Cari Blog Ini

Jumat, 03 Oktober 2025

Al A'raf 28 tafsir

 

Baik Ustadz, berikut tafsir QS. al-A‘rāf ayat 28 dengan gaya komplit, ringkas, padat sesuai permintaan Ustadz, merujuk pada para ahli tafsir seperti Ibn Kathīr, al-Ṭabarī, al-Qurṭubī, dan al-Sa‘dī.


📖 Teks Ayat (QS. al-A‘rāf: 28)

وَإِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً قَالُوا وَجَدْنَا عَلَيْهَآ ءَابَآءَنَا وَٱللَّهُ أَمَرَنَا بِهَا ۗ قُلْ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَأْمُرُ بِٱلْفَحْشَآءِ ۖ أَتَقُولُونَ عَلَى ٱللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ

Artinya:
“Dan apabila mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata: ‘Kami mendapati nenek moyang kami mengerjakan yang demikian, dan Allah menyuruh kami mengerjakannya.’ Katakanlah: ‘Sesungguhnya Allah tidak menyuruh (mengerjakan) perbuatan keji. Mengapa kamu mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?’


🕌 Tafsīr Ulama

1. Ibn Kathīr

  • Ayat ini turun tentang kebiasaan orang musyrik thawaf telanjang di Ka'bah, lalu mereka berdalih: “Ini tradisi nenek moyang kami, bahkan Allah yang perintahkan.”
  • Allah bantah klaim tersebut: Allah tidak pernah menyuruh perbuatan keji, baik telanjang, syirik, maupun maksiat lainnya.

2. Al-Ṭabarī

  • Frasa “فاحشة” mencakup semua dosa besar dan maksiat terang-terangan.
  • Orang musyrik menjadikan tradisi dan mengatasnamakan Allah sebagai pembenaran dosa mereka — ini bentuk kedustaan atas nama Allah.

3. Al-Qurṭubī

  • Ayat ini melarang mengikuti tradisi nenek moyang jika bertentangan dengan syariat.
  • Mengklaim Allah memerintahkan dosa adalah kekafiran karena menisbatkan keburukan kepada Allah.

4. Al-Sa‘dī

  • Manusia sering mencari pembenaran dosa, baik dengan alasan warisan budaya atau “atas nama agama”.
  • Ayat ini menjadi kaidah besar dalam akhlak Islam: Allah hanya memerintahkan kebaikan, dan tidak mungkin memerintahkan kemaksiatan.

Kesimpulan Tafsir QS. al-A‘rāf: 28

  • Kaum musyrik melakukan dosa (seperti thawaf telanjang), lalu berdalih dengan tradisi dan menyalahkan Allah.
  • Allah tegaskan: Dia tidak akan pernah memerintahkan perbuatan keji.
  • Tradisi bukan dalih pembenar maksiat, apalagi mengatasnamakan Allah tanpa ilmu.
  • Pelajaran: Setiap klaim agama harus berdasarkan ilmu dan dalil, bukan adat atau nafsu.

Apakah Ustadz ingin saya lanjutkan dengan ayat 29, yang berbicara tentang perintah Allah untuk berlaku adil dan ikhlas dalam ibadah?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar