Cari Blog Ini

Kamis, 10 November 2022

Al-Araf 172-174 Ibnu Katsir

 وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ مِنْ ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى شَهِدْنَا أَنْ تَقُولُوا يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ (172) أَوْ تَقُولُوا إِنَّمَا أَشْرَكَ آبَاؤُنَا مِنْ قَبْلُ وَكُنَّا ذُرِّيَّةً مِنْ بَعْدِهِمْ أَفَتُهْلِكُنَا بِمَا فَعَلَ الْمُبْطِلُونَ (173) وَكَذَلِكَ نُفَصِّلُ الآيَاتِ وَلَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ (174)

http://www.ibnukatsironline.com/2015/05/tafsir-surat-al-araf-ayat-172-174.html?m=1

فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ}

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Ar-Rum: 30)

وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِنْ بَنِي آدَمَ}

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam. (Al-A'raf: 172)
tidak disebutkan dari Adam.

{مِنْ ظُهُورِهِمْ}

Dari sulbi mereka. (Al-A'raf: 172)
tidak disebutkan dari sulbinya (Adam).

{ذُرِّيَّاتِهِمْ}

anak cucu mereka. (Al-A'raf: 172)
Yakni Allah menjadikan keturunan mereka generasi demi generasi, satu kurun demi satu kurun, sama halnya dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat-ayat lain, yaitu:

{وَهُوَ الَّذِي جَعَلَكُمْ خَلائِفَ الأرْضِ}

Dia-lah yang menjadikan kalian khalifah-khalifah di muka bumi. (Fathir: 39)

{وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ الأرْضِ}

dan yang menjadikan kalian (manusia) sebagai khalifah di bumi. (An-Naml: 62)

{كَمَا أَنْشَأَكُمْ مِنْ ذُرِّيَّةِ قَوْمٍ آخَرِينَ}

sebagaimana Dia menjadikan kalian dari keturunan orang-orang lain. (Al-An'am: 133)

*******************

Kemudian Allah Swt. berfirman:

{وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنْفُسِهِمْ أَلَسْتُ بِرَبِّكُمْ قَالُوا بَلَى}

Dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman) "Bukankah Aku ini Tuhan kalian?” Mereka menjawab, "Betul (Engkau Tuhan kami)." (Al-A'raf: 172)
Maksudnya, Allah menjadikan mereka menyaksikan hal tersebut secara keadaan dan ucapan. Kesaksian itu adakalanya dilakukan dengan ucapan, seperti pengertian yang terdapat di dalam firman Allah Swt.:

{قَالُوا شَهِدْنَا عَلَى أَنْفُسِنَا}

Mereka berkata, "Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri.”(Al-An'am: 130)
Adakalanya pula dilakukan dengan keadaan (yakni dengan sikap dan perbuatan), seperti pengertian yang terdapat di dalam firman Allah Swt:

{مَا كَانَ لِلْمُشْرِكِينَ أَنْ يَعْمُرُوا مَسَاجِدَ اللَّهِ شَاهِدِينَ عَلَى أَنْفُسِهِمْ بِالْكُفْرِ}

Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan masjid-masjid Allah, sedangkan mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. (At-Taubah: 17)
Artinya, sedangkan keadaan mereka atau sikap dan perbuatan mereka menunjukkan kekafiran mereka, sekalipun mereka tidak mengatakannya. Demikianlah pengertian yang terkandung di dalam firman Allah Swt.:

{وَإِنَّهُ عَلَى ذَلِكَ لَشَهِيدٌ}

dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkaran­nya. (Al-'Adiyat: 7)
Demikian pula permintaan, adakalanya dengan ucapan, adakalanya dengan keadaan (sikap dan perbuatan), seperti pengertian yang ter­kandung di dalam firman Allah Swt.:

{وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ}

Dan Dia telah memberikan kepada kalian (keperluan kalian) dari segala apa yang kalian mohonkan kepada-Nya (Ibrahim: 34)
Mereka mengatakan bahwa di antara dalil yang menunjukkan bahwa makna yang dimaksud dengan 'persaksian ini' adalah fitrah, yakni bila hanya persaksian saja yang dijadikan hujah terhadap kemusyrikan mereka, seandainya memang keadaannya demikian, maka niscaya yang terkena hujah hanyalah orang-orang yang telah mengucapkannya saja.

أَنْ يَقُولُوا}

agar kalian tidak mengatakan. (Al-A'raf: 172)
Maksudnya, agar di hari kiamat kelak, kalian tidak mengatakan:

{إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا}

Sesungguhnya kami (bani Adam) terhadap ini. (Al-A'raf: 172)

Tafsir Jalalayn:

Dan) ingatlah (ketika) sewaktu (Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka) menjadi badal isytimal dari lafal sebelumnya dengan mengulangi huruf jar (yaitu anak cucu mereka) maksudnya Dia mengeluarkan sebagian mereka dari tulang sulbi sebagian lainnya yang berasal dari sulbi Nabi Adam secara turun-temurun, sebagaimana sekarang mereka beranak-pinak mirip dengan jagung di daerah Nu`man sewaktu hari Arafah/musim jagung. Allah menetapkan kepada mereka bukti-bukti yang menunjukkan ketuhanan-Nya serta Dia memberinya akal (dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka) seraya berfirman, ("Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab, "Betul.) Engkau adalah Tuhan kami (kami menjadi saksi.") yang demikian itu. Kesaksian itu supaya (tidak) jangan (kamu mengatakan) dengan memakai ya dan ta pada dua tempat, yakni orang-orang kafir (di hari kiamat kelak, "Sesungguhnya kami terhadap hal-hal ini) yakni keesaan Tuhan (adalah orang-orang yang lalai.") kami tidak mengetahuinya.

Tafsir Quraish Shihab;

Pada ayat ini Allah menjelaskan kepada umat manusia mengenai keesaan-Nya melalui bukti-bukti yang terdapat di alam raya, setelah sebelumnya dijelaskan melalui perantaraan para rasul dan kitab-kitab suci- Nya. Allah berfirman, "Ingatkanlah manusia, wahai Nabi, saat Tuhanmu mengeluarkan dari sulbi-sulbi(1) anak-anak Adam, keturunannya yang melahirkan generasi-generasi selanjutnya. Kemudian Dia memberi mereka bukti-bukti ketuhanan melalui alam raya ciptaan-Nya, sehingga--dengan adanya bukti-bukti itu--secara fitrah akal dan hati nurani mereka mengetahui dan mengakui kemahaesaan Tuhan. Karena begitu banyak dan jelasnya bukti-bukti keesaan Tuhan di alam raya ini, seakan-akan mereka dihadapi oleh satu pertanyaan yang tak dapat dibantah, 'Bukankah Aku Tuhan kalian?' Mereka menjawab, 'Betul, Engkau adalah Tuhan yang diri kami sendiri mempersaksikan-Mu. ' Dengan demikian, pengetahuan mereka akan bukti-bukti tersebut menjadi suatu bentuk penegasan dan, dalam waktu yang sama, pengakuan akan kemahaesaan Tuhan. Hal itu kami lakukan agar di hari kiamat nanti mereka tak lagi beralasan dengan mengatakan, 'Sesungguhnya kami tidak tahu apa-apa mengenai keesaan Tuhan ini. ' (1) Penjelasan makna sulbi, lihat catatan kaki tafsir surat al-Thâriq: 7.
Yakni terhadap masalah tauhid atau keesaan Allah ini.

{غَافِلِينَ أَوْ تَقُولُوا إِنَّمَا أَشْرَكَ آبَاؤُنَا} الْآيَةَ.

adalah orang-orang yang lengah, atau agar kalian tidak mengata­kan, "Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan.” (Al-A'raf: 172-173), hingga akhir ayat.

Tafsir Jalalayn:

Atau agar kamu tidak mengatakan, "Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu) dimaksud sebelum kami (sedangkan kami ini adalah anak-anak keturunan yang datang sesudah mereka) maka kami hanya mengikut mereka (Maka apakah Engkau akan membinasakan kami) Engkau akan mengazab kami (karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu?") dari kalangan orang-orang tua kami yang pertama kali melakukan kemusyrikan. Kesimpulan pengertian dari ayat ini bahwa mereka tidak mungkin berhujah dengan alasan itu sedangkan mereka telah melakukan kesaksian terhadap diri mereka sendiri tentang keesaan Tuhan itu. Penuturan tentang hal ini melalui lisan pemilik mukjizat/Nabi Muhammad saw. kedudukannya sama dengan penuturan terhadap jiwa manusia semuanya

Tafsir Quraish Shihab:

Atau agar mereka tidak beralasan, 'Hanyasanya para nenek-moyang kamilah yang telah menyekutukan Engkau. Sementara kami ini hanyalah anak-cucu yang mengikuti jejak leluhur. Mengapa Engkau menyalahkan dan mencelakakan kami karena perbuatan syirik mereka yang diwariskan kepada kami?' Alasan seperti ini, tentu tak dapat diterima lagi."

https://tafsirq.com/7-al-araf/ayat-173#tafsir-quraish-shihab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar