Cari Blog Ini

Sabtu, 05 September 2020

TAFSIR AL BAQARAH 200

 

Tafsir Al Baqarah 198

فَإِذَا قَضَيْتُم مَّنَٰسِكَكُمْ فَٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ كَذِكْرِكُمْ ءَابَآءَكُمْ أَوْ أَشَدَّ ذِكْرًا ۗ فَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَقُولُ رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِى ٱلدُّنْيَا وَمَا لَهُۥ فِى ٱلْءَاخِرَةِ مِنْ خَلَٰقٍ

Terjemah Arti: Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berdzikirlah dengan menyebut Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu, atau (bahkan) berdzikirlah lebih banyak dari itu. Maka di antara manusia ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia", dan tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat.

Tafsir Quran Surat Al-Baqarah Ayat 200

200. Apabila kalian telah menyelesaikan rangkaian kegiatan ibadah haji, maka berzikirlah kepada Allah dan perbanyaklah mengucapkan pujian kepada-Nya, sebagaimana kalian membanggakan dan memuji leluhur kalian, atau lebih dari itu. Karena setiap nikmat yang kalian rasakan itu sejatinya berasal dari Allah. Tetapi manusia berbeda-beda; ada orang yang kafir dan musyrik yang hanya percaya terhadap kehidupan dunia saja, sehingga dia tidak meminta dari tuhannya selain kenikmatan dan perhiasan dunia saja, seperti kesehatan, kekayaan dan keturunan. Dan orang semacam itu tidak akan mendapatkan kenikmatan yang Allah janjikan kepada hamba-hamba-Nya yang mukmin di akhirat kelak, karena orang kafir dan musyrik itu hanya menginginkan (kebahagiaan hidup di) dunia dan tidak menginginkan (kebahagiaan hidup di) akhirat. Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia 200. Apabila kalian telah selesai dari amalan-amalan haji maka perbanyaklah berzikir kepada Allah dengan bertahlil, bertakbir, dan dengan pujian-pujian kepada-Nya sebagaimana kalian menyebut dan membangga-banggakan para pendahulu kalian, atau lebih baik dari itu. Sebagian manusia hanya memohon urusan dunia, mereka tidak akan mendapat bagian dari kenikmatan akhirat, sebab yang mereka pentingkan hanyalah dunia.
Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji seperti tawaf, sai, wukuf di arafah, bermalam di muzdalifah, melempar jamrah, tahalul, dan tawaf wada', maka berzikirlah kepada Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut nenek moyang kamu dalam tradisi jahiliah dengan khidmat, khusyuk, dan takzim; bahkan berzikirlah kepada Allah dengan lebih takzim dari itu. Maka di antara manusia ada yang berdoa, ya tuhan kami! berilah kami kebaikan di dunia, seperti hidup yang sehat, harta yang banyak, dan keturunan yang cerdas sehingga terhormat dan bermartabat, tetapi di akhirat dia tidak memperoleh bagian apa pun karena tidak beriman dan beramal saleh.Referensi:https://tafsirweb.com/725-quran-surat-al-baqarah-ayat-200.html

TAFSIR QURAISH SHIHAB. Apabila kalian telah menyelesaikan manasik haji dan meninggalkan sikap berbangga-bangga terhadap leluhur sebagaimana biasa kalian lakukan pada masa jahiliah, kini berzikirlah dan agungkanlah Tuhan kalian. Berzikirlah dengan menyebut nama Allah sebagaimana kalian dahulu menyebut dan berbangga-bangga dengan leluhur. Bahkan, berzikir kepada Allah itu seharusnya lebih banyak ketimbang membangga- banggakan leluhur. Sebab Dialah yang telah memberikan karunia, bukan saja kepada kalian, tetapi juga kepada leluhur yang kalian bangga-banggakan itu. Dan tempat-tempat melakukan ibadah haji itu, seluruhnya merupakan tempat yang baik untuk berdoa dan meminta karunia dan rahmat Allah. Hanya saja ada di antara jamaah haji itu yang hanya berdoa untuk kemaslahatan dunia dengan melupakan kepentingan akhirat. Orang-orang seperti itu tidak akan mendapatkan apa-apa di akhirat kelak. https://tafsirq.com/2-al-baqarah/ayat-200#tafsir-quraish-shihab

TAFSIR JALALAYN. (Apabila kamu telah menyelesaikan) atau menjalankan (ibadah hajimu) maksudnya, telah melempar jumrah Aqabah, telah tawaf, telah berada di Mina, (maka berzikirlah kepada Allah) dengan bertakbir dan menyanjung-Nya (sebagaimana kamu menyebut-nyebut nenek-moyangmu) yang kamu lakukan setelah haji untuk membangga-banggakan mereka (bahkan lebih banyak lagi dari itu) artinya lebih banyak dari ingatanmu kepada nenek-moyangmu itu. 'Asyadda' mendapat baris di atas disebabkan kedudukannya sebagai 'hal' dari 'dzikr' yang manshub oleh 'udzkuruu'. Seandainya ia terletak di belakangnya, maka ia akan menjadi sifat atau na`atnya. (Di antara manusia ada yang berdoa, "Ya Tuhan kami! Berilah kami) bagian kami (di dunia"), sehingga ia pun diberikan bagian itu (dan tiadalah ia di akhirat mendapat bagian) yang menyenangkan. https://tafsirq.com/2-al-baqarah/ayat-200#tafsir-jalalayn

TAFSFIR IBNU KATSIR. Asbabun Nuzul ayat ini adalah: “Bahwa orang-orang Jahiliyah wukuf di musim pasar. Sebagian dari mereka selalu membangga-banggakan nenek moyangnya yang telah membagi-bagikan makanan, meringankan beban, serta membayarkan diyat (denda orang lain). Dengan kata lain, di saat wukuf itu mereka menyebut-nyebut apa yang pernah dilakukan oleh nenek moyangnya. Maka turun ayat ini sebagai petunjuk apa yang harus dilakukan di saat wukuf.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu Abbas).Asbabun Nuzul lainnya: “Orang-orang di masa itu apabila telah melakukan manasik, berdiri di sisi jumrah menyebut-nyebut jasa nenek moyang di zaman Jahiliyah. Maka turunlah ayat ini sebagai petunjuk apa yang harus dilakukan di sisi jumrah.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Mujahid).Asbabun Nuzul menurut riwayat lain: “Salah satu suku bangsa Arab, sesampainya di tempat wukuf, mereka berdoa: “Ya Allah, semoga Allah menjadikan tahun ini tahun yang banyak hujan, tahun makmur yang membawa kemajuan dan kebaikan.” Mereka tidak menyebut-nyebut urusan akhirat sama sekali. Maka Allah Ta’ala menurunkan ayat 200 sebagai petunjuk bagaimana seharusnya berdoa. Setelah itu kaum Muslimin berdoa sesuai dengan petunjuk dalam Al-Quran dalam ayat 201 yang kemudian ditegaskan oleh Allah Ta’ala dengan ayat berikutnya, yaitu ayat 202.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu Abbas)

Firman-Nya (فإذا أفضتم مناسككم فاذكروا الله) Allah Ta’ala memerintahkan hamba-hamba-Nya agar menyuruh banyak berzikir kepada-Nva seusai menyelesaikan amalan manasik haji.

Firman-Nya (كذكركم آباءكم) para ulama masih berbeda pendapat mengenai makna firman Allah Ta’ala tersebut. Ibnu Juraij meriwayatkan, dari Atha’, ia menuturkan, “Yaitu seperti ucapan seorang anak: “Bapak, Ibu.” Artinya, sebagaimana seorang anak senantiasa mengingat ayah dan ibunya. Demikian juga dengan anda sekalian, berdzikirlah kepada Allah Ta’ala setelah selesai melaksanakan manasik haji.” Hal yang sama juga dikemukakan oleh Adh-Dhahhak, dan Rabi’ bin Anas. Hal senada juga diriwayatkan Ibnu Jarir dari Ibnu Abbas.

Firman-Nya (فاذكروا الله كذكركم آباءكم أو أشد ذكرا) Sa’id bin Jubair meriwayatkan, dari Ibnu Abbas: “Dahulu, ketika masyarakat Jahiliyah berwukuf di musim haji, salah seorang di antara mereka mengatakan, ‘Ayahku suka memberi makan, menanggung beban, dan menanggung diat orang lain.’ Mereka tidak menyebut-nyebut kecuali apa yang pernah dikerjakan bapak-bapak mereka. Kemudian Allah menurunkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ayat ini.” Maksud dari firman ini adalah perintah untuk memperbanyak zikir kepada Allah Ta’ala. Dan kata (أو) (atau) dalam ayat itu dimaksudkan untuk menegaskan keserupaan dalam berita, seperti halnya firman-Nya dalam Surah Al-Baqarah ayat 74 yang artinya: “Hati kamu itu menjadi keras seperti batu atau bahkan lebih keras lagi.” Dan dalam Surah An-Najm ayat 9 yang artinya: “Maka jadilah ia dekat (kepada Muhammad) dua ujung busur panah, atau bahkan lebih dekat lagi.” Dengan demikian, kata “atau” di sini bukan menunjukkan keraguan, tetapi untuk menegaskan suatu berita atau (keadaan berita itu) lebih daripada itu. Allah Ta’ala membimbing para hamba-Nya untuk berdo’a kepada-Nya setelah banyak berzikir kepada-Nya, karena saat itu merupakan waktu terkabulnya do’a. Pada sisi lain, Dia mencela orang-orang yang tidak mau memohon kepada-Nya kecuali untuk urusan dunia semata dan memalingkan diri dari urusan akhiratnya. Firman-Nya (فمن الناس من يقول ربنا آتنا في الدنيا وماله في الآخرة من خلاق) maksudnya ayat ini mengandung celaan sekaligus pencegahan dari tindakan menyerupai orang yang melakukan hal itu. Diriwayatkan oleh Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Abbas, “Ada suatu kaum dari masyarakat Badui yang datang ke tempat wuquf, lalu mereka berdo’a: “Ya Allah, jadikanlah tahun ini sebagai tahun yang banyak turun hujan, tahun kesuburan, dan tahun kelahiran anak yang baik.’” Dan mereka sama sekali tidak menyebutkan urusan akhirat. Maka Allah menurunkan firman-Nya ini. http://baitsyariah.blogspot.com/2019/02/surah-al-baqarah-ayat-200-tafsir-ibnu.html

 

 

 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar