وَلَمَّا رَجَعَ مُوسَى إِلَى قَوْمِهِ غَضْبَانَ أَسِفًا قَالَ بِئْسَمَا خَلَفْتُمُونِي مِنْ بَعْدِي أَعَجِلْتُمْ أَمْرَ رَبِّكُمْ وَأَلْقَى الألْوَاحَ وَأَخَذَ بِرَأْسِ أَخِيهِ يَجُرُّهُ إِلَيْهِ قَالَ ابْنَ أُمَّ إِنَّ الْقَوْمَ اسْتَضْعَفُونِي وَكَادُوا يَقْتُلُونَنِي فَلا تُشْمِتْ بِيَ الأعْدَاءَ وَلا تَجْعَلْنِي مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ (150) قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلأخِي وَأَدْخِلْنَا فِي رَحْمَتِكَ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ (151) }
http://www.ibnukatsironline.com/2015/05/tafsir-surat-al-araf-ayat-150-151.html?m=1
Musa berkata, "Alangkah buruknya perbuatan yang kalian kerjakan sesudah kepergianku." (Al-A'raf: 150)
Musa mengatakan, "Seburuk-buruk perbuatan adalah apa yang telah kalian lakukan, yaitu karena kalian menyembah patung anak lembu setelah aku pergi meninggalkan kalian."
Firman Allah Swt,:
Apakah kalian hendak mendahului janji Tuhan kalian? (Al-A'raf: 150)
Musa mengatakan, "Kalian membuatku tergesa-gesa kembali kepada kalian lebih cepat daripada waktu yang sebenarnya yang telah ditetapkan oleh Allah Swt."
Firman Allah Swt.:
Dan Musa pun melemparkan lempengan-lempengan (Taurat) itu dan memegang (rambut) kepala saudaranya (Harun) sambil menariknya ke arahnya. (Al-A'raf: 150)
Menurut suatu pendapat, lempengan-lempengan tersebut dari batu Jamrud; sedangkan menurut pendapat yang lain dari batu yaqut. Ada yang mengatakan dari es, ada pula yang mengatakan dari daun sidr. Sehubungan dengan kisah pelemparan luh-luh ini, ada sebuah hadis yang mengatakan bahwasanya berita itu tidaklah seperti menyaksikan dengan mata kepala sendiri.
dan memegang (rambut) kepala saudaranya (Harun) sambil menariknya ke arahnya. (Al-A'raf: 150)
Musa a.s. bersikap demikian karena merasa khawatir bila saudaranya itu berbuat kelalaian dalam melarang mereka, seperti yang diungkapkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
Berkata Musa, "Hai Harun, apa yang menghalangi kamu ketika kamu melihat mereka telah sesat, (sehingga) kamu tidak mengikuti aku? Maka apakah kamu telah (sengaja) mendurhakai perintahku?” Harun menjawab, "Hai putra ibuku, janganlah kamu pegang janggutku dan jangan (pulai) kepalaku; sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan berkata (kepadaku), 'Kamu telah memecah belah antara Bani Israil dan kamu tidak memelihara amanatku'." (Thaha: 92-94)
Sedangkan dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
Hai anak ibuku, sesungguhnya kaum ini telah menganggapku lemah dan hampir-hampir mereka membunuhku sebab itu janganlah kamu menjadikan musuh-musuh gembira melihatku, dan janganlah kamu masukkan aku ke dalam golongan orang-orang yang zalim. (Al-A'raf: 150)
Maksudnya, janganlah engkau masukkan aku ke dalam golongan mereka, jangan pula engkau anggap aku salah seorang dari mereka.
Dan sesungguhnya Harun menyebutnya dengan panggilan 'anak ibuku' dengan maksud agar lebih menyentuh hati Musa, karena sesungguhnya Musa adalah saudara sekandung Harun.
Tafsir Jalalayn:
Dan tatkala Musa kembali kepada kaumnya dalam keadaan marah) oleh sebab perbuatan mereka (dan sedih hati) yakni amat bersedih hati (berkatalah dia,) kepada mereka ("Alangkah buruknya perbuatan) teramat jelek perbuatan (yang kamu kerjakan) dalam hal ini (sesudah kepergianku!) dimaksud pekerjaanmu ini di mana kamu berlaku musyrik. (Apakah kamu hendak mendahului janji Tuhanmu?" Dan Musa pun melemparkan lempengan-lempengan) yaitu lempengan-lempengan Kitab Taurat karena marah kepada kaumnya, sehingga lempengan-lempengan itu pecah (dan ia memegang rambut kepala saudaranya) dengan tangan kanannya dan jenggotnya dengan tangan kirinya (sambil menariknya ke arahnya) saking marahnya (Harun berkata,) "Hai (anak ibuku!) dengan mim dikasrahkan dan difathahkan, yang dimaksud adalah ummi, penyebutan dengan kata-kata ini untuk lebih menimbulkan rasa sayang ke dalam hati Musa (Sesungguhnya kaum ini telah menganggapku lemah dan hampir-hampir mereka) hampir saja (membunuhku, sebab itu janganlah kamu menjadikan gembira) membuat girang (musuh-musuh melihatku) karena kamu menghinakan diriku (dan janganlah kamu masukkan aku ke dalam golongan orang-orang yang lalim.") sebagaimana engkau memperlakukan orang yang benar-benar menyembah anak sapi.
Tafsir Quraish Shihab:
Setelah kembali dari bermunajat kepada Tuhan, Mûsâ--yang telah diberitahu oleh Allah apa yang terjadi pada kaumnya--merasa marah bercampur sedih melihat mereka menjadikan patung anak lembu sebagai sembahan. Mûsâ pun berkata kepada mereka, "Alangkah buruknya perbuatan kalian sepeninggalku. Kalian lebih mementingkan menyembah patung anak lembu ketimbang mematuhi perintah Tuhan untuk menunggu kedatanganku dan menepati janjiku untuk membawa Tawrât kepada kalian!" Mûsâ pun melempar kepingan-kepingan Tawrât dan segera menghampiri Hârûn, saudaranya. Saking sedih dan jengkel melihat perbuatan kaumnya, Mûsâ--dengan sangat marah--menjenggut rambut saudaranya ke arahnya. Dia menganggap saudaranya itu telah teledor karena tidak mencegah apa yang dilakukan kaumnya. Hârûn pun berkata kepada Mûsâ, "Wahai anak ibuku, sesungguhnya kaum ini melakukan semua itu setelah mendesak dan menekanku, bahkan mengancam akan membunuhku jika aku melarang mereka menyembah patung anak lembu itu. Janganlah membuat musuh-musuhmu semakin senang karena kamu lebih menyalahkan dan menyakiti aku. Dan janganlah kamu menganggap aku termasuk orang-orang yang zalim, padahal aku bebas dari kezaliman mereka."
https://tafsirq.com/7-al-araf/ayat-150#tafsir-quraish-shihab
Setelah terbukti bagi Musa bahwa saudaranya —Harun— tidak terlibat dengan mereka dan dirinya bersih dari perbuatan kaumnya, seperti yang diungkapkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
Dan sesungguhnya Harun telah berkata kepada mereka sebelumnya, "Hai kaumku, sesungguhnya kamu hanya diberi cobaan dengan anak lembu itu, dan sesungguhnya Tuhanmu ialah (Tuhan) Yang Maha Pemurah, maka ikutilah aku dan taatilah perintahku." (Thaha: 90)
Maka saat itu Musa berkata:
Ya Tuhanku, ampunilah aku dan saudaraku, dan masukkanlah kami ke dalam rahmat Engkau, dan Engkau adalah Maha Penyayang di antara para penyayang.” (Al-A'raf: 151)
Tafsir Jalalayn:
Musa berdoa, "Ya Tuhanku! Ampunilah aku) atas apa yang telah kuperbuat terhadap saudaraku (dan saudaraku) Musa menyertakan saudaranya dalam doa demi untuk membuatnya rela atas apa yang telah ia lakukan kepadanya dan sekaligus untuk menolak agar musuh jangan girang melihat sikapnya terhadap saudaranya itu (dan masukkanlah kami ke dalam rahmat Engkau, dan Engkau adalah Maha Penyayang di antara para penyayang.") Allah berfirman,
Tafsir Quraish Shihab:
Mûsâ berkata, "Ya Tuhanku, ampunilah aku karena telah menuduh saudaraku sebelum jelas duduk persoalannya. Ampunilah saudaraku jika ia memang melakukan kekurangan dalam mengemban tugas sebagai wakilku. Dan masukkanlah kami dalam limpahan rahmat-Mu, karena Engkaulah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang."
https://tafsirq.com/7-al-araf/ayat-151#tafsir-quraish-shihab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar