TAFSIR AL BAQARAH 204
وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يُعْجِبُكَ
قَوْلُهُۥ فِى ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا وَيُشْهِدُ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا فِى
قَلْبِهِۦ وَهُوَ أَلَدُّ ٱلْخِصَامِ
Terjemah Arti: Dan di antara
manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan
dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah
penantang yang paling keras. Tafsir Quran Surat Al-Baqarah Ayat 204 204.
Di antara manusia ada orang munafik yang ucapannya di dunia ini memikat hatimu
-wahai Nabi-. Engkau melihat tutur katanya sangat bagus sehingga engkau
menyangka bahwa ucapannya itu jujur dan tulus. Padahal sesungguhnya tujuan
utamanya ialah menyelamatkan diri dan hartanya. Ia mempersaksikan kepada Allah
keimanan dan kebaikan yang ada di dalam hatinya, padahal sejatinya ia berdusta.
Dan ia sangat keras perseteruan dan permusuhannya kepada umat Islam. Tafsir
Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia 204-205. Allah memperingatkan
Nabi Muhammad dan kaum muslimin dari orang-orang munafik: Sebagian orang
munafik membuatmu takjub dengan perkataan mereka yang sangat fasih dan bermanis
kata kepada orang-orang beriman, dan mereka bersumpah atas kesungguhan hati
mereka dalam mencintai Rasulullah dan Islam; padahal mereka adalah orang yang
paling besar kebencian dan permusuhannya terhadap orang-orang beriman, dan jika
mereka pergi dari sisimu mereka akan sekuat tenaga melakukan kerusakan di muka
bumi, menghancurkan bangunan, tanaman, dan keturunan. Sungguh Allah tidak
menyukai dan tidak meridhai perbuatan merusak. Tafsir Al-Madinah
Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr.
Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an Universitas Islam Madinah
204. وَمِنَ
النَّاسِ (Dan di antara manusia) Mereka adalah segolongan orang-orang
munafik yang menunjukkan keimanan mereka dan menyembunyikan kekufuran. Ayat ini
diturunkan untuk seorang munafik yang keluar dari pertemuan dengan Nabi
Muhammad kemudian melewati kebun dan sekumpulan unta milik kaum muslimin, lalu
dia membakar kebun dan menyembelih unta-unta tersebut. وَيُشْهِدُ اللَّـهَ عَلَىٰ مَا فِى قَلْبِهِۦ
(dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya) Yakni
bersumpah atas hal itu dengan berkata: Sungguh Allah bersaksi apa yang ada di
hatiku adalah kecintaan kepada Allah dan kepada Islam. ألد (penantang yang paling keras) Yakni yang suka berselisih dengan
keras Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al
Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah 204. Beberapa manusia,
yaitu orang-orang munafik itu ada yang ucapannya tentang dunia mengejutkanmu
wahai Nabi, yaitu bahwa dia beriman kepada Allah dan rasulNya, serta bersumpah
tentang kebenaran isi hatinya yang berupa kecintaan kepada rasul atau islam
sedangkan dia itu penantang paling dahsyat di antara manusia. Ath-Thabary
meriwayatkan dari As-Suddy bahwa ayat 204 sampai 206 diturunkan untuk Ahnas bin
Syuraiq yang mendatangi rasulullah SAW dan menunjukkan keislamannya kemudian
dia pergi dan bertemu dengan tanaman dan keledai milik orang-orang mukmin, lalu
dia membakar tanaman dan membantai keledai itu. Kemudian Allah menurunkan ayat
ini Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih
dan tafsir negeri Suriah Allah mengabarkan bahwasannya sebagian orang-orang
munafik jika berbicara akan membuat takjub pendengar dengan ucapannya karena
sebab kefasihan dan keindahan bahasa akan tetapi Allah mengabarkan dihati
mereka terdapat kebohongan baik antara lisan dan kenyakinan; bahkan orang-orang
munafik adalah musuh Allah dan rasul-Nya serta orang-orang yang beriman.Tafsir
as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H
Makna kata: { يُعۡجِبُكَ }
Yu’jibuka : Membuatmu terpukau dan engkau menganggapnya bagus. { في الدنيا } Fiddunya : Jika berbicara mengenai masalah duniawi. { أَلَدُّ ٱلۡخِصَامِ } Aladdul khishaam : Sangat pandai bersilat lidah karena
kefasihan bicaranya. Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz
Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I Allah menjelaskan perihal dua golongan
manusia, yaitu orang munafik dan orang mukmin yang beramal mengorbankan harta
dan jiwanya untuk mencari rida-Nya. Ayat 204-206 diturunkan berkenaan dengan
seorang munafik bernama al-akhnas bin syuraiq aš-Šaqafi, yang setiap
bertemu nabi Muhammad ia memuji nabi dan mengucapkan kata-kata yang mengagumkan
nabi. Dan di antara manusia ada yang pembicaraannya tentang kehidupan dunia,
atau pembicaraannya di dalam kehidupan dunia, tidak di akhirat nanti mengagumkan
engkau, wahai nabi Muhammad, sebab ia mengatakan perkataan yang manis di
hadapanmu, dan dia bersaksi kepada Allah mengenai isi hatinya, yakni ia
bersumpah dengan nama Allah bahwa ia beriman kepada engkau, padahal dia adalah
penentang yang paling keras. Di akhirat akan terungkap bahwa isi hatinya tidak
sesuai dengan ucapannya. Dan di antara perbuatannya ialah apabila dia berpaling
dari engkau, tidak lagi bersama engkau, dia berusaha untuk berbuat kerusakan di
bumi, melakukan berbagai kejahatan seperti merusak tanam-tanaman, dan membunuh
binatang ternak, kepunyaan orang-orang yang beriman, sedang Allah tidak
menyukai hamba-Nya berbuat kerusakan di muka bumi.Referensi: https://tafsirweb.com/821-quran-surat-al-baqarah-ayat-204.html
TAFSIR IBNU KATSIR
As-Saddi mengatakan
bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Al-Akhnas ibnu Syuraiq As-Saqafi
yang datang kepada Rasulullah Saw., lalu menampakkan keislamannya, sedangkan di
dalam batinnya memendam kebalikannya.
Dari Ibnu Abbas disebutkan bahwa ayat ini
diturunkan berkenaan dengan segolongan orang-orang munafik yang membicarakan
perihal Khubaib dan teman-temannya yang gugur di Ar-Raji', orang-orang munafik
tersebut mencela mereka. Maka Allah menurunkan firman-Nya yang mencela sikap
orang-orang munafik dan memuji sikap Khubaib dan teman-temannya, yaitu: Dan
di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridaan
Allah. (Al-Baqarah: 207)
Menurut pendapat yang lain, ayat ini mengandung
celaan terhadap semua orang munafik secara keseluruhan, dan mengandung pujian
kepada orang-orang mukmin secara keseluruhan. Pendapat ini dikemukakan oleh
Qatadah, Mujahid, dan Ar-Rabi' ibnu Anas serta lainnya; pendapat inilah yang
sahih.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan
kepadaku Yunus, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan
kepadaku Al-Lais ibnu Sa'd, dari Khalid ibnu Yazid, dari Sa'id ibnu Abu Hilal,
dari- Al-Qurazi, dari Nauf (yakni Al-Bakkali, ahli dalam membaca kitab-kitab
terdahulu) yang pernah mengatakan: Sesungguhnya aku menjumpai suatu sifat dari
segolongan umat ini di dalam Kitabullah yang telah diturunkan, ada suatu kaum
melakukan tipu muslihat dengan agama untuk meraih keduniawian; lisan mereka
lebih manis daripada madu, telapi kalbu mereka lebih pahit daripada jazam
(kina); mereka menampilkan dirinya di mata orang lain dengan berpakaian bulu
kambing, padahal hati mereka adalah hati serigala. Allah Swt. berfirman,
"Mereka berani terhadap diri-Ku dan mencoba menipu-Ku. Aku bersumpah atas
nama-Ku, Aku benar-benar akan menimpakan kepada mereka suatu fitnah yang
membuat orang yang penyantun (dari kalangan mereka) menjadi kebingungan."
Selanjutnya Al-Qurazi mengatakan, "Setelah kupikirkan dan kubaca di dalam
Al-Qur'an, ternyata kujumpai mereka yang bersifat demikian adalah orang-orang
munafik," sebagaimana tertera di dalam firman-Nya: Dan di antara
manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu dan
dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya. (Al-Baqarah:
204), hingga akhir ayat.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan
kepadaku Muhammad ibnu Abu Ma'syar, telah menceritakan kepadaku Abu Ma'syar
(yakni Nujaih) yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar Sa'id Al-Maqbari
melakukan muzakarah bersama Muhammad ibnu Ka'b Al-Qurazi. Maka Sa'id
mengatakan, "Sesungguhnya di dalam salah satu kitab-kitab terdahulu
disebutkan bahwa sesungguhnya ada segolongan hamba-hamba yang lisan mereka
lebih manis daripada madu, tetapi hati mereka lebih pahit daripada kina. Mereka
menampilkan dirinya di mata orang-orang dengan pakaian bulu domba yang
kelihatan begitu lembut, mereka menjual agama dengan duniawi. Allah berfirman,
'Kalian berani kurang ajar terhadap-Ku dan mencoba menipu-Ku. Demi
keagungan-Ku, Aku benar-benar akan menimpakan kepada mereka suatu fitnah yang
akan membuat orang yang penyantun dari kalangan mereka kebingungan'." Maka
Muhammad ibnu Ka'b mengatakan, "Ini terdapat di dalam Kitabullah
(Al-Qur'an)." Sa'id bertanya, "Di manakah hal ini terdapat di dalam
Kitabullah!" Muhammad ibnu Ka'b menjawab bahwa hal tersebut terkandung di
dalam firman-Nya: Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya
tentang kehidupan dunia menarik hatimu. (Al-Baqarah: 204), hingga akhir
ayat. Sa'id mengatakan, "Sesungguhnya aku telah mengetahui berkenaan
dengan siapakah ayat ini diturunkan." Maka Muhammad ibnu Ka'b menjawab,
"Sesungguhnya ayat ini memang diturunkan berkenaan dengan seorang lelaki,
kemudian maknanya umum sesudah itu."
Apa yang dikatakan oleh Al-Qurazi ini hasan lagi
sahih.
*************
Adapun mengenai
firman-Nya:
{وَيُشْهِدُ
اللَّهَ عَلَى مَا فِي قَلْبِهِ}
dan dipersaksikannya
kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya. (Al-Baqarah: 204)
Ibnu Muhaisin membacanya wayasyhadullahu dengan
huruf ya yang di-fathah-kan dan lafzul jalalah yang di-dammah-kan,
sehingga maknanya menjadi seperti berikut: "Dan Allah menyaksikan apa yang
sesungguhnya terkandung di dalam hatinya." Dengan kata lain, sekalipun hal
ini dapat menipu mata kamu, tetapi Allah mengetahui orang yang di dalam hatinya
mengandung keburukan. Perihalnya sama dengan makna yang terkandung di dalam
ayat yang lain, yaitu firman-Nya:
إِذا جاءَكَ
الْمُنافِقُونَ قالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ
إِنَّكَ لَرَسُولُهُ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنافِقِينَ لَكاذِبُونَ
Apabila orang-orang
munafik datang kepadamu, mereka berkata, "Kami mengakui bahwa sesungguhnya
kamu benar-benar Rasul Allah." Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya
kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang
munafik itu benar-benar orang pendusta. (Al-Munafiqun: 1)
Sedangkan menurut bacaan jumhur ulama, huruf ya
dibaca dammah, dan lafzul jalalah dibaca nasab, yaitu: dan
dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) di hatinya. (Al-Baqarah: 204)
Makna yang dimaksud ialah bahwa dia menampakkan keislamannya di mata manusia,
sedangkan Allah mengetahui kekufuran dan kemunafikan yang dipendam di dalam
hatinya. Perihalnya sama dengan makna yang terkandung di dalam ayat yang lain,
yaitu firman-Nya:
يَسْتَخْفُونَ مِنَ
النَّاسِ وَلا يَسْتَخْفُونَ مِنَ اللَّهِ
Mereka bersembunyi
dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah. (An-Nisa: 108), hingga akhir ayat.
Demikianlah menurut makna yang diriwayatkan oleh
Ibnu Ishaq, dari Muhammad ibnu Abu Muhammad, dari Ikrimah, dari Sa'id ibnu
Jubair, dari Ibnu Abbas.
Menurut pendapat yang lain, makna yang dimaksud
ialah apabila dia ingin menampakkan keislamannya di mata orang-orang, maka ia
bersumpah dan memakai nama Allah dalam sumpahnya itu untuk mendapat kepercayaan
dari mereka bahwa apa yang diucapkan lisannya bersesuaian dengan apa yang ada
dalam hatinya. Pengertian inilah yang sahih, dikatakan oleh Abdur Rahman ibnu
Zaid Aslam dan dipilih oleh Ibnu Jarir. Pendapat ini dinisbatkan sampai kepada
Ibnu Abbas, dan Ibnu Jarir meriwayatkannya melalui Mujahid.
***************
Firman Allah Swt.:
{وَهُوَ
أَلَدُّ الْخِصَامِ}
padahal ia adalah
penantang yang paling keras. (Al-Baqarah: 204)
Al-aladd menurut istilah bahasa artinya yang paling menyimpang
(membangkang). Pengertiannya sama dengan yang terdapat di dalam firman-Nya:
الْأَعْوَجُ وَتُنْذِرَ
بِهِ قَوْماً لُدًّا
dan agar kamu
memberi peringatan dengannya kepada kaum yang membangkang. (Maryam: 97)
Makna yang dimaksud ialah menyimpang
(membangkang). Demikianlah keadaan seorang munafik dalam perdebatannya, ia
selalu berdusta dan melakukan pengelabuan terhadap perkara yang hak serta
menyimpang dari jalan yang benar, bahkan seorang munafik itu selalu
membuat-buat kedustaan dan melampaui batas. Seperti apa yang disebutkan di
dalam hadis sahih dari Rasulullah Saw. yang pernah bersabda:
«آيَةُ
الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ، وَإِذَا
خَاصَمَ فَجَرَ»
Pertanda orang munafik
itu ada tiga: Apabila berbicara, dusta; apabila berjanji, ingkar; dan apabila
bersengketa, curang.
قَالَ
الْبُخَارِيُّ: حَدَّثَنَا قَبيصةُ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنِ ابْنِ جُرَيج،
عَنِ ابْنِ أَبِي مُلَيْكة، عَنْ عَائِشَةَ تَرْفَعُه قَالَ: "أَبْغَضُ
الرِّجَالِ إِلَى اللَّهِ الألَدُّ الخَصم"
Imam Bukhari
mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qubaisah, telah menceritakan kepada
kami Sufyan, dari Ibnu Juraij, dari Ibnu Abu Mulaikah, dari Siti Aisyah dengan
predikat marfu', yaitu: Sesungguhnya lelaki yang paling dibenci oleh
Allah ialah penantang yang paling keras.
قَالَ:
وَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يَزِيدَ: حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، حَدَّثَنِي ابْنُ
جُرَيْجٍ، عَنِ ابْنِ أَبِي مُلَيكة، عَنْ عَائِشَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قال: "إن أَبْغَضَ الرِّجَالِ إِلَى اللَّهِ
الْأَلَدُّ الْخَصِمُ"
Imam Bukhari
mengatakan bahwa Abdullah ibnu Yazid mengatakan, telah menceritakan kepada kami
Sufyan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Juraij, dari Ibnu Abu Mulaikah,
dari Siti Aisyah, dari Nabi Saw. yang pernah bersabda: Sesungguhnya
lelaki yang paling dibenci oleh Allah ialah penantang yang keras.
Hal yang sama diriwayatkan pula oleh Abdur
Razzaq:
عَنْ
مَعْمَر فِي قَوْلِهِ: {وَهُوَ أَلَدُّ الْخِصَامِ} عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، عَنِ
ابْنِ أَبِي مُلَيْكَةَ، عَنْ عَائِشَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ: "إِنَّ أَبْغَضَ الرجال إلى الله الألد الخصم"
dari Ma'mar
sehubungan dengan makna firman-Nya: padahal ia adalah penantang yang
paling keras. (Al-Baqarah: 204) Dari Ibnu Juraij, dari Ibnu Abu Mulaikah,
dari Siti Aisyah, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: Sesungguhnya
lelaki yang paling dimurkai oleh Allah ialah penantang yang paling keras.
**************
Firman Allah Swt:
{وَإِذَا
تَوَلَّى سَعَى فِي الأرْضِ لِيُفْسِدَ فِيهَا وَيُهْلِكَ الْحَرْثَ وَالنَّسْلَ
وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الْفَسَادَ}
Dan apabila ia
berpaling (dari mukamu) ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya,
dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai
kebinasaan. (Al-Baqarah: 205)
Dengan kata lain, ucapannya selalu menyimpang
dan perbuatannya jahat. Yang pertama tadi adalah mengenai ucapannya, sedangkan
yang disebutkan di dalam ayat ini mengenai perbuatannya. Yakni perkataannya
dusta belaka dan keyakinannya telah rusak, perbuatannya semua buruk belaka.
Makna as-sa'yu dalam ayat ini sama dengan lafaz
al-qasdu (bertujuan), sebagaimana yang disebutkan di dalam firman lainnya yang
menceritakan perihal Fir'aun:
{ثُمَّ أَدْبَرَ
يَسْعَى* فَحَشَرَ فَنَادَى* فَقَالَ أَنَا رَبُّكُمُ الأعْلَى* فَأَخَذَهُ
اللَّهُ نَكَالَ الآخِرَةِ وَالأولَى* إِنَّ فِي ذَلِكَ لَعِبْرَةً لِمَنْ
يَخْشَى}
Kemudian dia
berpaling seraya berusaha menantang (Musa). Maka dia mengumpulkan
(pembesar-pembesarnya), lalu berseru memanggil kaumnya (seraya) berkata,
"Akulah tuhan kalian yang paling tinggi." Maka Allah mengazabnya
dengan azab di akhirat dan azab di dunia. Sesungguhnya yang demikian ilu
terdapat pelajaran bagi orang yang takut (kepada Tuhannya). (An-Nazi'at: 22-26)
Allah Swt. telah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا إِذا نُودِيَ لِلصَّلاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلى ذِكْرِ
اللَّهِ
Hai orang-orang yang
beriman, apabila diseru untuk menunaikan salat pada hari Jumat, maka
bersegeralah kalian mengingat Allah. (Al-Jumu'ah: 9)
Yakni segeralah kalian berangkat menuju tempat
salat Jumat, karena sesungguhnya pengertian sa'yu secara konkret yakni berlari
kecil menuju tempat salat merupakan perbuatan yang bertentangan dengan sunnah
Nabi Saw. yang mengatakan:
"إِذَا
أَتَيْتُمُ الصَّلَاةَ فَلَا تَأْتُوهَا وَأَنْتُمْ تَسْعَوْن، وَأْتُوهَا
وَعَلَيْكُمُ السكينةُ وَالْوَقَارُ".
Apabila kalian
mendatangi salat, janganlah kalian mendatanginya dengan berlari-lari kecil,
tetapi datangilah salat dengan langkah yang tenang dan anggun.
Orang munafik yang disebutkan dalam ayat ini
(Al-Baqarah: 205) adalah orang munafik yang perbuatannya hanyalah membuat
kerusakan di muka bumi dan membinasakan tanam-tanaman, termasuk ke dalam
pengertian ini persawahan dan buah-buahan, juga ternak, yang keduanya merupakan
makanan pokok bagi manusia.
Mujahid mengatakan, "Apabila terjadi
kerusakan di muka bumi, karena Allah mencegah turunnya hujan, maka binasalah
tanam-tanaman dan binatang ternak." dan Allah tidak menyukai
kebinasaan. (Al-Baqarah: 205) Artinya, Allah tidak menyukai orang yang
bersifat suka merusak, tidak suka pula kepada orang yang melakukannya.
**********
Firman Allah Swt.:
{وَإِذَا
قِيلَ لَهُ اتَّقِ اللَّهَ أَخَذَتْهُ الْعِزَّةُ بِالإثْمِ}
Dan apabila
dikatakan kepadanya, "Bertakwalah kepada Allah", bangkitlah
kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. (Al-Baqarah: 206)
Apabila orang yang durhaka ini diberi nasihat
agar mengubah bicara dan perbuatannya dan dikatakan kepadanya,
"Bertakwalah kepada Allah, dan berhentilah dari cara bicara dan
perbuatanmu itu, serta kembalilah ke jalan yang benar," maka ia menolak
dan membangkang, timbullah rasa fanatisme dan kemarahannya yang menyebabkan dia
melakukan dosa. Makna ayat ini serupa dengan makna ayat lainnya, yaitu
firman-Nya:
{وَإِذَا تُتْلَى
عَلَيْهِمْ آيَاتُنَا بَيِّنَاتٍ تَعْرِفُ فِي وُجُوهِ الَّذِينَ كَفَرُوا
الْمُنْكَرَ يَكَادُونَ يَسْطُونَ بِالَّذِينَ يَتْلُونَ عَلَيْهِمْ آيَاتِنَا
قُلْ أَفَأُنَبِّئُكُمْ بِشَرٍّ مِنْ ذَلِكُمُ النَّارُ وَعَدَهَا اللَّهُ
الَّذِينَ كَفَرُوا وَبِئْسَ الْمَصِيرُ}
Dan apabila
dibacakan di hadapan mereka ayat-ayat Kami yang terang, niscaya kamu melihat
tanda-tanda keingkaran pada muka orang-orang yang kafir itu. Hampir-hampir
mereka menyerang orang-orang yang membacakan ayat-ayat Kami di hadapan mereka.
Katakanlah, "Apakah akan aku kabarkan kepada kalian yang lebih buruk
daripada itu, yaitu neraka?’ Allah telah mengancamkannya kepada orang-orang
yang kafir. Dan neraka itu adalah seburuk-buruknya tempat kembali. (Al-Hajj: 72)
Karena itulah maka Allah Swt. berfirman dalam
ayat ini:
{فَحَسْبُهُ جَهَنَّمُ
وَلَبِئْسَ الْمِهَادُ}
Maka cukuplah
(balasannya) neraka Jahannam. Dan sungguh neraka Jahannam itu tempat tinggal
yang seburuk-buruknya. (Al-Baqarah: 206)
Yakni neraka sudah cukup sebagai pembalasannya.
************
Firman Allah Swt.:
{وَمِنَ
النَّاسِ مَنْ يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاةِ اللَّهِ}
Dan di antara
manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridaan Allah. (Al-Baqarah: 207)
Setelah Allah menyebutkan sifat orang-orang
munafik yang tercela itu, pada ayat berikutnya Allah menyebutkan sifat orang-orang
mukmin yang terpuji. Untuk itu Allah Swt. berfirman: Dan di antara
manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridaan Allah.
(Al-Baqarah: 207)
Menurut Ibnu Abbas, Anas, Sa'id ibnul Musayyab,
Abu Usman An-Nahdi, Ikrimah, dan sejumlah ulama lainnya, ayat ini diturunkan
berkenaan dengan Suhaib ibnu Sinan Ar-Rumi. Demikian itu terjadi ketika Suhaib
telah masuk Islam di Mekah dan bermaksud untuk hijrah, lalu ia dihalang-halangi
oleh orang-orang kafir Mekah karena membawa hartanya. Mereka mempersyaratkan
'jika Suhaib ingin hijrah, ia harus melepaskan semua harta bendanya, maka
barulah ia diperbolehkan hijrah'. Ternyata Suhaib bersikeras hijrah, dan
melepas semua harta bendanya, demi melepaskan dirinya dari cengkeraman
orang-orang kafir Mekah; maka ia terpaksa menyerahkan harta bendanya kepada
mereka, dan ikut hijrah bersama Nabi Saw. Lalu turunlah ayat ini, dan Umar
ibnul Khattab beserta sejumlah sahabat lainnya menyambut kedatangannya di
pinggiran kota Madinah, lalu mereka mengatakan kepadanya, "Alangkah
beruntungnya perniagaanmu." Suhaib berkata kepada mereka, "Demikian
pula kalian, aku tidak akan membiarkan Allah merugikan perniagaan kalian dan
apa yang aku lakukan itu tidak ada apa-apanya." Kemudian diberitakan
kepadanya bahwa Allah telah menurunkan ayat ini berkenaan dengan peristiwa
tersebut.
Menurut suatu riwayat, Rasulullah Saw. bersabda
kepada Suhaib:
"ربِح
الْبَيْعُ صُهَيْبُ، رَبِحَ الْبَيْعُ صُهَيْبُ"
Suhaib telah
beruntung dalam perniagaannya.
قَالَ
ابْنُ مَرْدُويه: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ
بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بن رُسْتَة، حدثنا سليمان ابن دَاوُدَ، حَدَّثَنَا جَعْفَرُ
بْنُ سُلَيْمَانَ الضَبَعي، حَدَّثَنَا عَوْفٌ، عَنْ أَبِي عُثْمَانَ
النَّهْدِيِّ، عَنْ صُهَيْبٍ قَالَ: لَمَّا أردتُ الْهِجْرَةَ مِنْ مَكَّةَ إِلَى
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ لِي قُرَيْشٌ: يَا صهيبُ،
قَدمتَ إِلَيْنَا وَلَا مَالَ لك، وَتَخْرُجُ
أَنْتَ وَمَالُكَ! وَاللَّهِ لَا يَكُونُ ذَلِكَ أَبَدًا. فَقُلْتُ لَهُمْ:
أَرَأَيْتُمْ إِنْ دَفَعْتُ إِلَيْكُمْ مَالِي تُخَلُّون عَنِّي؟ قَالُوا: نَعَمْ.
فدفعتُ إِلَيْهِمْ مَالِي، فخلَّوا عَنِّي، فَخَرَجْتُ حَتَّى قدمتُ الْمَدِينَةَ.
فَبَلَغَ ذَلِكَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ:
"رَبح صهيبُ، رَبِحَ صُهَيْبٌ" مَرَّتَيْنِ
Ibnu Murdawaih
mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ibrahim, telah
menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah ibnu Rustuh, telah menceritakan
kepada kami Sulaiman ibnu Daud, telah menceritakan kepada kami Ja'far ibnu
Sulai-man Ad-Dabbi, telah menceritakan kepada kami Auf, dari Abu Usman
An-Nahdi, dari Suhaib yang menceritakan: Ketika aku hendak hijrah dari Mekah
kepada Nabi Saw. (di Madinah), maka orang-orang Quraisy berkata kepadaku,
"Hai Suhaib, kamu datang kepada kami pada mulanya tanpa harta, sedangkan
sekarang kamu hendak keluar meninggalkan kami dengan harta bendamu. Demi Allah,
hal tersebut tidak boleh terjadi selamanya." Maka kukatakan kepada mereka,
"Bagaimanakah menurut kalian jika aku berikan kepada kalian semua hartaku,
lalu kalian membiarkan aku pergi.? Mereka menjawab, "Ya, kami
setuju." Maka kuserahkan hartaku kepada mereka dan mereka membiarkan aku
pergi. Lalu aku berangkat hingga sampai di Madinah. Ketika berila ini sampai
kepada Nabi Saw., maka beliau bersabda, "Suhaib telah beruntung
dalam perniagaannya, Suhaib telah beruntung dalam perniagaannya,"
sebanyak dua kali.
Hammad ibnu Salamah meriwayatkan dari Ali ibnu
Zaid, dari Sa'id ibnul Musayyab yang menceritakan bahwa Suhaib berangkat
berhijrah untuk bergabung dengan Nabi Saw. (di Madinah), lalu ia dikejar oleh
sejumlah orang-orang Quraisy. Maka Suhaib turun dari unta kendaraannya dan
mencabut anak panah yang ada pada wadah anak panahnya, lalu ia berkata,
"Hai orang-orang Quraisy, sesungguhnya kalian telah mengetahui bahwa aku
adalah orang yang paling mahir dalam hal memanah di antara kalian semua. Demi
Allah, kalian tidak akan sampai kepadaku hingga aku melemparkan semua anak
panah yang ada pada wadah panahku ini, kemudian aku memukul dengan pedangku
selagi masih ada senjata di tanganku. Setelah itu barulah kalian dapat berbuat
sesuka hati kalian terhadap diriku. Tetapi jika kalian suka, aku akan tunjukkan
kepada kalian semua harta bendaku dan budak-budakku di Mekah buat kalian semua,
tetapi kalian jangan menghalang-halangi jalanku." Mereka menjawab,
"Ya." Ketika Suhaib datang ke Madinah, maka Nabi Saw.
bersabda: Beruntunglah jual belinya. Perawi melanjutkan
kisahnya, bahwa sehubungan dengan peristiwa tersebut turunlah ayat berikut,
yaitu firman-Nya: Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan
dirinya karena mencari keridaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada
hamba-hamba-Nya. (Al-Baqarah: 207)
Menurut kebanyakan mufassirin, ayat ini
diturunkan berkenaan dengan semua mujahid yang berjuang di jalan Allah. Seperti
pengertian yang terkandung di dalam firman-Nya:
{إِنَّ اللَّهَ
اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ
الْجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْدًا
عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالإنْجِيلِ وَالْقُرْآنِ وَمَنْ أَوْفَى
بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّهِ فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ
وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ}
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang
mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka
berperang di jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah
menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan Al-Qur'an. Dan
siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) dari Allah? Maka bergembiralah
dengan jual beli yang telah kalian lakukan itu, dan itulah kemenangan yang
besar. (At-Taubah:
111)
Ketika Hisyam ibnu Amir maju menerjang kedua sayap
barisan musuh, sebagian orang memprotes perbuatannya itu (dan mengatakan bahwa
ia menjatuhkan dirinya ke dalam kebinasaan). Maka Umar ibnul Khattab dan Abu
Hurairah serta selain keduanya membantah protes tersebut, lalu mereka
membacakan ayat ini: Dan di antara manusia ada yang mengorbankan
dirinya karena mencari keridaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada
hamba-hamba-Nya. (Al-Baqarah: 207). http://www.ibnukatsironline.com/2015/04/tafsir-surat-al-baqarah-ayat-204-207.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar