menjadikan bilangan mereka itu melainkan untuk jadi cobaan bagi orang-orang kafir, supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin, dan supaya orang-orang yang beriman bertambah imannya, dan supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab dan orang-orang mukmin itu tidak ragu-ragu, dan supaya orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit, dan orang-oraiig kafir (mengatakan), "Apakah yang dikehendaki Allah dengan bilangan ini sebagai suatu perum­pamaan?” Demikianlah Allah membiarkan sesat orang-orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri. (Al-Muddassir: 31)
{وَنُنزلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ وَلا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلا خَسَارًا}
Dan Kami turunkan Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian. (Al-Isra: 82)
{قُلْ هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ وَالَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ فِي آذَانِهِمْ وَقْرٌ وَهُوَ عَلَيْهِمْ عَمًى أُولَئِكَ يُنَادَوْنَ مِنْ مَكَانٍ بَعِيدٍ}
Katakanlah, "Al-Qur’an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman. Dan orang-orang yang tidak beriman pada telinga mereka ada sumbatan, sedangkan Al-Qur’an itu suatu kegelapan bagi mereka. Mereka itu adalah (seperti) orang-orang yang dipanggil dari tempat yang jauh.” (Fushshilat: 44)
Masih banyak lagi ayat-ayat lain yang menunjukkan bahwa Allah Swt. menurunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk buat orang-orang yang bertakwa. Dengan Al-Qur'an itu Dia menyesatkan orang-orang yang dikehendaki-Nya, dengan Al-Qur'an pula Dia memberi petunjuk kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya. Karena itulah dalam ayat ini disebutkan oleh firman-Nya:
{وَكَذَلِكَ نُصَرِّفُ الآيَاتِ وَلِيَقُولُوا دَرَسْتَ وَلِنُبَيِّنَهُ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ}
Demikianlah Kami mengulang-ulangi ayat-ayat Kami supaya (orang-orang yang beriman mendapat petunjuk) dan supaya orang-orang yang musyrik mengatakan, "Kamu telah mempelajari ayat-ayat itu (dari Ahli Kitab), "dan supaya Kami menjelaskan Al-Qur'an itu kepada orang-orang yang mengetahui. (Al-An'am: 105)
Sebagian ulama ada yang membaca firman-Nya, "Darasta" dengan pengertian 'engkau baca dan engkau pelajari'; demikianlah menurut At-Tamimi, dari Ibnu Abbas. Hal yang sama telah dikatakan pula oleh Mujahid, As-Saddi, Ad-Dahhak, dan Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang.

Tafsir Jalalayn:
Demikianlah) sebagaimana yang telah Kami jelaskan di atas (Kami menjelaskan) Kami terangkan (ayat-ayat itu) agar mereka mau berpikir tentangnya (dan supaya mereka mengatakan) yaitu orang-orang musyrik mengenai akibat dari perkara ini ("Kamu telah mempelajari.") engkau telah mempelajari tentang ahli kitab; dan menurut qiraat lainnya ditafsirkan bahwa engkau telah mempelajari kitab-kitab orang-orang terdahulu kemudian engkau mendatangkan ayat-ayat ini berdasarkan sumber darinya (dan supaya Kami menjelaskan Alquran itu kepada orang-orang yang mengetahui).

Tafsir Quraish Shihab:
Demikianlah, melalui berbagai penjelasan yang indah dalam pemaparan tanda-tanda kekuasaan Kami pada alam semesta, Kami menunjukkan ayat-ayat Kami dalam al-Qur'ân juga secara variatif dan terperinci, untuk memberikan bukti kepada orang-orang yang ingkar. Dengan begitu mereka tidak bisa berbuat sesuatu selain membuat-buat kebohongan. Mereka, misalnya, akan mengatakan bahwa kamu belajar ayat- ayat itu dari sesama manusia, bukan dari Allah. Juga, di samping itu, agar Kami menerangkan kebenaran- kebenaran apa yang Kami turunkan kepadamu tanpa terpengaruh oleh hawa nafsu, untuk orang-orang yang mengerti dan tunduk kepada kebenaran.

Al-Anam 102-103 ibnu Katsir

 ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ فَاعْبُدُوهُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ (102) لَا تُدْرِكُهُ الْأَبْصَارُ وَهُوَ يُدْرِكُ الْأَبْصَارَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ (103)

http://www.ibnukatsironline.com/2015/05/tafsir-surat-al-anam-ayat-103-104.html?m=1

ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ}

Yang demikian itu adalah Allah Tuhan kalian. (Al-An'am: 102)
Maksudnya, yang menciptakan segala sesuatu, tidak beranak, dan tidak pula beristri.

{لَا إِلَهَ إِلا هُوَ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ فَاعْبُدُوهُ}

tidak ada Tuhan selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia. (Al-An'am: 102)
Artinya, sembahlah Dia semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan akuilah ketauhidan-Nya (keesaaan-Nya), bahwa tidak ada Tuhan selain Dia, Dia tidak beranak, tidak diperanakkan, tidak beristri, dan tidak ada yang menyamai dan menandingi-Nya.

{وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ}

dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu. (Al-An'am: 102)
Yakni Dialah Yang memelihara. Yang Mengawasi dan Yang mengatur semua yang selain-Nya, Dia memberi mereka rezeki dan memelihara mereka sepanjang malam dan siang hari.

Tafsir Jalalayn:

Demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan selain Dia; pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia) esakanlah Dia (dan Dia adalah pemelihara segala sesuatu) yang memelihara semuanya.

Tafsir Quraish Shihab:

Yang memiliki sifat-sifat kesempurnaan itulah sebenarnya Tuhanmu! Tidak ada tuhan selain Dia. Dia menciptakan segala sesuatu yang telah ada dan yang akan ada. Hanya Dialah yang mengendalikan segala urusan dan segala sesuatu, maka hanya kepada-Nya sajalah segalanya akan kembali.

****

Firman Allah Swt.:

{لَا تُدْرِكُهُ الأبْصَارُ}

Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata. (Al-An'am: 103)
Sehubungan dengan makna ayat ini, ada beberapa pendapat di kalangan para imam dari kalangan ulama Salaf.
Menurut pendapat pertama, Allah tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata di dunia, sekalipun nanti di akhirat dapat dilihat. Demikianlah menurut apa yang disebutkan oleh banyak hadis mutawatir dari Rasulullah Saw. melalui berbagai jalur periwayatan yang telah ditetapkan di dalam kitab-kitab Sahih, kitab-kitab Musnad, dan kitab-kitab Sunnah.

وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ. إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ}

Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri, kepada Tuhannyalah mereka melihat. (Al-Qiyamah: 22-23)
Allah Swt. telah berfirman pula, menceritakan perihal orang-orang kafir:

{كَلا إِنَّهُمْ عَنْ رَبِّهِمْ يَوْمَئِذٍ لَمَحْجُوبُونَ}

Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar tertutup dari (melihat) Tuhan mereka. (Al-Muthaffifin: 15)
Imam Syafii mengatakan bahwa hal ini menunjukkan bahwa orang-orang mukmin tidak terhalang untuk melihat Tuhan mereka Yang Mahasuci lagi Mahatinggi. Adapun mengenai dalil dari sunnah, maka banyak hadis mutawatir diriwayatkan dari Abu Sa'id, Abu Hurairah, Anas, Juraij, Suhaib, Bilal, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang dari kalangan sahabat, dari Nabi Saw.; semuanya menyebutkan bahwa orang-orang mukmin kelak di akhirat dapat melihat Allah di 'Arasat (halaman-halaman surga) dan di taman-taman surga. Semoga Allah menjadikan kita dari golongan mereka berkat karunia dan kemuliaan­Nya, amin.

وَلا يُحِيطُونَ بِهِ عِلْمًا}

sedangkan ilmu mereka tidak dapat meliputi-Nya. (Thaha: 110)

فَلَمَّا تَجَلَّى رَبُّهُ لِلْجَبَلِ جَعَلَهُ دَكًّا وَخَرَّ مُوسَى صَعِقًا فَلَمَّا أَفَاقَ قَالَ سُبْحَانَكَ تُبْتُ إِلَيْكَ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُؤْمِنِينَ}

Tatkala Tuhannya tampak bagi gunung itu, kejadian itu membuat gunung itu hancur lebur dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata, "Mahasuci Engkau, aku bertobat kepada Engkau, dan aku orang yang pertama-tama beriman.” (Al-A'raf: 143)
Yang di-nafi-kan (ditiadakan) oleh asar ini adalah idrak secara khusus, tetapi bukan berarti me-nafi-kan dapat melihat-Nya kelak di hari kiamat; kelak di hari kiamat Allah menampakkan diri-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang mukmin menurut apa yang dikehendaki-Nya. Adapun mengenai keagungan dan kebesaran-Nya, sesuai dengan Zat-Nya Yang Mahatinggi lagi Mahasuci serta Mahabersih, tidak dapat dicapai oleh pandangan mata. Karena itulah Ummul Mu’minin Siti Aisyah r.a.

وَهُوَ يُدْرِكُ الأبْصَارَ}

sedangkan Dia dapat melihat segala yang kelihatan. (Al-An'am: 103)
Artinya, Dia meliputi semuanya dan mengetahui seluk-beluknya, karena sesungguhnya semuanya itu adalah makhluk-Nya, seperti yang disebutkan di dalam ayat lain:

{أَلا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ}

Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kalian lahirkan dan rahasiakan); dan Dia Mahahalus lagi Maha Mengetahui? (Al-Mulk: 14)
Adakalanya pengertian absar diungkapkan menunjukkan makna orang-orang yang melihat, seperti yang dikatakan oleh As-Saddi dalam takwil firman-Nya: Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedangkan Dia dapat melihat segala yang kelihatan. (Al-An'am: 103) Yakni tiada sesuatu pun yang dapat melihat-Nya, sedangkan Dia melihat semua makhluk.

يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الأرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ}

(Luqman berkata), "Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya). Sesungguhnya Allah Mahahalus lagi Maha Mengetahui.” (Luqman: 16)

Tafsir Jalalayn:

Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata) artinya engkau tidak akan dapat melihat-Nya sebab hal ini hanya khusus untuk kaum mukminin kelak di akhirat sebagaimana yang diungkapkan dalam firman-Nya surah Al-Qiyamah ayat 22-23 yaitu, "Wajah-wajah orang-orang mukmin pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannya mereka melihat." Dijelaskan pula dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim yaitu, "Sesungguhnya kamu itu akan melihat Tuhanmu kelak di akhirat sebagaimana kamu melihat bulan pada malam purnama." Ada penafsiran lain yang mengatakan, bahwa yang dimaksud ialah bahwa pandangan mata itu tidak akan dapat meliputi-Nya (sedangkan Dia dapat melihat segala yang kelihatan) yakni Dia dapat melihatnya sedangkan apa-apa yang terlihat itu tidak dapat melihat-Nya; dan tiada selain-Nya mempunyai sifat ini (dan Dialah Yang Maha Lembut) terhadap kekasih-kekasih-Nya (lagi Maha Waspada) terhadap mereka.

Tafsir Quraish Shihab:

Dia tidak dapat dilihat oleh mata, tetapi Dia mengetahui partikel-partikel kecil mata, dan selain mata. Dia Mahalembut, maka tak ada sesuatu pun yang luput dari pandangan-Nya. Dia Mahatahu, maka tak ada sesuatu yang tidak diketahui-Nya.

Sabtu, 18 Juni 2022

Al-Anam 101 ibnu Katsir

 بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ أَنَّى يَكُونُ لَهُ وَلَدٌ وَلَمْ تَكُنْ لَهُ صَاحِبَةٌ وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (101)

http://www.ibnukatsironline.com/2015/05/tafsir-surat-al-anam-ayat-101.html?m=1

بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ}

Dia Pencipta langit dan bumi. (Al-An'am: 101)
Yakni Yang mengadakan, Yang menciptakan, Yang membangun, dan Yang membuat keduanya tanpa contoh terlebih dahulu. Demikianlah menurut Mujahid dan As-Saddi. Dari pengertian inilah maka hal yang baru dinamakan bid'ah, karena tidak ada persamaannya sebelum itu.

{أَنَّى يَكُونُ لَهُ وَلَدٌ}

Bagaimana Dia mempunyai anak. (Al-An'am: 101)
Dengan kata lain, mana mungkin Dia beranak.

وَلَمْ تَكُنْ لَهُ صَاحِبَةٌ

padahal Dia tidak mempunyai istri. (Al-An'am: 101)
Maksudnya, anak itu hanyalah dilahirkan dari dua sejoli yang berpasangan, sedangkan Allah Swt. tidak sama dengan sesuatu pun dari makhluk-Nya, karena Dialah Yang menciptakan segala sesuatu, dan Dia tidak beristri, tidak pula beranak, seperti yang disebutkan di dalam ayat lain, yaitu firman-Nya:

{وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا }

Dan mereka berkata, "Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak.” Sesungguhnya kalian telah mendatangkan suatu perkara yang sangat mungkar. (Maryam: 88-89)
sampai dengan firman-Nya:

وَكُلُّهُمْ آتِيهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَرْدًا

Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri. (Maryam: 95)

{وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ}

Dia menciptakan segala sesuatu; dan Dia mengetahui segala sesuatu. (Al-An'am: 101)
Melalui ayat ini Allah menjelaskan bahwa Dialah yang menciptakan segala sesuatu dan Maha Mengetahui segala sesuatu. Maka mana mungkin Dia mempunyai istri dari kalangan makhluk-Nya sebagai pendamping-Nya. Dia pun tidak ada bandingan-Nya, maka mana mungkin Dia beranak. Mahatinggi Allah dari hal tersebut dengan ketinggian yang setinggi-tingginya.

Tafsir Jalalayn:

Dia Pencipta langit dan bumi) yang menciptakan keduanya tanpa ada contoh yang mendahuluinya. (Bagaimana) mengapa (Dia dikatakan mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai istri?) yakni teman hidup. (Dia menciptakan segala sesuatu) maksudnya Dialah yang menciptakan kesemuanya (dan Dia mengetahui segala sesuatu).

Tafsir Quraish Shihab:

Allahlah yang menciptakan langit dan bumi tanpa ada contoh sebelumnya. Bagaimana mungkin Dia mempunyai anak, seperti anggapan mereka, padahal Dia tidak beristri? Dia menciptakan segala sesuatu, termasuk makhluk-makhluk yang mereka jadikan sebagai pesaing Allah. Dia Mahatahu tentang segala sesuatu. Dia menghitung semua perkataan dan perbuatan manusia. Dia akan membalas mereka atas perkataan dan perbuatannya itu.https://tafsirq.com/6-al-anam/ayat-101#tafsir-quraish-shihab

Al-Anam 100 ibnu Katsir

 وَجَعَلُوا لِلَّهِ شُرَكَاءَ الْجِنَّ وَخَلَقَهُمْ وَخَرَقُوا لَهُ بَنِينَ وَبَنَاتٍ بِغَيْرِ عِلْمٍ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يَصِفُونَ (100)

http://www.ibnukatsironline.com/2015/05/tafsir-surat-al-anam-ayat-100.html?m=1

أَفَتَتَّخِذُونَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِي}

Patutkah kalian mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain dari-Ku. (Al-Kahfi: 50), hingga akhir ayat.
Nabi Ibrahim pun pernah berkata kepada bapaknya, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:

{يَا أَبَتِ لَا تَعْبُدِ الشَّيْطَانَ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلرَّحْمَنِ عَصِيًّا}

Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah setan. Sesungguhnya setan itu durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. (Maryam: 44)
Juga seperti yang disebutkan dalam firman-Nya yang lain, yaitu:

{أَلَمْ أَعْهَدْ إِلَيْكُمْ يَا بَنِي آدَمَ أَنْ لَا تَعْبُدُوا الشَّيْطَانَ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ * وَأَنِ اعْبُدُونِي هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ}

"Bukankah Aku telah memerintahkan kepada kalian, hai Bani Adam, supaya kalian tidak menyembah setan? Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kalian, "dan hendaklah kalian menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus. (Yasin: 60-61)
Pada hari kiamat para malaikat mengatakan:

{سُبْحَانَكَ أَنْتَ وَلِيُّنَا مِنْ دُونِهِمْ بَلْ كَانُوا يَعْبُدُونَ الْجِنَّ أَكْثَرُهُمْ بِهِمْ مُؤْمِنُونَ}

Mahasuci Engkau, Engkaulah pelindung kami, bukan mereka; bahkan mereka telah menyembah jin, kebanyakan mereka beriman kepada jin itu. (Saba: 41)
Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:

{وَجَعَلُوا لِلَّهِ شُرَكَاءَ الْجِنَّ وَخَلَقَهُمْ}

Dan mereka (orang-orang musyrik) menjadikan jin itu sekutu bagi Allah, padahal Allah-lah yang menciptakan jin-jin itu. (Al-An'am: 100)
Yakni padahal Allah-lah yang menciptakan jin-jin itu, karena Dialah Tuhan Maha Pencipta semata, tiada sekutu bagi-Nya, maka mengapa disembah selain Dia bersama-Nya? Perihalnya sama dengan perkataan Nabi Ibrahim, seperti yang disitir oleh firman-Nya:

{أَتَعْبُدُونَ مَا تَنْحِتُونَ * وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ}

Apakah kalian menyembah patung-patung yang kalian pahat itu? Padahal Allah-lah yang menciptakan kalian dan apa yang kalian perbuat itu. (Ash-Shaffat: 95-96)
Makna ayat menunjukkan bahwa Allah Swt. adalah Zat yang hanya Dia sendiri yang mampu menciptakan. Karena itu, hanya Dia semata yang wajib disembah, tidak ada sekutu bagi-Nya.

*****

Firman Allah Swt.:

{وَخَرَقُوا لَهُ بَنِينَ وَبَنَاتٍ بِغَيْرِ عِلْمٍ}

dan mereka berbohong (dengan mengatakan), "Bahwasannya Allah mempunyai anak laki-laki dan anak perempuan," tanpa (dasar) ilmu pengetahuan. (Al-An'am: 100)
Melalui ayat ini Allah memperingatkan akan kesesatan orang yang sesat dalam menggambarkan Allah Swt. dengan sebutan bahwa Dia beranak, seperti yang dikatakan oleh orang-orang Yahudi terhadap Uzair, yang dikatakan oleh orang-orang Nasrani terhadap Isa putra Maryam, dan perkataan sebagian orang-orang musyrik Arab bahwa para malaikat itu adalah anak-anak perempuan Allah.

سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يَصِفُونَ}

Mahasuci Allah dan Mahatinggi dari sifat-sifat yang mereka berikan. (Al-An'am: 100)
Artinya, Mahasuci, Mahabersih lagi Mahabesar Allah dari apa yang digambarkan oleh orang-orang bodoh lagi sesat itu yang telah mengatakan bahwa Allah beranak, mempunyai tandingan, teman, dan sekutu.

Tafsir Jalalayn :

Dan mereka menjadikan di samping Allah) menjadi maf'ul tsani (sekutu-sekutu) menjadi maf'ul awal dan menjadi mubdal minhu (terdiri dari jin) yang mereka menaatinya dalam menyembah berhala-berhala (dan) padahal (Allahlah yang telah menciptakan mereka) lalu mengapa mereka menjadikannya sebagai sekutu-sekutu-Nya (dan mereka membohong) dengan dibaca takhfif dan tasydid; artinya mereka membuat-buat perkataan (bahwanya Allah mempunyai anak laki-laki dan perempuan, tanpa landasan ilmu pengetahuan) mereka telah mengatakan, bahwa Uzair adalah anak lelaki Allah, dan malaikat-malaikat itu adalah anak-anak perempuan Allah. (Maha Suci Allah) yakni sebagai ungkapan menyucikan-Nya (dan Maha Tinggi dari sifat-sifat yang mereka berikan) mengenai diri-Nya, yaitu mempunyai anak.

Tafsir Quraish Shihab:

Meskipun bukti-bukti itu sudah sedemikian jelas, orang-orang kafir masih saja menjadikan malaikat dan setan sebagai pesaing Allah. Padahal malaikat dan setan sama-sama makhluk ciptaan Allah juga. Maka tidak benar--kalau mereka mengetahui hal itu--sikap mereka yang menyembah selain Allah. Allahlah yang menciptakan mereka semua. Tidak benar juga, tindakan penyembahan makhluk kepada sesama makhluk! Di samping itu, orang-orang kafir itu mengada-ada anak Allah. Pengikut Nasrani, misalnya, menyebut- nyebut 'Isâ sebagai anak Allah. Begitu juga orang-orang musyrik Arab yang menyebut-nyebut malaikat sebagai anak perempuan Allah. Sungguh suatu kebodohan! Allah Mahasuci dari sifat yang mereka tuduhkan itu.

https://tafsirq.com/6-al-anam/ayat-100#tafsir-quraish-shihab