TAFSIR AL BAQARAH 205
وَإِذَا تَوَلَّىٰ سَعَىٰ فِى ٱلْأَرْضِ
لِيُفْسِدَ فِيهَا وَيُهْلِكَ ٱلْحَرْثَ وَٱلنَّسْلَ ۗ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ
ٱلْفَسَادَ
Terjemah Arti: Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan. Tafsir Quran Surat Al-Baqarah Ayat 205 205. Apabila ia (orang munafik) berpaling darimu dan berpisah denganmu, ia berusaha keras untuk membuat kerusakan di muka bumi dengan cara berbuat maksiat, merusak tanam-tanaman dan membunuh binatang ternak. Sedangkan Allah tidak menyukai kerusakan di muka bumi dan tidak mencintai orang-orang yang suka membuat kerusakan. Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia 205. وَإِذَا تَوَلَّىٰ (Dan apabila ia berpaling (dari kamu) ) Yakni apabila berpaling dan pergi darimu wahai Muhammad سَعَىٰ فِى الْأَرْضِ (ia berjalan di bumi) Yakni dengan mengerahkan segala upayanya لِيُفْسِدَ فِيهَا (untuk mengadakan kerusakan padanya) Dengan melakukan penghancuran seperti, merencanakan apa yang berbahaya bagi kaum muslimin dan membuat jebakan-jebakan untuk mereka. وَيُهْلِكَ الْحَرْثَ (dan merusak tanam-tanaman) Yakni perkebunan وَالنَّسْلَ ۗ (dan binatang ternak) Dan pendapat lain mengatakan: anak keturunan. وَاللَّـهُ لَا يُحِبُّ الْفَسَادَ (dan Allah tidak menyukai kerusakan) Yakni meliputi segala jenis perbuatan merusak tanpa membedakan kerusakan atas agama maupun atas urusan dunia. Pendapat lain mengatakan makna dari ayat ini adalah orang zalim yang memimpin kekusaan kemudian membuat kerusakan di muka bumi, lalu Allah menahan turunnya hujan sehingga menyebabkan kebinaasan pada tanaman dan binatang ternak. Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H Makna kata: { تَوَلَّىٰ } Tawalla : Kembali dan berpaling, atau dia memiliki kekuasaan. { ٱلۡحَرۡثَ وَٱلنَّسۡلَۚ } Al-Hartsa wan nasl : Al-Harts maknanya tanam-tanaman, dan an-Nasl artinya hewan-hewan. Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I Dan di antara perbuatannya ialah apabila dia berpaling dari engkau, tidak lagi bersama engkau, dia berusaha untuk berbuat kerusakan di bumi, melakukan berbagai kejahatan seperti merusak tanam-tanaman, dan membunuh binatang ternak, kepunyaan orang-orang yang beriman, sedang Allah tidak menyukai hamba-Nya berbuat kerusakan di muka bumi. Dan apabila dikatakan kepadanya, bertakwalah kepada Allah, yakni jangan melakukan perbuatan atau mengucapkan perkataan yang menyebabkan turunnya azab Allah, maka bangkitlah kesombongannya untuk berbuat dosa, ia mengabaikan seruan itu dan dengan sombong ia berbuat dosa, tidak takut kepada ancaman Allah. Maka pantaslah baginya neraka jahanam, dan sungguh jahanam itu tempat tinggal yang terburuk.https://tafsirweb.com/823-quran-surat-al-baqarah-ayat-205.html
TAFSIR IBNU KATSIR. As-Saddi mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Al-Akhnas ibnu Syuraiq As-Saqafi yang datang kepada Rasulullah Saw., lalu menampakkan keislamannya, sedangkan di dalam batinnya memendam kebalikannya.Dari Ibnu Abbas disebutkan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan segolongan orang-orang munafik yang membicarakan perihal Khubaib dan teman-temannya yang gugur di Ar-Raji', orang-orang munafik tersebut mencela mereka. Maka Allah menurunkan firman-Nya yang mencela sikap orang-orang munafik dan memuji sikap Khubaib dan teman-temannya, yaitu: Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridaan Allah. (Al-Baqarah: 207)Menurut pendapat yang lain, ayat ini mengandung celaan terhadap semua orang munafik secara keseluruhan, dan mengandung pujian kepada orang-orang mukmin secara keseluruhan. Pendapat ini dikemukakan oleh Qatadah, Mujahid, dan Ar-Rabi' ibnu Anas serta lainnya; pendapat inilah yang sahih.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan
kepadaku Yunus, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan
kepadaku Al-Lais ibnu Sa'd, dari Khalid ibnu Yazid, dari Sa'id ibnu Abu Hilal,
dari- Al-Qurazi, dari Nauf (yakni Al-Bakkali, ahli dalam membaca kitab-kitab
terdahulu) yang pernah mengatakan: Sesungguhnya aku menjumpai suatu sifat dari
segolongan umat ini di dalam Kitabullah yang telah diturunkan, ada suatu kaum
melakukan tipu muslihat dengan agama untuk meraih keduniawian; lisan mereka
lebih manis daripada madu, telapi kalbu mereka lebih pahit daripada jazam
(kina); mereka menampilkan dirinya di mata orang lain dengan berpakaian bulu
kambing, padahal hati mereka adalah hati serigala. Allah Swt. berfirman,
"Mereka berani terhadap diri-Ku dan mencoba menipu-Ku. Aku bersumpah atas
nama-Ku, Aku benar-benar akan menimpakan kepada mereka suatu fitnah yang
membuat orang yang penyantun (dari kalangan mereka) menjadi kebingungan."
Selanjutnya Al-Qurazi mengatakan, "Setelah kupikirkan dan kubaca di dalam
Al-Qur'an, ternyata kujumpai mereka yang bersifat demikian adalah orang-orang
munafik," sebagaimana tertera di dalam firman-Nya: Dan di antara
manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu dan
dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya. (Al-Baqarah:
204), hingga akhir ayat.Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku
Muhammad ibnu Abu Ma'syar, telah menceritakan kepadaku Abu Ma'syar (yakni
Nujaih) yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar Sa'id Al-Maqbari melakukan
muzakarah bersama Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi. Maka Sa'id mengatakan,
"Sesungguhnya di dalam salah satu kitab-kitab terdahulu disebutkan bahwa
sesungguhnya ada segolongan hamba-hamba yang lisan mereka lebih manis daripada
madu, tetapi hati mereka lebih pahit daripada kina. Mereka menampilkan dirinya
di mata orang-orang dengan pakaian bulu domba yang kelihatan begitu lembut,
mereka menjual agama dengan duniawi. Allah berfirman, 'Kalian berani kurang
ajar terhadap-Ku dan mencoba menipu-Ku. Demi keagungan-Ku, Aku benar-benar akan
menimpakan kepada mereka suatu fitnah yang akan membuat orang yang penyantun
dari kalangan mereka kebingungan'." Maka Muhammad ibnu Ka'b mengatakan,
"Ini terdapat di dalam Kitabullah (Al-Qur'an)." Sa'id bertanya,
"Di manakah hal ini terdapat di dalam Kitabullah!" Muhammad ibnu Ka'b
menjawab bahwa hal tersebut terkandung di dalam firman-Nya: Dan di
antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu.
(Al-Baqarah: 204), hingga akhir ayat. Sa'id mengatakan, "Sesungguhnya aku
telah mengetahui berkenaan dengan siapakah ayat ini diturunkan." Maka
Muhammad ibnu Ka'b menjawab, "Sesungguhnya ayat ini memang diturunkan
berkenaan dengan seorang lelaki, kemudian maknanya umum sesudah itu."
Apa yang dikatakan oleh Al-Qurazi ini hasan lagi
sahih.
*************
Adapun mengenai
firman-Nya:
{وَيُشْهِدُ
اللَّهَ عَلَى مَا فِي قَلْبِهِ}
dan dipersaksikannya
kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya. (Al-Baqarah: 204)
Ibnu Muhaisin membacanya wayasyhadullahu dengan
huruf ya yang di-fathah-kan dan lafzul jalalah yang di-dammah-kan,
sehingga maknanya menjadi seperti berikut: "Dan Allah menyaksikan apa yang
sesungguhnya terkandung di dalam hatinya." Dengan kata lain, sekalipun hal
ini dapat menipu mata kamu, tetapi Allah mengetahui orang yang di dalam hatinya
mengandung keburukan. Perihalnya sama dengan makna yang terkandung di dalam
ayat yang lain, yaitu firman-Nya:
إِذا جاءَكَ
الْمُنافِقُونَ قالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ
إِنَّكَ لَرَسُولُهُ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنافِقِينَ لَكاذِبُونَ
Apabila orang-orang
munafik datang kepadamu, mereka berkata, "Kami mengakui bahwa sesungguhnya
kamu benar-benar Rasul Allah." Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya
kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang
munafik itu benar-benar orang pendusta. (Al-Munafiqun: 1)
Sedangkan menurut bacaan jumhur ulama, huruf ya
dibaca dammah, dan lafzul jalalah dibaca nasab, yaitu: dan
dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) di hatinya. (Al-Baqarah:
204) Makna yang dimaksud ialah bahwa dia menampakkan keislamannya di mata
manusia, sedangkan Allah mengetahui kekufuran dan kemunafikan yang dipendam di
dalam hatinya. Perihalnya sama dengan makna yang terkandung di dalam ayat yang
lain, yaitu firman-Nya:
يَسْتَخْفُونَ مِنَ
النَّاسِ وَلا يَسْتَخْفُونَ مِنَ اللَّهِ
Mereka bersembunyi
dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah. (An-Nisa: 108), hingga akhir ayat.
Demikianlah menurut makna yang diriwayatkan oleh
Ibnu Ishaq, dari Muhammad ibnu Abu Muhammad, dari Ikrimah, dari Sa'id ibnu
Jubair, dari Ibnu Abbas.Menurut pendapat yang lain, makna yang dimaksud ialah
apabila dia ingin menampakkan keislamannya di mata orang-orang, maka ia
bersumpah dan memakai nama Allah dalam sumpahnya itu untuk mendapat kepercayaan
dari mereka bahwa apa yang diucapkan lisannya bersesuaian dengan apa yang ada
dalam hatinya. Pengertian inilah yang sahih, dikatakan oleh Abdur Rahman ibnu
Zaid Aslam dan dipilih oleh Ibnu Jarir. Pendapat ini dinisbatkan sampai kepada
Ibnu Abbas, dan Ibnu Jarir meriwayatkannya melalui Mujahid.
***************
Firman Allah Swt.:
{وَهُوَ
أَلَدُّ الْخِصَامِ}
padahal ia adalah
penantang yang paling keras. (Al-Baqarah: 204)Al-aladd menurut istilah bahasa
artinya yang paling menyimpang (membangkang). Pengertiannya sama dengan yang
terdapat di dalam firman-Nya:
الْأَعْوَجُ وَتُنْذِرَ
بِهِ قَوْماً لُدًّا
dan agar kamu
memberi peringatan dengannya kepada kaum yang membangkang. (Maryam: 97)
Makna yang dimaksud ialah menyimpang
(membangkang). Demikianlah keadaan seorang munafik dalam perdebatannya, ia
selalu berdusta dan melakukan pengelabuan terhadap perkara yang hak serta
menyimpang dari jalan yang benar, bahkan seorang munafik itu selalu
membuat-buat kedustaan dan melampaui batas. Seperti apa yang disebutkan di
dalam hadis sahih dari Rasulullah Saw. yang pernah bersabda:
«آيَةُ
الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ، وَإِذَا
خَاصَمَ فَجَرَ»
Pertanda orang
munafik itu ada tiga: Apabila berbicara, dusta; apabila berjanji, ingkar; dan
apabila bersengketa, curang.
قَالَ
الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا قَبيصةُ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنِ ابْنِ جُرَيج،
عَنِ ابْنِ أَبِي مُلَيْكة، عَنْ عَائِشَةَ تَرْفَعُه قَالَ: "أَبْغَضُ
الرِّجَالِ إِلَى اللَّهِ الألَدُّ الخَصم"
Imam Bukhari
mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qubaisah, telah menceritakan kepada
kami Sufyan, dari Ibnu Juraij, dari Ibnu Abu Mulaikah, dari Siti Aisyah dengan
predikat marfu', yaitu: Sesungguhnya lelaki yang paling dibenci oleh
Allah ialah penantang yang paling keras.
قَالَ:
وَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يَزِيدَ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، حَدَّثَنِي ابْنُ
جُرَيْجٍ، عَنِ ابْنِ أَبِي مُلَيكة، عَنْ عَائِشَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قال: "إن أَبْغَضَ الرِّجَالِ إِلَى اللَّهِ
الْأَلَدُّ الْخَصِمُ"
Imam Bukhari
mengatakan bahwa Abdullah ibnu Yazid mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Sufyan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Juraij, dari Ibnu Abu Mulaikah,
dari Siti Aisyah, dari Nabi Saw. yang pernah bersabda: Sesungguhnya
lelaki yang paling dibenci oleh Allah ialah penantang yang keras.
Hal yang sama diriwayatkan pula oleh Abdur
Razzaq:
عَنْ
مَعْمَر فِي قَوْلِهِ: {وَهُوَ أَلَدُّ الْخِصَامِ} عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، عَنِ
ابْنِ أَبِي مُلَيْكَةَ، عَنْ عَائِشَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ أَبْغَضَ الرجال إلى الله الألد الخصم"
dari Ma'mar
sehubungan dengan makna firman-Nya: padahal ia adalah penantang yang
paling keras. (Al-Baqarah: 204) Dari Ibnu Juraij, dari Ibnu Abu Mulaikah,
dari Siti Aisyah, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Sesungguhnya
lelaki yang paling dimurkai oleh Allah ialah penantang yang paling keras.
**************
Firman Allah Swt:
{وَإِذَا
تَوَلَّى سَعَى فِي الأرْضِ لِيُفْسِدَ فِيهَا وَيُهْلِكَ الْحَرْثَ وَالنَّسْلَ
وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الْفَسَادَ}
Dan apabila ia
berpaling (dari mukamu) ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya,
dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan. (Al-Baqarah: 205)
Dengan kata lain, ucapannya selalu menyimpang
dan perbuatannya jahat. Yang pertama tadi adalah mengenai ucapannya, sedangkan
yang disebutkan di dalam ayat ini mengenai perbuatannya. Yakni perkataannya
dusta belaka dan keyakinannya telah rusak, perbuatannya semua buruk belaka.
Makna as-sa'yu dalam ayat ini sama dengan lafaz
al-qasdu (bertujuan), sebagaimana yang disebutkan di dalam firman lainnya yang
menceritakan perihal Fir'aun:
{ثُمَّ أَدْبَرَ
يَسْعَى* فَحَشَرَ فَنَادَى* فَقَالَ أَنَا رَبُّكُمُ الأعْلَى* فَأَخَذَهُ
اللَّهُ نَكَالَ الآخِرَةِ وَالأولَى* إِنَّ فِي ذَلِكَ لَعِبْرَةً لِمَنْ
يَخْشَى}
Kemudian dia
berpaling seraya berusaha menantang (Musa). Maka dia mengumpulkan
(pembesar-pembesarnya), lalu berseru memanggil kaumnya (seraya) berkata,
"Akulah tuhan kalian yang paling tinggi." Maka Allah mengazabnya
dengan azab di akhirat dan azab di dunia. Sesungguhnya yang demikian ilu
terdapat pelajaran bagi orang yang takut (kepada Tuhannya). (An-Nazi'at: 22-26)
Allah Swt. telah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا إِذا نُودِيَ لِلصَّلاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلى ذِكْرِ
اللَّهِ
Hai orang-orang yang
beriman, apabila diseru untuk menunaikan salat pada hari Jumat, maka
bersegeralah kalian mengingat Allah. (Al-Jumu'ah: 9)Yakni segeralah kalian berangkat menuju tempat salat
Jumat, karena sesungguhnya pengertian sa'yu secara konkret yakni berlari kecil
menuju tempat salat merupakan perbuatan yang bertentangan dengan sunnah Nabi
Saw. yang mengatakan:
"إِذَا
أَتَيْتُمُ الصَّلَاةَ فَلَا تَأْتُوهَا وَأَنْتُمْ تَسْعَوْن، وَأْتُوهَا
وَعَلَيْكُمُ السكينةُ وَالْوَقَارُ".
Apabila kalian
mendatangi salat, janganlah kalian mendatanginya dengan berlari-lari kecil,
tetapi datangilah salat dengan langkah yang tenang dan anggun.Orang munafik yang disebutkan dalam ayat ini
(Al-Baqarah: 205) adalah orang munafik yang perbuatannya hanyalah membuat
kerusakan di muka bumi dan membinasakan tanam-tanaman, termasuk ke dalam
pengertian ini persawahan dan buah-buahan, juga ternak, yang keduanya merupakan
makanan pokok bagi manusia.
Mujahid mengatakan, "Apabila terjadi
kerusakan di muka bumi, karena Allah mencegah turunnya hujan, maka binasalah
tanam-tanaman dan binatang ternak." dan Allah tidak menyukai
kebinasaan. (Al-Baqarah: 205) Artinya, Allah tidak menyukai orang yang
bersifat suka merusak, tidak suka pula kepada orang yang melakukannya.
**********
Firman Allah Swt.:
{وَإِذَا
قِيلَ لَهُ اتَّقِ اللَّهَ أَخَذَتْهُ الْعِزَّةُ بِالإثْمِ}
Dan apabila
dikatakan kepadanya, "Bertakwalah kepada Allah", bangkitlah
kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. (Al-Baqarah: 206)Apabila orang yang durhaka ini
diberi nasihat agar mengubah bicara dan perbuatannya dan dikatakan kepadanya,
"Bertakwalah kepada Allah, dan berhentilah dari cara bicara dan perbuatanmu
itu, serta kembalilah ke jalan yang benar," maka ia menolak dan
membangkang, timbullah rasa fanatisme dan kemarahannya yang menyebabkan dia
melakukan dosa. Makna ayat ini serupa dengan makna ayat lainnya, yaitu
firman-Nya:
{وَإِذَا تُتْلَى
عَلَيْهِمْ آيَاتُنَا بَيِّنَاتٍ تَعْرِفُ فِي وُجُوهِ الَّذِينَ كَفَرُوا
الْمُنْكَرَ يَكَادُونَ يَسْطُونَ بِالَّذِينَ يَتْلُونَ عَلَيْهِمْ آيَاتِنَا
قُلْ أَفَأُنَبِّئُكُمْ بِشَرٍّ مِنْ ذَلِكُمُ النَّارُ وَعَدَهَا اللَّهُ
الَّذِينَ كَفَرُوا وَبِئْسَ الْمَصِيرُ}
Dan apabila
dibacakan di hadapan mereka ayat-ayat Kami yang terang, niscaya kamu melihat
tanda-tanda keingkaran pada muka orang-orang yang kafir itu. Hampir-hampir
mereka menyerang orang-orang yang membacakan ayat-ayat Kami di hadapan mereka.
Katakanlah, "Apakah akan aku kabarkan kepada kalian yang lebih buruk
daripada itu, yaitu neraka?’ Allah telah mengancamkannya kepada orang-orang
yang kafir. Dan neraka itu adalah seburuk-buruknya tempat kembali. (Al-Hajj: 72)Karena itulah maka Allah Swt.
berfirman dalam ayat ini:
{فَحَسْبُهُ جَهَنَّمُ
وَلَبِئْسَ الْمِهَادُ}
Maka cukuplah
(balasannya) neraka Jahannam. Dan sungguh neraka Jahannam itu tempat tinggal
yang seburuk-buruknya. (Al-Baqarah: 206)Yakni
neraka sudah cukup sebagai pembalasannya.
************
Firman Allah Swt.:
{وَمِنَ
النَّاسِ مَنْ يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاةِ اللَّهِ}
Dan di antara
manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridaan Allah. (Al-Baqarah: 207)
Setelah Allah menyebutkan sifat orang-orang
munafik yang tercela itu, pada ayat berikutnya Allah menyebutkan sifat
orang-orang mukmin yang terpuji. Untuk itu Allah Swt. berfirman: Dan di
antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridaan
Allah. (Al-Baqarah: 207)
Menurut Ibnu Abbas, Anas, Sa'id ibnul Musayyab,
Abu Usman An-Nahdi, Ikrimah, dan sejumlah ulama lainnya, ayat ini diturunkan
berkenaan dengan Suhaib ibnu Sinan Ar-Rumi. Demikian itu terjadi ketika Suhaib
telah masuk Islam di Mekah dan bermaksud untuk hijrah, lalu ia dihalang-halangi
oleh orang-orang kafir Mekah karena membawa hartanya. Mereka mempersyaratkan
'jika Suhaib ingin hijrah, ia harus melepaskan semua harta bendanya, maka
barulah ia diperbolehkan hijrah'. Ternyata Suhaib bersikeras hijrah, dan
melepas semua harta bendanya, demi melepaskan dirinya dari cengkeraman
orang-orang kafir Mekah; maka ia terpaksa menyerahkan harta bendanya kepada
mereka, dan ikut hijrah bersama Nabi Saw. Lalu turunlah ayat ini, dan Umar
ibnul Khattab beserta sejumlah sahabat lainnya menyambut kedatangannya di
pinggiran kota Madinah, lalu mereka mengatakan kepadanya, "Alangkah
beruntungnya perniagaanmu." Suhaib berkata kepada mereka, "Demikian
pula kalian, aku tidak akan membiarkan Allah merugikan perniagaan kalian dan
apa yang aku lakukan itu tidak ada apa-apanya." Kemudian diberitakan
kepadanya bahwa Allah telah menurunkan ayat ini berkenaan dengan peristiwa
tersebut.Menurut suatu riwayat, Rasulullah Saw. bersabda kepada Suhaib:
"ربِح
الْبَيْعُ صُهَيْبُ، رَبِحَ الْبَيْعُ صُهَيْبُ"
Suhaib telah
beruntung dalam perniagaannya.
قَالَ
ابْنُ مَرْدُويه: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ
بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بن رُسْتَة، حدثنا سليمان ابن دَاوُدَ، حَدَّثَنَا جَعْفَرُ
بْنُ سُلَيْمَانَ الضَبَعي، حَدَّثَنَا عَوْفٌ، عَنْ أَبِي عُثْمَانَ
النَّهْدِيِّ، عَنْ صُهَيْبٍ قَالَ: لَمَّا أردتُ الْهِجْرَةَ مِنْ مَكَّةَ إِلَى
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ لِي قُرَيْشٌ: يَا صهيبُ،
قَدمتَ إِلَيْنَا وَلَا مَالَ لك، وَتَخْرُجُ
أَنْتَ وَمَالُكَ! وَاللَّهِ لَا يَكُونُ ذَلِكَ أَبَدًا. فَقُلْتُ لَهُمْ:
أَرَأَيْتُمْ إِنْ دَفَعْتُ إِلَيْكُمْ مَالِي تُخَلُّون عَنِّي؟ قَالُوا: نَعَمْ.
فدفعتُ إِلَيْهِمْ مَالِي، فخلَّوا عَنِّي، فَخَرَجْتُ حَتَّى قدمتُ الْمَدِينَةَ.
فَبَلَغَ ذَلِكَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ:
"رَبح صهيبُ، رَبِحَ صُهَيْبٌ" مَرَّتَيْنِ
Ibnu Murdawaih
mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ibrahim, telah
menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah ibnu Rustuh, telah menceritakan
kepada kami Sulaiman ibnu Daud, telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu
Sulai-man Ad-Dabbi, telah menceritakan kepada kami Auf, dari Abu Usman
An-Nahdi, dari Suhaib yang menceritakan: Ketika aku hendak hijrah dari Mekah
kepada Nabi Saw. (di Madinah), maka orang-orang Quraisy berkata kepadaku,
"Hai Suhaib, kamu datang kepada kami pada mulanya tanpa harta, sedangkan
sekarang kamu hendak keluar meninggalkan kami dengan harta bendamu. Demi Allah,
hal tersebut tidak boleh terjadi selamanya." Maka kukatakan kepada mereka,
"Bagaimanakah menurut kalian jika aku berikan kepada kalian semua hartaku,
lalu kalian membiarkan aku pergi.? Mereka menjawab, "Ya, kami
setuju." Maka kuserahkan hartaku kepada mereka dan mereka membiarkan aku
pergi. Lalu aku berangkat hingga sampai di Madinah. Ketika berila ini sampai
kepada Nabi Saw., maka beliau bersabda, "Suhaib telah beruntung
dalam perniagaannya, Suhaib telah beruntung dalam perniagaannya,"
sebanyak dua kali.Hammad ibnu Salamah meriwayatkan dari Ali ibnu Zaid, dari Sa'id
ibnul Musayyab yang menceritakan bahwa Suhaib berangkat berhijrah untuk
bergabung dengan Nabi Saw. (di Madinah), lalu ia dikejar oleh sejumlah
orang-orang Quraisy. Maka Suhaib turun dari unta kendaraannya dan mencabut anak
panah yang ada pada wadah anak panahnya, lalu ia berkata, "Hai orang-orang
Quraisy, sesungguhnya kalian telah mengetahui bahwa aku adalah orang yang
paling mahir dalam hal memanah di antara kalian semua. Demi Allah, kalian tidak
akan sampai kepadaku hingga aku melemparkan semua anak panah yang ada pada
wadah panahku ini, kemudian aku memukul dengan pedangku selagi masih ada
senjata di tanganku. Setelah itu barulah kalian dapat berbuat sesuka hati
kalian terhadap diriku. Tetapi jika kalian suka, aku akan tunjukkan kepada
kalian semua harta bendaku dan budak-budakku di Mekah buat kalian semua, tetapi
kalian jangan menghalang-halangi jalanku." Mereka menjawab,
"Ya." Ketika Suhaib datang ke Madinah, maka Nabi Saw.
bersabda: Beruntunglah jual belinya. Perawi melanjutkan
kisahnya, bahwa sehubungan dengan peristiwa tersebut turunlah ayat berikut,
yaitu firman-Nya: Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan
dirinya karena mencari keridaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada
hamba-hamba-Nya. (Al-Baqarah: 207)Menurut kebanyakan mufassirin, ayat ini
diturunkan berkenaan dengan semua mujahid yang berjuang di jalan Allah. Seperti
pengertian yang terkandung di dalam firman-Nya:
{إِنَّ اللَّهَ
اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ
الْجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْدًا
عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالإنْجِيلِ وَالْقُرْآنِ وَمَنْ أَوْفَى
بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّهِ فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ
وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ}
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang
mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka
berperang di jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah
menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan Al-Qur'an. Dan
siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) dari Allah? Maka bergembiralah
dengan jual beli yang telah kalian lakukan itu, dan itulah kemenangan yang
besar. (At-Taubah:
111)Ketika Hisyam ibnu Amir maju menerjang kedua sayap barisan musuh, sebagian
orang memprotes perbuatannya itu (dan mengatakan bahwa ia menjatuhkan dirinya
ke dalam kebinasaan). Maka Umar ibnul Khattab dan Abu Hurairah serta selain
keduanya membantah protes tersebut, lalu mereka membacakan ayat ini: Dan
di antara manusia ada yang mengorbankan dirinya karena mencari keridaan Allah;
dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya. (Al-Baqarah: 207). http://www.ibnukatsironline.com/2015/04/tafsir-surat-al-baqarah-ayat-204-207.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar