Surah Al-An‘am (6): Ayat 122
Teks Arab:
أَوَمَن كَانَ مَيْتًۭا فَأَحْيَيْنَـٰهُ وَجَعَلْنَا لَهُۥ نُورًۭا يَمْشِى بِهِۦ فِى ٱلنَّاسِ كَمَن مَّثَلُهُۥ فِى ٱلظُّلُمَـٰتِ لَيْسَ بِخَارِجٍۢ مِّنْهَا ۚ كَذَٰلِكَ زُيِّنَ لِلْكَـٰفِرِينَ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
Latin:
Awa man kāna maitan fa-aḥyaināhu wa ja‘alnā lahu nūran yamsyī bihī fin-nāsi kaman maṡaluhū fiz-ẓulumāti laisa bikhārijim-minhā, kadhālika zuyyina lil-kāfirīna mā kānụ ya‘malụn.
Terjemahan (Kemenag RI):
"Dan apakah orang yang sudah mati kemudian Kami hidupkan, dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah manusia, sama dengan orang yang berada dalam kegelapan dan sekali-kali tidak dapat keluar darinya? Demikianlah dijadikan terasa indah bagi orang-orang kafir apa yang mereka kerjakan."
📚 Asbābun Nuzūl (Sebab Turunnya Ayat)
Riwayat dari Ibnu ‘Abbas dan Mujahid:
Diriwayatkan bahwa ayat ini turun tentang sahabat Nabi ﷺ yang bernama ‘Amr bin al-Jamūh, atau menurut riwayat lain tentang Umar bin Khattab sebelum masuk Islam.
Namun, riwayat yang paling populer adalah:
Ayat ini turun tentang seseorang yang dulunya kafir (mati secara ruhani), lalu Allah berikan hidayah (dihidupkan kembali), dan ia membawa cahaya iman di tengah masyarakat.
Sementara orang yang tetap dalam kekafiran diserupakan seperti orang yang terperangkap dalam kegelapan total dan tidak bisa keluar darinya.
📌 Catatan:
-
Ibnu Mas‘ud menafsirkan bahwa “orang yang mati” adalah perumpamaan bagi orang kafir, dan “dihidupkan” artinya mendapat hidayah kepada Islam.
-
“Cahaya” dalam ayat ini adalah Al-Qur’an, iman, dan petunjuk.
🧠 Tafsir dan Penjelasan Ayat
1. “Apakah orang yang sudah mati lalu Kami hidupkan...”
-
Ini adalah perumpamaan (tamtsil) yang sangat kuat dari Allah ﷻ.
-
“Mati” maksudnya mati hati dan akalnya dari iman dan hidayah, yakni kondisi orang kafir yang belum mendapat petunjuk.
-
“Kami hidupkan” artinya Allah memberikan hidayah, iman, dan Islam, hingga orang itu seperti hidup kembali dari kematian ruhani.
2. “...dan Kami berikan kepadanya cahaya untuk berjalan di tengah-tengah manusia”
-
Cahaya (nūr) adalah ilmu, iman, dan Al-Qur'an.
-
Dengan cahaya itu, dia bisa hidup secara benar dalam masyarakat, menebar petunjuk, dan mengenali jalan kebenaran di tengah gelapnya kebatilan.
-
Ia jadi sosok yang membawa perubahan, tidak hanya selamat untuk diri sendiri, tetapi juga memandu orang lain.
3. “...sama dengan orang yang berada dalam kegelapan dan tidak bisa keluar darinya?”
-
Perumpamaan kedua: orang kafir yang tetap dalam kesesatan, tidak punya cahaya petunjuk, hidup dalam kegelapan syirik, hawa nafsu, dan kebodohan.
-
"Tidak bisa keluar" maksudnya tidak mampu selamat karena menolak iman dan menutup diri dari kebenaran.
4. “Demikianlah dijadikan terasa indah bagi orang-orang kafir apa yang mereka kerjakan”
-
Syaitan menghias perbuatan mereka sehingga mereka merasa benar dan bangga dalam kesesatan.
-
Ini juga peringatan agar kita tidak tertipu dengan banyaknya pengikut atau kemegahan kebatilan.
🌟 Pelajaran dan Hikmah dari Ayat Ini
-
Hidayah adalah kehidupan yang sejati—tanpanya, manusia bagai mayat yang berjalan.
-
Cahaya iman dan ilmu adalah satu-satunya pembimbing di tengah kegelapan zaman.
-
Tidak semua orang yang hidup secara fisik berarti hidup secara ruhani.
-
Orang yang mendapat hidayah harus berperan aktif di tengah masyarakat, seperti berjalan dengan cahaya.
-
Kesesatan bisa tampak indah di mata orang kafir, maka penting untuk selalu mengukur kebenaran dengan wahyu, bukan mayoritas atau selera.
-
Ayat ini juga menjadi motivasi dakwah: siapa pun bisa saja dulu dalam kegelapan, tapi jika mendapat hidayah, bisa menjadi obor cahaya bagi masyarakat.
📖 Surah Al-An’am ayat 122
أَوَمَن كَانَ مَيْتًۭا فَأَحْيَيْنَـٰهُ وَجَعَلْنَا لَهُۥ نُورًۭا يَمْشِى بِهِۦ فِى ٱلنَّاسِ كَمَن مَّثَلُهُۥ فِى ٱلظُّلُمَـٰتِ لَيْسَ بِخَارِجٍۢ مِّنْهَا ۚ كَذَٰلِكَ زُيِّنَ لِلْكَـٰفِرِينَ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
Artinya:
"Dan apakah orang yang sudah mati lalu Kami hidupkan dia dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar darinya? Demikianlah dijadikan terasa indah bagi orang-orang kafir apa yang mereka kerjakan."
(QS. Al-An’am: 122)
✅ 1. Asbabun Nuzul (Sebab Turunnya Ayat)
Dalam Tafsir Ibnu Katsir, disebutkan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Umar bin Al-Khattab radhiyallahu ‘anhu sebelum masuk Islam.
✦ Riwayat dari Mujahid dan lainnya:
Disebutkan bahwa:
"Ayat ini turun berkenaan dengan Umar bin Al-Khattab. Ia dahulu dalam keadaan mati (kufur), lalu Allah hidupkan ia dengan Islam, dan menjadikannya memiliki cahaya (iman) yang berjalan di tengah manusia."
Artinya, “orang yang mati lalu Kami hidupkan” adalah Umar sebelum Islam. Ia berada dalam kegelapan (kufur), kemudian Allah memberinya hidup (iman) dan cahaya (hidayah).
Sebagian ulama juga menyebutkan bahwa lawan perbandingan dalam ayat ini — “orang yang berada dalam kegelapan dan tidak bisa keluar” — adalah Abu Jahl, sepupu Umar sendiri, yang tetap dalam kekafiran hingga mati.
Namun, ayat ini bersifat umum, mencakup siapa saja yang dulunya dalam kekufuran lalu Allah beri hidayah. Dan sebaliknya, siapa saja yang tetap dalam kesesatan.
✅ 2. Tafsir Ibnu Katsir – Penjelasan Rinci
✔️ "Apakah orang yang dahulu mati, lalu Kami hidupkan dia..."
-
Makna “mati” di sini adalah mati hatinya karena kufur dan kesesatan.
-
“Kami hidupkan dia” maksudnya dengan iman dan petunjuk.
-
Ini adalah majaz (perumpamaan) antara keadaan sebelum dan sesudah mendapat hidayah.
✔️ "Kami jadikan untuknya cahaya yang dengannya ia berjalan di tengah manusia..."
-
“Cahaya” adalah Al-Qur’an, iman, dan ilmu.
-
Ia berjalan di tengah manusia dengan membawa bimbingan Allah, yakni berakhlak mulia, berdakwah, menegakkan kebenaran, dan lainnya.
✔️ "Sama dengan orang yang dalam kegelapan dan tidak bisa keluar darinya?"
-
Orang ini adalah yang tetap dalam kekufuran, tidak memiliki hidayah dan tertutup dari kebenaran.
-
Ia seperti orang dalam kegelapan berlapis-lapis yang tidak tahu arah, tanpa petunjuk, dan tidak punya jalan keluar.
Ibnu Katsir mengutip juga ayat-ayat lain yang senada, seperti:
"Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya..." (QS. Al-Baqarah: 257)
✔️ "Demikianlah dijadikan indah bagi orang-orang kafir apa yang mereka kerjakan"
-
Artinya, setan menghias perbuatan buruk mereka sehingga tampak baik.
-
Mereka merasa benar dengan apa yang mereka lakukan, padahal itu adalah kesesatan yang nyata.
✅ 3. Faedah Tafsir Ayat (Kesimpulan Ibnu Katsir)
-
Hidayah adalah kehidupan bagi hati yang sebelumnya mati karena kekufuran.
-
Orang yang mendapat hidayah akan hidup dengan cahaya iman, yang menuntunnya dalam semua urusan.
-
Orang kafir seperti terkurung dalam kegelapan, tidak bisa keluar darinya kecuali dengan izin Allah.
-
Setan menghias keburukan agar tampak baik, sehingga orang kafir tetap dalam kesesatannya.
🔎 Penegasan:
Menurut Ibnu Katsir, walaupun ayat ini turun dengan sebab khusus (Umar bin Khattab), tapi maknanya berlaku umum untuk setiap orang yang dulunya dalam kesesatan lalu mendapat hidayah. Ini sejalan dengan kaidah:
"العبرة بعموم اللفظ لا بخصوص السبب"
(“Yang menjadi pelajaran adalah keumuman lafaz, bukan kekhususan sebabnya.
https://chatgpt.com/c/68153a06-e15c-8000-bb23-56490586d2a9
Tidak ada komentar:
Posting Komentar