TAFSIR AL BAQARAH 206
وَإِذَا قِيلَ لَهُ ٱتَّقِ ٱللَّهَ أَخَذَتْهُ ٱلْعِزَّةُ
بِٱلْإِثْمِ ۚ فَحَسْبُهُۥ جَهَنَّمُ ۚ وَلَبِئْسَ ٱلْمِهَادُ
Terjemah Arti:
Dan apabila dikatakan kepadanya: "Bertakwalah kepada Allah",
bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah
(balasannya) neraka Jahannam. Dan sungguh neraka Jahannam itu tempat tinggal
yang seburuk-buruknya. Tafsir Quran Surat Al-Baqarah Ayat 206 206.
Apabila orang yang suka membuat kerusakan itu dinasihati, “Takutlah kamu kepada
Allah dengan cara menghormati batas-batas yang telah ditetapkan-Nya dan
menjauhi larangan-larangan-Nya,” maka keangkuhan dan kesombongannya mencegahnya
kembali ke jalan yang benar dan memaksanya mempertahankan dosanya. Maka balasan
yang cukup baginya ialah masuk ke dalam neraka Jahanam. Dan sesungguhnya neraka
Jahanam itu adalah seburuk-buruk tempat tinggal bagi para penghuninya. Tafsir
Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia 206. Dan jika orang munafik
itu diingatkan dan dinasehati agar takut terhadap Allah, mereka menolak nasehat
itu. Kesombongan dan keangkuhan mereka membawa mereka untuk terus berbuat
kerusakan, dosa, dan kezaliman. Bagi mereka neraka Jahannam yang merupakan
seburuk-buruk tempat yang ditinggali. Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah
/ Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair
Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah 206. أَخَذَتْهُ الْعِزَّةُ بِالْإِثْمِ ۚ
(bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa) Yakni timbulnya
kesombongan yang menjadikannya menolak nasehat disebabkan dosa yang ada dalam
hatinya berupa kenifakan. Pendapat lain mengatakan yakni kecongkakan dan
kekerasan jiwa membawanya kepada perbuatan dosa. Dan yang lain mengatakan yakni
berbuat kekufuran karena kesombongan dan merasa memiliki kemuliaan. فَحَسْبُهُۥ جَهَنَّمُ ۚ
(Maka cukuplah neraka Jahannam) Yakni cukup sebagai hukuman dan balasan الْمِهَادُ (tempat tinggal) Secara bahasa berarti
tempat yang dipersiapkan untuk tidur. Sehingga bagi mereka ini adalah sesuatu
yang lebih hina karena menjadi tempat tinggal mereka. Hidayatul Insan
bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I
Dan apabila dikatakan kepadanya, bertakwalah kepada Allah,
yakni jangan melakukan perbuatan atau mengucapkan perkataan yang menyebabkan
turunnya azab Allah, maka bangkitlah kesombongannya untuk berbuat dosa, ia
mengabaikan seruan itu dan dengan sombong ia berbuat dosa, tidak takut kepada
ancaman Allah. Maka pantaslah baginya neraka jahanam, dan sungguh jahanam itu
tempat tinggal yang terburuk. Ayat berikut diturunkan berkenaan dengan suwaihib
bin sina'n arraimi yang akan mengikuti nabi Muhammad hijrah ke madinah, akan
tetapi orang-orang kafir mekah melarang ia membawa kekayaannya. Shuwahaib
dengan ikhlas menyerahkan semua kekayaannya asal ia diperbolehkan hijrah ke
madinah, lalu turunlah ayat ini. Dan di antara manusia ada orang yang
mengorbankan dirinya, yakni mengorbankan kekayaannya, untuk mencari keridaan
Allah. Nabi Muhammad bersabda, sungguh beruntung perdagangan shuwahaib. Dan
Allah maha penyantun kepada hamba-hamba-Nya yang beriman dan mengerjakan amal
saleh untuk memperoleh rida-Nya. Mayoritas ulama mengatakan bahwa ayat ini
berlaku bagi siapa pun yang berjuang di jalan Allah.Referensi:
https://tafsirweb.com/825-quran-surat-al-baqarah-ayat-206.html
TAFSIR QURAISH SHIHAB. Apabila diberi nasihat agar takut kepada Allah, temperamen
mereka pun naik karena hal itu dianggap sebagai telah mengusik kehormatan
mereka. Maka mereka pun menjadi keras kepala dan perbuatan dosanya makin
bertambah. Biarlah siksa neraka menjadi balasannya, dan sungguh neraka itu
merupakan tempat yang paling buruk. https://tafsirq.com/2-al-baqarah/ayat-206#tafsir-quraish-shihab
TAFSIR JALALAYN Dan
jika dikatakan kepadanya, "Bertakwalah kamu kepada Allah) dalam
perbuatan-perbuatanmu, (bangkitlah kesombongannya) yang menyebabkan berbuat
(dosa) yang disuruh menghindarinya. (Maka cukuplah baginya neraka Jahanam dan
sungguh ia seburuk-buruk tempat tinggal). https://tafsirq.com/2-al-baqarah/ayat-206#tafsir-jalalayn
TAFSIR IBNU KATSIR. As-Saddi mengatakan bahwa ayat ini
diturunkan berkenaan dengan Al-Akhnas ibnu Syuraiq As-Saqafi yang datang kepada
Rasulullah Saw., lalu menampakkan keislamannya, sedangkan di dalam batinnya
memendam kebalikannya.
Dari Ibnu Abbas disebutkan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan
segolongan orang-orang munafik yang membicarakan perihal Khubaib dan
teman-temannya yang gugur di Ar-Raji', orang-orang munafik tersebut mencela
mereka. Maka Allah menurunkan firman-Nya yang mencela sikap orang-orang munafik
dan memuji sikap Khubaib dan teman-temannya, yaitu: Dan di antara
manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridaan Allah.
(Al-Baqarah: 207)
Menurut pendapat yang lain, ayat ini mengandung celaan terhadap semua orang
munafik secara keseluruhan, dan mengandung pujian kepada orang-orang mukmin
secara keseluruhan. Pendapat ini dikemukakan oleh Qatadah, Mujahid, dan
Ar-Rabi' ibnu Anas serta lainnya; pendapat inilah yang sahih.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Yunus, telah menceritakan
kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Al-Lais ibnu Sa'd, dari
Khalid ibnu Yazid, dari Sa'id ibnu Abu Hilal, dari- Al-Qurazi, dari Nauf (yakni
Al-Bakkali, ahli dalam membaca kitab-kitab terdahulu) yang pernah mengatakan:
Sesungguhnya aku menjumpai suatu sifat dari segolongan umat ini di dalam
Kitabullah yang telah diturunkan, ada suatu kaum melakukan tipu muslihat dengan
agama untuk meraih keduniawian; lisan mereka lebih manis daripada madu, telapi
kalbu mereka lebih pahit daripada jazam (kina); mereka menampilkan dirinya di
mata orang lain dengan berpakaian bulu kambing, padahal hati mereka adalah hati
serigala. Allah Swt. berfirman, "Mereka berani terhadap diri-Ku dan
mencoba menipu-Ku. Aku bersumpah atas nama-Ku, Aku benar-benar akan menimpakan
kepada mereka suatu fitnah yang membuat orang yang penyantun (dari kalangan
mereka) menjadi kebingungan." Selanjutnya Al-Qurazi mengatakan,
"Setelah kupikirkan dan kubaca di dalam Al-Qur'an, ternyata kujumpai
mereka yang bersifat demikian adalah orang-orang munafik," sebagaimana
tertera di dalam firman-Nya: Dan di antara manusia ada orang yang
ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu dan dipersaksikannya kepada
Allah (atas kebenaran) isi hatinya. (Al-Baqarah: 204), hingga akhir ayat.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Abu Ma'syar,
telah menceritakan kepadaku Abu Ma'syar (yakni Nujaih) yang menceritakan bahwa
ia pernah mendengar Sa'id Al-Maqbari melakukan muzakarah bersama Muhammad ibnu
Ka'b Al-Qurazi. Maka Sa'id mengatakan, "Sesungguhnya di dalam salah satu
kitab-kitab terdahulu disebutkan bahwa sesungguhnya ada segolongan hamba-hamba
yang lisan mereka lebih manis daripada madu, tetapi hati mereka lebih pahit
daripada kina. Mereka menampilkan dirinya di mata orang-orang dengan pakaian
bulu domba yang kelihatan begitu lembut, mereka menjual agama dengan duniawi.
Allah berfirman, 'Kalian berani kurang ajar terhadap-Ku dan mencoba menipu-Ku.
Demi keagungan-Ku, Aku benar-benar akan menimpakan kepada mereka suatu fitnah
yang akan membuat orang yang penyantun dari kalangan mereka kebingungan'."
Maka Muhammad ibnu Ka'b mengatakan, "Ini terdapat di dalam Kitabullah
(Al-Qur'an)." Sa'id bertanya, "Di manakah hal ini terdapat di dalam
Kitabullah!" Muhammad ibnu Ka'b menjawab bahwa hal tersebut terkandung di
dalam firman-Nya: Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya
tentang kehidupan dunia menarik hatimu. (Al-Baqarah: 204), hingga akhir ayat.
Sa'id mengatakan, "Sesungguhnya aku telah mengetahui berkenaan dengan
siapakah ayat ini diturunkan." Maka Muhammad ibnu Ka'b menjawab,
"Sesungguhnya ayat ini memang diturunkan berkenaan dengan seorang lelaki,
kemudian maknanya umum sesudah itu."
Apa yang dikatakan oleh Al-Qurazi ini hasan lagi sahih.
*************
Adapun mengenai firman-Nya:
{وَيُشْهِدُ اللَّهَ عَلَى مَا فِي قَلْبِهِ}
dan dipersaksikannya kepada Allah
(atas kebenaran) isi hatinya. (Al-Baqarah: 204)
Ibnu Muhaisin membacanya wayasyhadullahu dengan huruf ya yang
di-fathah-kan dan lafzul jalalah yang di-dammah-kan, sehingga maknanya
menjadi seperti berikut: "Dan Allah menyaksikan apa yang sesungguhnya
terkandung di dalam hatinya." Dengan kata lain, sekalipun hal ini dapat
menipu mata kamu, tetapi Allah mengetahui orang yang di dalam hatinya
mengandung keburukan. Perihalnya sama dengan makna yang terkandung di dalam
ayat yang lain, yaitu firman-Nya:
إِذا جاءَكَ الْمُنافِقُونَ قالُوا
نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ
وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنافِقِينَ لَكاذِبُونَ
Apabila orang-orang munafik datang
kepadamu, mereka berkata, "Kami mengakui bahwa sesungguhnya kamu
benar-benar Rasul Allah." Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu
benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang
munafik itu benar-benar orang pendusta. (Al-Munafiqun: 1)
Sedangkan menurut bacaan jumhur ulama, huruf ya dibaca dammah, dan lafzul
jalalah dibaca nasab, yaitu: dan dipersaksikannya kepada Allah (atas
kebenaran) di hatinya. (Al-Baqarah: 204) Makna yang dimaksud ialah bahwa
dia menampakkan keislamannya di mata manusia, sedangkan Allah mengetahui
kekufuran dan kemunafikan yang dipendam di dalam hatinya. Perihalnya sama
dengan makna yang terkandung di dalam ayat yang lain, yaitu firman-Nya:
يَسْتَخْفُونَ مِنَ النَّاسِ وَلا
يَسْتَخْفُونَ مِنَ اللَّهِ
Mereka bersembunyi dari manusia,
tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah. (An-Nisa: 108), hingga akhir ayat.
Demikianlah menurut makna yang diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq, dari Muhammad ibnu
Abu Muhammad, dari Ikrimah, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas.
Menurut pendapat yang lain, makna yang dimaksud ialah apabila dia ingin
menampakkan keislamannya di mata orang-orang, maka ia bersumpah dan memakai nama
Allah dalam sumpahnya itu untuk mendapat kepercayaan dari mereka bahwa apa yang
diucapkan lisannya bersesuaian dengan apa yang ada dalam hatinya. Pengertian
inilah yang sahih, dikatakan oleh Abdur Rahman ibnu Zaid Aslam dan dipilih oleh
Ibnu Jarir. Pendapat ini dinisbatkan sampai kepada Ibnu Abbas, dan Ibnu Jarir
meriwayatkannya melalui Mujahid.
***************
Firman Allah Swt.:
{وَهُوَ أَلَدُّ الْخِصَامِ}
padahal ia adalah penantang yang
paling keras. (Al-Baqarah:
204)
Al-aladd menurut istilah bahasa artinya yang paling menyimpang
(membangkang). Pengertiannya sama dengan yang terdapat di dalam firman-Nya:
الْأَعْوَجُ وَتُنْذِرَ بِهِ قَوْماً
لُدًّا
dan agar kamu memberi peringatan
dengannya kepada kaum yang membangkang. (Maryam: 97)
Makna yang dimaksud ialah menyimpang (membangkang). Demikianlah keadaan seorang
munafik dalam perdebatannya, ia selalu berdusta dan melakukan pengelabuan
terhadap perkara yang hak serta menyimpang dari jalan yang benar, bahkan
seorang munafik itu selalu membuat-buat kedustaan dan melampaui batas. Seperti
apa yang disebutkan di dalam hadis sahih dari Rasulullah Saw. yang pernah
bersabda:
«آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ: إِذَا
حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ، وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ»
Pertanda orang munafik itu ada tiga:
Apabila berbicara, dusta; apabila berjanji, ingkar; dan apabila bersengketa,
curang.
قَالَ الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا
قَبيصةُ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنِ ابْنِ جُرَيج، عَنِ ابْنِ أَبِي مُلَيْكة،
عَنْ عَائِشَةَ تَرْفَعُه قَالَ: "أَبْغَضُ الرِّجَالِ إِلَى اللَّهِ
الألَدُّ الخَصم"
Imam Bukhari mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Qubaisah, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari
Ibnu Juraij, dari Ibnu Abu Mulaikah, dari Siti Aisyah dengan predikat marfu',
yaitu: Sesungguhnya lelaki yang paling dibenci oleh Allah ialah
penantang yang paling keras.
قَالَ: وَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ
يَزِيدَ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، حَدَّثَنِي ابْنُ جُرَيْجٍ، عَنِ ابْنِ أَبِي
مُلَيكة، عَنْ عَائِشَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قال:
"إن أَبْغَضَ الرِّجَالِ إِلَى اللَّهِ الْأَلَدُّ الْخَصِمُ"
Imam Bukhari mengatakan bahwa
Abdullah ibnu Yazid mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sufyan, telah
menceritakan kepada kami Ibnu Juraij, dari Ibnu Abu Mulaikah, dari Siti Aisyah,
dari Nabi Saw. yang pernah bersabda: Sesungguhnya lelaki yang paling
dibenci oleh Allah ialah penantang yang keras.
Hal yang sama diriwayatkan pula oleh Abdur Razzaq:
عَنْ مَعْمَر فِي قَوْلِهِ: {وَهُوَ
أَلَدُّ الْخِصَامِ} عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، عَنِ ابْنِ أَبِي مُلَيْكَةَ، عَنْ
عَائِشَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ
أَبْغَضَ الرجال إلى الله الألد الخصم"
dari Ma'mar sehubungan dengan makna
firman-Nya: padahal ia adalah penantang yang paling keras.
(Al-Baqarah: 204) Dari Ibnu Juraij, dari Ibnu Abu Mulaikah, dari Siti Aisyah,
dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Sesungguhnya lelaki yang paling
dimurkai oleh Allah ialah penantang yang paling keras.
**************
Firman Allah Swt:
{وَإِذَا تَوَلَّى سَعَى فِي الأرْضِ
لِيُفْسِدَ فِيهَا وَيُهْلِكَ الْحَرْثَ وَالنَّسْلَ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ
الْفَسَادَ}
Dan apabila ia berpaling (dari
mukamu) ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak
tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan. (Al-Baqarah: 205)
Dengan kata lain, ucapannya selalu menyimpang dan perbuatannya jahat. Yang
pertama tadi adalah mengenai ucapannya, sedangkan yang disebutkan di dalam ayat
ini mengenai perbuatannya. Yakni perkataannya dusta belaka dan keyakinannya
telah rusak, perbuatannya semua buruk belaka.
Makna as-sa'yu dalam ayat ini sama dengan lafaz al-qasdu (bertujuan),
sebagaimana yang disebutkan di dalam firman lainnya yang menceritakan perihal
Fir'aun:
{ثُمَّ أَدْبَرَ يَسْعَى* فَحَشَرَ
فَنَادَى* فَقَالَ أَنَا رَبُّكُمُ الأعْلَى* فَأَخَذَهُ اللَّهُ نَكَالَ
الآخِرَةِ وَالأولَى* إِنَّ فِي ذَلِكَ لَعِبْرَةً لِمَنْ يَخْشَى}
Kemudian dia berpaling seraya
berusaha menantang (Musa). Maka dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya), lalu
berseru memanggil kaumnya (seraya) berkata, "Akulah tuhan kalian yang
paling tinggi." Maka Allah mengazabnya dengan azab di akhirat dan azab di
dunia. Sesungguhnya yang demikian ilu terdapat pelajaran bagi orang yang takut
(kepada Tuhannya). (An-Nazi'at:
22-26)
Allah Swt. telah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذا
نُودِيَ لِلصَّلاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلى ذِكْرِ اللَّهِ
Hai orang-orang yang beriman, apabila
diseru untuk menunaikan salat pada hari Jumat, maka bersegeralah kalian
mengingat Allah.
(Al-Jumu'ah: 9)
Yakni segeralah kalian berangkat menuju tempat salat Jumat, karena sesungguhnya
pengertian sa'yu secara konkret yakni berlari kecil menuju tempat salat
merupakan perbuatan yang bertentangan dengan sunnah Nabi Saw. yang mengatakan:
"إِذَا أَتَيْتُمُ الصَّلَاةَ
فَلَا تَأْتُوهَا وَأَنْتُمْ تَسْعَوْن، وَأْتُوهَا وَعَلَيْكُمُ السكينةُ
وَالْوَقَارُ".
Apabila kalian mendatangi
salat, janganlah kalian mendatanginya dengan berlari-lari kecil, tetapi
datangilah salat dengan langkah yang tenang dan anggun.
Orang munafik yang disebutkan dalam ayat ini (Al-Baqarah: 205) adalah orang
munafik yang perbuatannya hanyalah membuat kerusakan di muka bumi dan
membinasakan tanam-tanaman, termasuk ke dalam pengertian ini persawahan dan
buah-buahan, juga ternak, yang keduanya merupakan makanan pokok bagi manusia.
Mujahid mengatakan, "Apabila terjadi kerusakan di muka bumi, karena Allah
mencegah turunnya hujan, maka binasalah tanam-tanaman dan binatang
ternak." dan Allah tidak menyukai kebinasaan. (Al-Baqarah:
205) Artinya, Allah tidak menyukai orang yang bersifat suka merusak, tidak suka
pula kepada orang yang melakukannya.
**********
Firman Allah Swt.:
{وَإِذَا قِيلَ لَهُ اتَّقِ اللَّهَ
أَخَذَتْهُ الْعِزَّةُ بِالإثْمِ}
Dan apabila dikatakan kepadanya,
"Bertakwalah kepada Allah", bangkitlah kesombongannya yang
menyebabkannya berbuat dosa.
(Al-Baqarah: 206)
Apabila orang yang durhaka ini diberi nasihat agar mengubah bicara dan
perbuatannya dan dikatakan kepadanya, "Bertakwalah kepada Allah, dan
berhentilah dari cara bicara dan perbuatanmu itu, serta kembalilah ke jalan
yang benar," maka ia menolak dan membangkang, timbullah rasa fanatisme dan
kemarahannya yang menyebabkan dia melakukan dosa. Makna ayat ini serupa dengan
makna ayat lainnya, yaitu firman-Nya:
{وَإِذَا تُتْلَى عَلَيْهِمْ آيَاتُنَا
بَيِّنَاتٍ تَعْرِفُ فِي وُجُوهِ الَّذِينَ كَفَرُوا الْمُنْكَرَ يَكَادُونَ
يَسْطُونَ بِالَّذِينَ يَتْلُونَ عَلَيْهِمْ آيَاتِنَا قُلْ أَفَأُنَبِّئُكُمْ
بِشَرٍّ مِنْ ذَلِكُمُ النَّارُ وَعَدَهَا اللَّهُ الَّذِينَ كَفَرُوا وَبِئْسَ
الْمَصِيرُ}
Dan apabila dibacakan di hadapan
mereka ayat-ayat Kami yang terang, niscaya kamu melihat tanda-tanda keingkaran
pada muka orang-orang yang kafir itu. Hampir-hampir mereka menyerang
orang-orang yang membacakan ayat-ayat Kami di hadapan mereka. Katakanlah,
"Apakah akan aku kabarkan kepada kalian yang lebih buruk daripada itu,
yaitu neraka?’ Allah telah mengancamkannya kepada orang-orang yang kafir. Dan
neraka itu adalah seburuk-buruknya tempat kembali. (Al-Hajj: 72)
Karena itulah maka Allah Swt. berfirman dalam ayat ini:
{فَحَسْبُهُ جَهَنَّمُ وَلَبِئْسَ
الْمِهَادُ}
Maka cukuplah (balasannya) neraka
Jahannam. Dan sungguh neraka Jahannam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya. (Al-Baqarah: 206)
Yakni neraka sudah cukup sebagai pembalasannya.
************
Firman Allah Swt.:
{وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْرِي نَفْسَهُ
ابْتِغَاءَ مَرْضَاةِ اللَّهِ}
Dan di antara manusia ada orang yang
mengorbankan dirinya karena mencari keridaan Allah. (Al-Baqarah: 207)
Setelah Allah menyebutkan sifat orang-orang munafik yang tercela itu, pada ayat
berikutnya Allah menyebutkan sifat orang-orang mukmin yang terpuji. Untuk itu
Allah Swt. berfirman: Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan
dirinya karena mencari keridaan Allah. (Al-Baqarah: 207)
Menurut Ibnu Abbas, Anas, Sa'id ibnul Musayyab, Abu Usman An-Nahdi, Ikrimah,
dan sejumlah ulama lainnya, ayat ini diturunkan berkenaan dengan Suhaib ibnu
Sinan Ar-Rumi. Demikian itu terjadi ketika Suhaib telah masuk Islam di Mekah
dan bermaksud untuk hijrah, lalu ia dihalang-halangi oleh orang-orang kafir
Mekah karena membawa hartanya. Mereka mempersyaratkan 'jika Suhaib ingin
hijrah, ia harus melepaskan semua harta bendanya, maka barulah ia diperbolehkan
hijrah'. Ternyata Suhaib bersikeras hijrah, dan melepas semua harta bendanya,
demi melepaskan dirinya dari cengkeraman orang-orang kafir Mekah; maka ia
terpaksa menyerahkan harta bendanya kepada mereka, dan ikut hijrah bersama Nabi
Saw. Lalu turunlah ayat ini, dan Umar ibnul Khattab beserta sejumlah sahabat
lainnya menyambut kedatangannya di pinggiran kota Madinah, lalu mereka
mengatakan kepadanya, "Alangkah beruntungnya perniagaanmu." Suhaib
berkata kepada mereka, "Demikian pula kalian, aku tidak akan membiarkan
Allah merugikan perniagaan kalian dan apa yang aku lakukan itu tidak ada
apa-apanya." Kemudian diberitakan kepadanya bahwa Allah telah menurunkan
ayat ini berkenaan dengan peristiwa tersebut.
Menurut suatu riwayat, Rasulullah Saw. bersabda kepada Suhaib:
"ربِح الْبَيْعُ صُهَيْبُ، رَبِحَ
الْبَيْعُ صُهَيْبُ"
Suhaib telah beruntung dalam
perniagaannya.
قَالَ ابْنُ مَرْدُويه: حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بن
رُسْتَة، حدثنا سليمان ابن دَاوُدَ، حَدَّثَنَا جَعْفَرُ بْنُ سُلَيْمَانَ
الضَبَعي، حَدَّثَنَا عَوْفٌ، عَنْ أَبِي عُثْمَانَ النَّهْدِيِّ، عَنْ صُهَيْبٍ
قَالَ: لَمَّا أردتُ الْهِجْرَةَ مِنْ مَكَّةَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ لِي قُرَيْشٌ: يَا صهيبُ، قَدمتَ إِلَيْنَا وَلَا
مَالَ لك، وَتَخْرُجُ أَنْتَ وَمَالُكَ!
وَاللَّهِ لَا يَكُونُ ذَلِكَ أَبَدًا. فَقُلْتُ لَهُمْ: أَرَأَيْتُمْ إِنْ
دَفَعْتُ إِلَيْكُمْ مَالِي تُخَلُّون عَنِّي؟ قَالُوا: نَعَمْ. فدفعتُ إِلَيْهِمْ
مَالِي، فخلَّوا عَنِّي، فَخَرَجْتُ حَتَّى قدمتُ الْمَدِينَةَ. فَبَلَغَ ذَلِكَ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: "رَبح صهيبُ، رَبِحَ
صُهَيْبٌ" مَرَّتَيْنِ
Ibnu Murdawaih mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami
Muhammad ibnu Abdullah ibnu Rustuh, telah menceritakan kepada kami Sulaiman
ibnu Daud, telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu Sulai-man Ad-Dabbi, telah
menceritakan kepada kami Auf, dari Abu Usman An-Nahdi, dari Suhaib yang
menceritakan: Ketika aku hendak hijrah dari Mekah kepada Nabi Saw. (di
Madinah), maka orang-orang Quraisy berkata kepadaku, "Hai Suhaib, kamu
datang kepada kami pada mulanya tanpa harta, sedangkan sekarang kamu hendak
keluar meninggalkan kami dengan harta bendamu. Demi Allah, hal tersebut tidak
boleh terjadi selamanya." Maka kukatakan kepada mereka, "Bagaimanakah
menurut kalian jika aku berikan kepada kalian semua hartaku, lalu kalian
membiarkan aku pergi.? Mereka menjawab, "Ya, kami setuju." Maka
kuserahkan hartaku kepada mereka dan mereka membiarkan aku pergi. Lalu aku
berangkat hingga sampai di Madinah. Ketika berila ini sampai kepada Nabi Saw.,
maka beliau bersabda, "Suhaib telah beruntung dalam perniagaannya,
Suhaib telah beruntung dalam perniagaannya," sebanyak dua kali.
Hammad ibnu Salamah meriwayatkan dari Ali ibnu Zaid, dari Sa'id ibnul Musayyab
yang menceritakan bahwa Suhaib berangkat berhijrah untuk bergabung dengan Nabi
Saw. (di Madinah), lalu ia dikejar oleh sejumlah orang-orang Quraisy. Maka
Suhaib turun dari unta kendaraannya dan mencabut anak panah yang ada pada wadah
anak panahnya, lalu ia berkata, "Hai orang-orang Quraisy, sesungguhnya
kalian telah mengetahui bahwa aku adalah orang yang paling mahir dalam hal
memanah di antara kalian semua. Demi Allah, kalian tidak akan sampai kepadaku
hingga aku melemparkan semua anak panah yang ada pada wadah panahku ini, kemudian
aku memukul dengan pedangku selagi masih ada senjata di tanganku. Setelah itu
barulah kalian dapat berbuat sesuka hati kalian terhadap diriku. Tetapi jika
kalian suka, aku akan tunjukkan kepada kalian semua harta bendaku dan
budak-budakku di Mekah buat kalian semua, tetapi kalian jangan
menghalang-halangi jalanku." Mereka menjawab, "Ya." Ketika
Suhaib datang ke Madinah, maka Nabi Saw. bersabda: Beruntunglah jual
belinya. Perawi melanjutkan kisahnya, bahwa sehubungan dengan
peristiwa tersebut turunlah ayat berikut, yaitu firman-Nya: Dan di
antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridaan
Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya. (Al-Baqarah: 207)
Menurut kebanyakan mufassirin, ayat ini diturunkan berkenaan dengan semua
mujahid yang berjuang di jalan Allah. Seperti pengertian yang terkandung di
dalam firman-Nya:
{إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ
الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ
يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْدًا عَلَيْهِ
حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالإنْجِيلِ وَالْقُرْآنِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ
مِنَ اللَّهِ فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ وَذَلِكَ
هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ}
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang
mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka
berperang di jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah
menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan Al-Qur'an. Dan
siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) dari Allah? Maka bergembiralah
dengan jual beli yang telah kalian lakukan itu, dan itulah kemenangan yang
besar.
(At-Taubah: 111)
Ketika Hisyam ibnu Amir maju menerjang kedua sayap barisan musuh, sebagian
orang memprotes perbuatannya itu (dan mengatakan bahwa ia menjatuhkan dirinya
ke dalam kebinasaan). Maka Umar ibnul Khattab dan Abu Hurairah serta selain
keduanya membantah protes tersebut, lalu mereka membacakan ayat ini: Dan
di antara manusia ada yang mengorbankan dirinya karena mencari keridaan Allah;
dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya. (Al-Baqarah: 207)