Tafsir Al Baqarah 198
فَإِذَا قَضَيْتُم مَّنَٰسِكَكُمْ فَٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ
كَذِكْرِكُمْ ءَابَآءَكُمْ أَوْ أَشَدَّ ذِكْرًا ۗ فَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَقُولُ
رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِى ٱلدُّنْيَا وَمَا لَهُۥ فِى ٱلْءَاخِرَةِ مِنْ خَلَٰقٍ
Terjemah Arti: Apabila kamu telah
menyelesaikan ibadah hajimu, maka berdzikirlah
dengan menyebut Allah, sebagaimana kamu
menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu, atau (bahkan) berdzikirlah lebih banyak dari itu. Maka di antara
manusia ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di
dunia", dan tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat.
Tafsir Quran Surat Al-Baqarah Ayat 200
200. Apabila kalian telah menyelesaikan
rangkaian kegiatan ibadah haji, maka berzikirlah kepada Allah dan perbanyaklah
mengucapkan pujian kepada-Nya, sebagaimana kalian membanggakan dan memuji
leluhur kalian, atau lebih dari itu. Karena setiap nikmat yang kalian rasakan
itu sejatinya berasal dari Allah. Tetapi manusia berbeda-beda; ada orang yang
kafir dan musyrik yang hanya percaya terhadap kehidupan dunia saja, sehingga
dia tidak meminta dari tuhannya selain kenikmatan dan perhiasan dunia saja,
seperti kesehatan, kekayaan dan keturunan. Dan orang semacam itu tidak akan
mendapatkan kenikmatan yang Allah janjikan kepada hamba-hamba-Nya yang mukmin
di akhirat kelak, karena orang kafir dan musyrik itu hanya menginginkan
(kebahagiaan hidup di) dunia dan tidak menginginkan (kebahagiaan hidup di)
akhirat. Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia 200.
Apabila kalian telah selesai dari amalan-amalan haji maka perbanyaklah berzikir
kepada Allah dengan bertahlil, bertakbir, dan dengan pujian-pujian kepada-Nya
sebagaimana kalian menyebut dan membangga-banggakan para pendahulu kalian, atau
lebih baik dari itu. Sebagian manusia hanya memohon urusan dunia, mereka tidak
akan mendapat bagian dari kenikmatan akhirat, sebab yang mereka pentingkan
hanyalah dunia.
Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz
Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I Apabila
kamu telah menyelesaikan ibadah haji seperti tawaf, sai, wukuf di arafah,
bermalam di muzdalifah, melempar jamrah, tahalul, dan tawaf wada', maka
berzikirlah kepada Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut nenek moyang kamu
dalam tradisi jahiliah dengan khidmat, khusyuk, dan takzim; bahkan berzikirlah
kepada Allah dengan lebih takzim dari itu. Maka di antara manusia ada yang
berdoa, ya tuhan kami! berilah kami kebaikan di dunia, seperti hidup yang
sehat, harta yang banyak, dan keturunan yang cerdas sehingga terhormat dan
bermartabat, tetapi di akhirat dia tidak memperoleh bagian apa pun karena tidak
beriman dan beramal saleh.Referensi:https://tafsirweb.com/725-quran-surat-al-baqarah-ayat-200.html
TAFSIR QURAISH SHIHAB. Apabila
kalian telah menyelesaikan manasik haji dan meninggalkan sikap berbangga-bangga
terhadap leluhur sebagaimana biasa kalian lakukan pada masa jahiliah, kini
berzikirlah dan agungkanlah Tuhan kalian. Berzikirlah dengan menyebut nama
Allah sebagaimana kalian dahulu menyebut dan berbangga-bangga dengan leluhur.
Bahkan, berzikir kepada Allah itu seharusnya lebih banyak ketimbang membangga-
banggakan leluhur. Sebab Dialah yang telah memberikan karunia, bukan saja
kepada kalian, tetapi juga kepada leluhur yang kalian bangga-banggakan itu. Dan
tempat-tempat melakukan ibadah haji itu, seluruhnya merupakan tempat yang baik
untuk berdoa dan meminta karunia dan rahmat Allah. Hanya saja ada di antara jamaah
haji itu yang hanya berdoa untuk kemaslahatan dunia dengan melupakan
kepentingan akhirat. Orang-orang seperti itu tidak akan mendapatkan apa-apa di
akhirat kelak. https://tafsirq.com/2-al-baqarah/ayat-200#tafsir-quraish-shihab
TAFSIR
JALALAYN. (Apabila kamu telah menyelesaikan) atau menjalankan (ibadah hajimu)
maksudnya, telah melempar jumrah Aqabah, telah tawaf, telah berada di Mina,
(maka berzikirlah kepada Allah) dengan bertakbir dan menyanjung-Nya
(sebagaimana kamu menyebut-nyebut nenek-moyangmu) yang kamu lakukan setelah
haji untuk membangga-banggakan mereka (bahkan lebih banyak lagi dari itu)
artinya lebih banyak dari ingatanmu kepada nenek-moyangmu itu. 'Asyadda'
mendapat baris di atas disebabkan kedudukannya sebagai 'hal' dari 'dzikr' yang
manshub oleh 'udzkuruu'. Seandainya ia terletak di belakangnya, maka ia akan
menjadi sifat atau na`atnya. (Di antara manusia ada yang berdoa, "Ya Tuhan
kami! Berilah kami) bagian kami (di dunia"), sehingga ia pun diberikan
bagian itu (dan tiadalah ia di akhirat mendapat bagian) yang menyenangkan.
https://tafsirq.com/2-al-baqarah/ayat-200#tafsir-jalalayn
TAFSFIR
IBNU KATSIR. Asbabun Nuzul ayat ini adalah: “Bahwa orang-orang Jahiliyah
wukuf di musim pasar. Sebagian dari mereka selalu membangga-banggakan nenek
moyangnya yang telah membagi-bagikan makanan, meringankan beban, serta
membayarkan diyat (denda orang lain). Dengan kata lain, di saat wukuf itu
mereka menyebut-nyebut apa yang pernah dilakukan oleh nenek moyangnya. Maka
turun ayat ini sebagai petunjuk apa yang harus dilakukan di saat wukuf.”
(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu Abbas).Asbabun
Nuzul lainnya: “Orang-orang di masa itu apabila telah melakukan manasik,
berdiri di sisi jumrah menyebut-nyebut jasa nenek moyang di zaman Jahiliyah.
Maka turunlah ayat ini sebagai petunjuk apa yang harus dilakukan di sisi
jumrah.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Mujahid).Asbabun
Nuzul menurut riwayat lain: “Salah satu suku bangsa Arab, sesampainya di tempat
wukuf, mereka berdoa: “Ya Allah, semoga Allah menjadikan tahun ini tahun yang
banyak hujan, tahun makmur yang membawa kemajuan dan kebaikan.” Mereka tidak
menyebut-nyebut urusan akhirat sama sekali. Maka Allah Ta’ala menurunkan ayat
200 sebagai petunjuk bagaimana seharusnya berdoa. Setelah itu kaum Muslimin
berdoa sesuai dengan petunjuk dalam Al-Quran dalam ayat 201 yang kemudian
ditegaskan oleh Allah Ta’ala dengan ayat berikutnya, yaitu ayat 202.”
(Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu Abbas)
Firman-Nya
(فإذا أفضتم مناسككم فاذكروا الله) Allah Ta’ala memerintahkan hamba-hamba-Nya agar menyuruh
banyak berzikir kepada-Nva seusai menyelesaikan amalan manasik haji.
Firman-Nya
(كذكركم آباءكم) para ulama masih berbeda pendapat mengenai makna firman Allah
Ta’ala tersebut. Ibnu Juraij meriwayatkan, dari Atha’, ia menuturkan, “Yaitu
seperti ucapan seorang anak: “Bapak, Ibu.” Artinya, sebagaimana seorang anak
senantiasa mengingat ayah dan ibunya. Demikian juga dengan anda sekalian,
berdzikirlah kepada Allah Ta’ala setelah selesai melaksanakan manasik haji.”
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Adh-Dhahhak, dan Rabi’ bin Anas. Hal senada
juga diriwayatkan Ibnu Jarir dari Ibnu Abbas.
Firman-Nya
(فاذكروا الله كذكركم آباءكم أو أشد ذكرا) Sa’id bin Jubair meriwayatkan, dari Ibnu
Abbas: “Dahulu, ketika masyarakat Jahiliyah berwukuf di musim haji, salah
seorang di antara mereka mengatakan, ‘Ayahku suka memberi makan, menanggung
beban, dan menanggung diat orang lain.’ Mereka tidak menyebut-nyebut kecuali
apa yang pernah dikerjakan bapak-bapak mereka. Kemudian Allah menurunkan kepada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ayat ini.” Maksud dari firman ini
adalah perintah untuk memperbanyak zikir kepada Allah Ta’ala. Dan kata (أو) (atau)
dalam ayat itu dimaksudkan untuk menegaskan keserupaan dalam berita, seperti
halnya firman-Nya dalam Surah Al-Baqarah ayat 74 yang artinya: “Hati kamu itu
menjadi keras seperti batu atau bahkan lebih keras lagi.” Dan dalam Surah
An-Najm ayat 9 yang artinya: “Maka jadilah ia dekat (kepada Muhammad) dua ujung
busur panah, atau bahkan lebih dekat lagi.” Dengan demikian, kata “atau” di
sini bukan menunjukkan keraguan, tetapi untuk menegaskan suatu berita atau
(keadaan berita itu) lebih daripada itu. Allah Ta’ala membimbing para hamba-Nya
untuk berdo’a kepada-Nya setelah banyak berzikir kepada-Nya, karena saat itu
merupakan waktu terkabulnya do’a. Pada sisi lain, Dia mencela orang-orang yang
tidak mau memohon kepada-Nya kecuali untuk urusan dunia semata dan memalingkan
diri dari urusan akhiratnya. Firman-Nya (فمن الناس من
يقول ربنا آتنا في الدنيا وماله في الآخرة من خلاق) maksudnya ayat ini mengandung celaan sekaligus pencegahan dari
tindakan menyerupai orang yang melakukan hal itu. Diriwayatkan oleh Sa’id bin
Jubair, dari Ibnu Abbas, “Ada suatu kaum dari masyarakat Badui yang datang ke
tempat wuquf, lalu mereka berdo’a: “Ya Allah, jadikanlah tahun ini sebagai
tahun yang banyak turun hujan, tahun kesuburan, dan tahun kelahiran anak yang
baik.’” Dan mereka sama sekali tidak menyebutkan urusan akhirat. Maka Allah
menurunkan firman-Nya ini. http://baitsyariah.blogspot.com/2019/02/surah-al-baqarah-ayat-200-tafsir-ibnu.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar