Cari Blog Ini

Jumat, 26 September 2025

Al A'raf 27 tafsir

 

Baik Ustadz, mari kita lanjutkan tafsir QS. al-A‘rāf ayat 27 secara komplit, ringkas, padat menurut para ahli tafsir mumpuni.


📖 Teks Ayat (QS. al-A‘rāf: 27)

يَا بَنِي آدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُم مِّنَ الْجَنَّةِ يَنزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْآتِهِمَا ۗ إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ ۗ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ لِلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ

Artinya:
“Wahai anak cucu Adam! Janganlah sekali-kali kamu ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua orang tuamu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat mereka. Sesungguhnya ia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu sebagai teman bagi orang-orang yang tidak beriman.”


🕌 Tafsīr Ulama

1. Ibn Kathīr

  • Allah memperingatkan anak Adam agar tidak terperdaya setan sebagaimana Adam dan Hawa.
  • Setan menghiasi kebatilan, menampakkan keburukan sebagai kebaikan.
  • “Menanggalkan pakaian” = menyingkap aurat, sebagai bentuk kehinaan.
  • Setan dan bala tentaranya bisa melihat manusia dari arah yang manusia tidak melihatnya → keistimewaan bagi setan, sehingga manusia harus waspada dengan zikir dan takwa.

2. Al-Ṭabarī

  • Maksud “lā yaftinannakum” = jangan sampai setan memperdaya dan menyesatkanmu.
  • Setan menggoda Adam dengan rayuan, hingga keduanya kehilangan pakaian surga.
  • Ayat ini dalil bahwa setan memiliki kekuatan untuk melihat manusia tanpa terlihat.

3. Al-Qurṭubī

  • Peringatan keras: aurat terbuka adalah kehinaan.
  • Setan berusaha menjerumuskan manusia dengan syahwat, sebagaimana ia menelanjangi Adam dan Hawa.
  • “Setan sebagai wali orang kafir” = mereka tunduk kepada bisikan setan, karena menolak iman dan petunjuk Allah.

4. Al-Sa‘dī

  • Tujuan setan adalah menyebabkan manusia telanjang dari pakaian lahir dan batin (takwa).
  • Melalui godaan, setan ingin menghilangkan rasa malu manusia.
  • Solusi: berlindung kepada Allah, memperbanyak zikir, menjaga iman.

🧾 Kesimpulan Tafsir QS. al-A‘rāf: 27

  • Allah memperingatkan anak Adam agar tidak tertipu setan seperti Adam dan Hawa.
  • Fitnah setan: menjerumuskan manusia dalam maksiat, membuka aurat, dan menghilangkan rasa malu.
  • Setan dapat melihat manusia, sementara manusia tidak bisa melihatnya → bukti kelemahan manusia, sehingga harus mendekat kepada Allah.
  • Setan hanya menjadi teman dekat orang kafir, adapun orang beriman dilindungi Allah dengan takwa dan zikir.

Apakah Ustadz ingin saya teruskan ayat 28, yang berbicara tentang kaum musyrik yang berdalih maksiat mereka adalah perintah Allah?

Al A'raf 26 tafsir

 

Baik Ustadz, mari kita lanjutkan dengan tafsir QS. al-A‘rāf ayat 26. Saya susun berdasarkan rujukan para ahli tafsir mumpuni (Ibn Kathīr, al-Ṭabarī, al-Qurṭubī, al-Sa‘dī) secara komplit, ringkas, padat.


📖 Teks Ayat (QS. al-A‘rāf: 26)

يَا بَنِي آدَمَ قَدْ أَنزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سَوْآتِكُمْ وَرِيشًا ۖ وَلِبَاسُ التَّقْوَىٰ ذَٰلِكَ خَيْرٌ ۚ ذَٰلِكَ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ

Artinya:
“Wahai anak cucu Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan perhiasan. Tetapi pakaian takwa itulah yang lebih baik. Itulah sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan) Allah, agar mereka selalu ingat.”


🕌 Tafsīr Ulama

1. Ibn Kathīr

  • Allah mengingatkan nikmat pakaian setelah menceritakan aurat Adam dan Hawa.
  • Fungsi pakaian:
    1. Menutupi aurat.
    2. Sebagai perhiasan dan penutup keindahan.
  • “Libāsut-taqwā” = amal saleh, rasa malu, iman, dan ketaatan. Itu yang paling mulia.

2. Al-Ṭabarī

  • “Anzalnā” (Kami turunkan) maksudnya: Allah ciptakan pakaian dari bahan yang ditumbuhkan bumi (kapas, wol, kulit, dsb).
  • “Rīsyan” = hiasan pakaian yang indah, tambahan di luar fungsi menutup aurat.
  • “Libāsut-taqwā” = menjaga diri dengan ketaatan kepada Allah, itulah pakaian hakiki.

3. Al-Qurṭubī

  • Ayat ini menunjukkan kewajiban menutup aurat.
  • Pakaian dunia hanya menutup jasad, tetapi pakaian takwa menutup hati dari keburukan.
  • Tafsir “libāsut-taqwā”:
    • Malu kepada Allah.
    • Iman.
    • Amal saleh.
  • Ini adalah pakaian yang menyelamatkan di dunia dan akhirat.

4. Al-Sa‘dī

  • Allah menyebut pakaian lahiriah sebagai nikmat besar.
  • Namun Allah menekankan bahwa pakaian batin (takwa) jauh lebih penting.
  • Hanya dengan pakaian takwa manusia mendapat kemuliaan di sisi Allah.
  • Ayat ini ditutup dengan peringatan agar manusia selalu mengingat nikmat Allah dan tidak menggunakannya untuk maksiat.

🧾 Kesimpulan Tafsir QS. al-A‘rāf: 26

  • Allah menurunkan nikmat pakaian untuk menutup aurat dan memperindah penampilan.
  • Namun, yang lebih utama adalah pakaian takwa: iman, amal saleh, rasa malu, dan menjaga diri dari dosa.
  • Ayat ini menegaskan kewajiban menutup aurat, sekaligus mengajarkan bahwa hiasan sejati bukanlah pakaian luar, melainkan kesucian hati dan ketakwaan.
  • Pelajaran: pakaian lahiriah penting, tapi pakaian takwa adalah yang menyelamatkan di akhirat.

Apakah Ustadz ingin saya lanjutkan dengan ayat 27, yang memperingatkan agar tidak tertipu oleh setan sebagaimana ia menelanjangi Adam dan Hawa di surga?

Al A'raf 25 tafsir

 

Baik Ustadz, mari kita lanjutkan dengan tafsir QS. al-A‘rāf ayat 25, melengkapi rangkaian ayat sebelumnya. Saya susun dengan rujukan para ahli tafsir mumpuni (Ibn Kathīr, al-Ṭabarī, al-Qurṭubī, al-Sa‘dī) secara komplit, ringkas, padat.


📖 Teks Ayat (QS. al-A‘rāf: 25)

قَالَ فِيهَا تَحْيَوْنَ وَفِيهَا تَمُوتُونَ وَمِنْهَا تُخْرَجُونَ

Artinya:
Allah berfirman: “Di bumi itu kamu hidup, di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu pula kamu akan dibangkitkan.”


🕌 Tafsīr Ulama

1. Ibn Kathīr

  • Ayat ini menjelaskan takdir manusia di bumi: hidup, mati, lalu dibangkitkan.
  • Allah mengingatkan bahwa dunia adalah tempat tinggal sementara, sedangkan akhirat adalah tempat kembali.
  • Kebangkitan manusia kelak dari bumi sebagai bentuk keadilan Allah.

2. Al-Ṭabarī

  • “فِيها تَحيَون” = bumi adalah tempat kehidupan dan aktivitas manusia.
  • “فِيها تَموتون” = tempat ajal setiap manusia.
  • “مِنها تُخرَجون” = pada hari kiamat, semua manusia akan dibangkitkan dari kubur untuk dihisab.

3. Al-Qurṭubī

  • Ayat ini menjadi dalil kepastian kematian dan kebangkitan.
  • Hidup dan mati di bumi adalah ujian, sementara kebangkitan adalah awal kehidupan abadi.
  • Isyarat bahwa tanah (bumi) adalah asal penciptaan, tempat kembali, dan tempat bangkit manusia.

4. Al-Sa‘dī

  • Allah menegaskan siklus kehidupan manusia: hidup – mati – dibangkitkan.
  • Ini mengingatkan agar manusia tidak lalai dengan dunia, sebab akhirnya akan mati lalu kembali kepada Allah.
  • Ayat ini menanamkan kesadaran akhirat dan memutus harapan panjang terhadap dunia.

🧾 Kesimpulan Tafsir QS. al-A‘rāf: 25

  • Hidup manusia terbatas di bumi: lahir, hidup, beramal, lalu mati.
  • Setelah itu akan ada kebangkitan dari kubur pada hari kiamat.
  • Ayat ini menegaskan kepastian ajal, kubur, dan hari kebangkitan.
  • Pelajaran: manusia harus sadar bahwa dunia hanya sementara; tujuan akhirnya adalah kembali kepada Allah dengan membawa amal saleh.

Apakah Ustadz ingin saya lanjutkan dengan ayat 26, yang mulai membahas tentang pakaian, aurat, dan hiasan iman bagi anak Adam?

Al A'raf 24 tafsir

 



Baik Ustadz, mari kita bahas tafsir QS. al-A‘rāf ayat 24 dengan merujuk pada para ahli tafsir mumpuni (Ibn Kathīr, al-Ṭabarī, al-Qurṭubī, al-Sa‘dī), saya susun komplit, ringkas, padat.


📖 Teks Ayat (QS. al-A‘rāf: 24)

قَالَ اهْبِطُوا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ ۖ وَلَكُمْ فِي الْأَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَمَتَاعٌ إِلَىٰ حِينٍ

Artinya:
Allah berfirman: “Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi sebagian yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, serta kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan.”


🕌 Tafsīr Ulama

1. Ibn Kathīr

  • Setelah Adam dan Hawa tergoda, Allah memerintahkan mereka turun ke bumi.
  • Sejak itu terjadi permusuhan: antara manusia dengan Iblis dan keturunannya.
  • Bumi menjadi tempat tinggal dan sumber rezeki hingga ajal tiba.

2. Al-Ṭabarī

  • “Sebagian kamu musuh bagi sebagian yang lain” maksudnya: manusia dan setan saling bermusuhan, juga manusia dengan manusia (perselisihan dunia).
  • “Mustaqarr” artinya: tempat menetap sementara.
  • “Matā‘” adalah segala kenikmatan dunia, tetapi hanya sebatas waktu tertentu.

3. Al-Qurṭubī

  • Ayat ini menegaskan awal mula kehidupan manusia di bumi.
  • Kehidupan dunia bersifat sementara, penuh permusuhan, cobaan, dan ujian.
  • Manusia akan tinggal di bumi sampai batas yang telah Allah tetapkan (ajal/kiamat).

4. Al-Sa‘dī

  • Ayat ini berisi tiga ketetapan Allah bagi manusia:
    1. Permusuhan dengan Iblis dan sesama manusia.
    2. Tempat tinggal di bumi dengan segala fasilitasnya.
    3. Kenikmatan dunia sementara, bukan kekal, untuk menguji siapa yang bersyukur dan siapa yang kufur.

🧾 Kesimpulan Tafsir QS. al-A‘rāf: 24

  • Allah menurunkan Adam, Hawa, dan Iblis ke bumi setelah peristiwa godaan di surga.
  • Permusuhan antara manusia dan setan dimulai sejak saat itu.
  • Dunia adalah tempat tinggal sementara dengan segala kenikmatannya, hingga ajal atau kiamat.
  • Pelajaran: hidup di dunia hanyalah ujian, bukan tempat tinggal abadi; musuh sejati manusia adalah setan, maka lawanlah dengan iman dan taqwa.

Apakah Ustadz ingin saya lanjutkan sekalian dengan ayat 25, karena di situ Allah menegaskan kepastian kematian dan kebangkitan?

Jumat, 12 September 2025

Al A'raf 17 dan tafsir

 

Baik Ustadz, mari kita bahas tafsir QS. al-A‘rāf ayat 17 dengan rujukan para ahli tafsir mumpuni (Ibn Kathīr, al-Ṭabarī, al-Qurṭubī, al-Sa‘dī), disusun komplit, ringkas, padat.


📖 Teks Ayat (QS. al-A‘rāf: 17)

ثُمَّ لَآتِيَنَّهُم مِّن بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَن شَمَائِلِهِمْ ۖ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ

Artinya:
“Kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan, dan dari kiri mereka; dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.”


🕌 Tafsīr Ulama

1. Ibn Kathīr

  • Iblis bersumpah akan menggoda manusia dari segala arah.
  • “Depan”: urusan akhirat, membuat mereka ragu.
  • “Belakang”: urusan dunia, membuat mereka tamak.
  • “Kanan”: amalan baik, digoda agar batal.
  • “Kiri”: dorongan maksiat.
  • Akibatnya, sedikit yang benar-benar bersyukur kepada Allah.

2. Al-Ṭabarī

  • Makna arah-arah ini adalah segala cara dan jalan yang memungkinkan untuk menyesatkan.
  • Iblis mengakui kelemahan: ia tidak bisa menggoda dari atas (rahmat Allah) dan dari bawah (kerendahan hati/ibadah sujud).
  • Inilah bukti bahwa hanya perlindungan Allah yang bisa menyelamatkan.

3. Al-Qurṭubī

  • Disebutkan empat arah untuk menunjukkan kelengkapan tipu daya Iblis.
  • “Tidak akan kau dapati kebanyakan mereka bersyukur” artinya: mayoritas manusia akan terseret dalam kelalaian.
  • Syukur yang dimaksud: iman, ketaatan, dan tauhid.

4. Al-Sa‘dī

  • Strategi Iblis jelas: menutup jalan kebaikan dan membuka jalan keburukan dari semua sisi.
  • Yang selamat hanyalah orang yang bersyukur, yaitu mereka yang mengingat nikmat Allah dan menggunakannya untuk taat.
  • Bersyukur adalah benteng utama menghadapi godaan Iblis.

🧾 Kesimpulan Tafsir QS. al-A‘rāf: 17

  • Iblis berjanji menyesatkan manusia dari segala arah dengan berbagai cara.
  • Ia tidak mampu dari atas (rahmat Allah) dan bawah (ibadah sujud).
  • Tujuannya: agar manusia lalai, kufur, dan tidak bersyukur.
  • Pelajaran: syukur, tawakal, dan sujud kepada Allah adalah perisai utama melawan godaan Iblis.

Apakah Ustadz ingin saya teruskan ke tafsir ayat 18 agar utuh rangkaian dialog Allah dengan Iblis sampai keputusan Allah atasnya?

Al A'raf 16 dan tafsir

 

Baik Ustadz, mari kita bahas tafsir QS. al-A‘rāf ayat 16 dengan merujukan pada para ahli tafsir mumpuni (Ibn Kathīr, al-Ṭabarī, al-Qurṭubī, al-Sa‘dī). Saya susun komplit, ringkas, padat.


📖 Teks Ayat (QS. al-A‘rāf: 16)

قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ

Artinya:
(Iblis) berkata: “Karena Engkau telah menyesatkan aku, pasti aku akan menghadang mereka (manusia) di jalan-Mu yang lurus.”


🕌 Tafsīr Ulama

1. Ibn Kathīr

  • Iblis menyalahkan Allah atas kesesatannya: “bimā aghwaitanī” (karena Engkau menyesatkanku).
  • Padahal ia sesat karena pilihan dan kesombongannya sendiri.
  • Tekadnya: duduk di jalan lurus (agama Allah) untuk menghalangi manusia dari hidayah.

2. Al-Ṭabarī

  • Maksud “jalan-Mu yang lurus” adalah agama Islam.
  • Iblis berjanji menghadang manusia di jalan itu, bukan di jalan maksiat, sebab orang yang sudah rusak tidak perlu digoda lagi.
  • Ini menunjukkan kedengkian besar Iblis terhadap orang yang ingin taat.

3. Al-Qurṭubī

  • Iblis menggunakan kata “aghwaitanī” sebagai bentuk pengingkaran dan protes kepada Allah.
  • Tekadnya adalah menyesatkan sebanyak mungkin manusia, khususnya di jalan hidayah.
  • Pelajaran: godaan terbesar justru menimpa orang-orang yang berusaha menapaki jalan lurus.

4. Al-Sa‘dī

  • Ayat ini menyingkap hakikat permusuhan Iblis: ia tidak sekadar menggoda, tapi memusuhi jalan Allah itu sendiri.
  • Ia ingin menutup pintu kebaikan agar manusia tidak sampai kepada Allah.
  • Ini peringatan bahwa seorang mukmin harus selalu waspada dan berlindung kepada Allah.

🧾 Kesimpulan Tafsir QS. al-A‘rāf: 16

  • Iblis menyalahkan Allah atas kesesatannya, padahal sumbernya adalah kesombongan diri.
  • Ia bertekad menghadang manusia di jalan lurus (Islam, iman, ketaatan).
  • Godaan terberat justru dialami orang yang menempuh jalan kebenaran.
  • Pelajaran: seorang mukmin harus berlindung kepada Allah dengan doa, dzikir, dan istiqamah agar tidak terjebak tipu daya Iblis.

Apakah Ustadz ingin saya lanjutkan dengan tafsir ayat 17, yang menjelaskan strategi Iblis menggoda manusia dari segala arah?

Al A'raf 15 dan tafsir

 

Baik Ustadz, saya lanjutkan dengan tafsir QS. al-A‘rāf ayat 15 secara komplit, ringkas, dan padat dengan rujukan para ahli tafsir (Ibn Kathīr, al-Ṭabarī, al-Qurṭubī, al-Sa‘dī).


📖 Teks Ayat (QS. al-A‘rāf: 15)

قَالَ إِنَّكَ مِنَ الْمُنظَرِينَ

Artinya:
Allah berfirman: “Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh.”


🕌 Tafsīr Ulama

1. Ibn Kathīr

  • Allah mengabulkan permintaan Iblis, yaitu ditangguhkan umurnya.
  • Namun, bukan sampai hari kebangkitan, melainkan hanya sampai tiupan sangkakala pertama (hari kiamat kecil).
  • Hal ini ditegaskan dalam ayat lain (QS. Ṣād: 80–81).

2. Al-Ṭabarī

  • “Al-mundzarīn” = makhluk yang ditangguhkan ajalnya.
  • Iblis bukan dikecualikan dari kematian, ia tetap akan mati sebelum hari kebangkitan.
  • Allah memberi tangguh hingga akhir dunia sebagai ujian bagi manusia.

3. Al-Qurṭubī

  • Penangguhan ini adalahBaik Ustadz, saya lanjutkan dengan tafsir QS. al-A‘rāf ayat 15 secara komplit, ringkas, dan padat dengan rujukan para ahli tafsir (Ibn Kathīr, al-Ṭabarī, al-Qurṭubī, al-Sa‘dī).

    📖 Teks Ayat (QS. al-A‘rāf: 15)

    قَالَ إِنَّكَ مِنَ الْمُنظَرِينَ

    Artinya:
    Allah berfirman: “Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh.”


    🕌 Tafsīr Ulama

    1. Ibn Kathīr

    • Allah mengabulkan permintaan Iblis, yaitu ditangguhkan umurnya.
    • Namun, bukan sampai hari kebangkitan, melainkan hanya sampai tiupan sangkakala pertama (hari kiamat kecil).
    • Hal ini ditegaskan dalam ayat lain (QS. Ṣād: 80–81).

    2. Al-Ṭabarī

    • “Al-mundzarīn” = makhluk yang ditangguhkan ajalnya.
    • Iblis bukan dikecualikan dari kematian, ia tetap akan mati sebelum hari kebangkitan.
    • Allah memberi tangguh hingga akhir dunia sebagai ujian bagi manusia.

    3. Al-Qurṭubī

    • Penangguhan ini adalah izin ilahi, bukan karena Iblis berhak.
    • Hikmahnya: agar permusuhan Iblis menjadi nyata, dan manusia bisa memilih jalan iman atau kufur.
    • Ia diberi kesempatan menyesatkan, tapi Allah tetap berkuasa penuh atasnya.

    4. Al-Sa‘dī

    • Penangguhan umur Iblis adalah bagian dari takdir Allah.
    • Allah mengizinkan Iblis hidup sampai waktu tertentu, namun perbuatannya menyesatkan manusia tetap dalam lingkup kehendak Allah.
    • Ini mengandung pelajaran: musuh Allah tidak bisa berbuat apa pun kecuali dengan izin-Nya.

    🧾 Kesimpulan Tafsir QS. al-A‘rāf: 15

    • Allah mengabulkan permintaan Iblis dengan memberi umur panjang.
    • Penangguhan hanya sampai waktu tertentu (akhir dunia, sebelum hari kebangkitan).
    • Tujuan Allah menangguhkan: menjadikan Iblis ujian bagi manusia.
    • Pelajaran: hidup panjang tidak selalu karunia; tanpa iman, ia bisa menjadi jalan kebinasaan.

    Apakah Ustadz ingin saya buatkan rangkaian tafsir lengkap ayat 11–18 sebagai satu kesatuan dialog Allah dengan Iblis supaya lebih utuh untuk kajian? izin ilahi, bukan karena Iblis berhak.
  • Hikmahnya: agar permusuhan Iblis menjadi nyata, dan manusia bisa memilih jalan iman atau kufur.
  • Ia diberi kesempatan menyesatkan, tapi Allah tetap berkuasa penuh atasnya.

4. Al-Sa‘dī

  • Penangguhan umur Iblis adalah bagian dari takdir Allah.
  • Allah mengizinkan Iblis hidup sampai waktu tertentu, namun perbuatannya menyesatkan manusia tetap dalam lingkup kehendak Allah.
  • Ini mengandung pelajaran: musuh Allah tidak bisa berbuat apa pun kecuali dengan izin-Nya.

🧾 Kesimpulan Tafsir QS. al-A‘rāf: 15

  • Allah mengabulkan permintaan Iblis dengan memberi umur panjang.
  • Penangguhan hanya sampai waktu tertentu (akhir dunia, sebelum hari kebangkitan).
  • Tujuan Allah menangguhkan: menjadikan Iblis ujian bagi manusia.
  • Pelajaran: hidup panjang tidak selalu karunia; tanpa iman, ia bisa menjadi jalan kebinasaan.

Apakah Ustadz ingin saya buatkan rangkaian tafsir lengkap ayat 11–18 sebagai satu kesatuan dialog Allah dengan Iblis supaya lebih utuh untuk kajian?

Al a'raf 14 dan tafsir

 

Baik Ustadz, berikut saya susunkan tafsir QS. al-A‘rāf ayat 14 dengan rujukan para ahli tafsir mumpuni (Ibn Kathīr, al-Ṭabarī, al-Qurṭubī, dan al-Sa‘dī), secara komplit, ringkas, padat.


📖 Teks Ayat (QS. al-A‘rāf: 14)

قَالَ أَنظِرْنِي إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ

Artinya:
(Iblis) berkata: “Beri tangguhlah aku sampai hari mereka dibangkitkan.”


🕌 Tafsīr Ulama

1. Ibn Kathīr

  • Setelah diusir, Iblis meminta penangguhan umur.
  • Ia tidak ingin mati seperti makhluk lain, tetapi ingin tetap hidup sampai hari kebangkitan manusia.
  • Tujuannya: untuk menyesatkan anak Adam hingga akhir dunia.

2. Al-Ṭabarī

  • Permintaan Iblis adalah agar ditangguhkan sampai hari manusia dibangkitkan dari kubur.
  • Ia ingin tetap ada hingga kiamat, menjadi penggoda manusia.
  • Namun Allah hanya mengabulkan sebagian permintaannya (sampai hari kiamat kecil – tiupan sangkakala pertama).

3. Al-Qurṭubī

  • Permintaan Iblis lahir dari kedengkian: ia ingin hidup panjang agar punya kesempatan menyesatkan manusia sebanyak mungkin.
  • Allah tidak memberinya hingga hari kebangkitan, tapi hanya hingga waktu yang ditentukan (hari tiupan sangkakala).
  • Ini menunjukkan bahwa ajal setiap makhluk pasti ada batasnya, termasuk Iblis.

4. Al-Sa‘dī

  • Permintaan ini menunjukkan kerasnya permusuhan Iblis terhadap manusia.
  • Ia berambisi menunda ajalnya agar dapat menghalangi manusia dari jalan Allah.
  • Dari sini tampak sifat Iblis: dendam, keras kepala, dan tekad untuk menyesatkan.

🧾 Kesimpulan Tafsir QS. al-A‘rāf: 14

  • Iblis memohon agar ditangguhkan hidupnya sampai hari kebangkitan.
  • Motivasinya bukan untuk bertaubat, tetapi untuk menambah peluang menyesatkan manusia.
  • Allah hanya mengabulkan sampai waktu tertentu, bukan sampai hari kebangkitan (lihat ayat berikutnya, QS. al-A‘rāf: 15).
  • Pelajaran: panjang umur tanpa iman bukanlah nikmat, tapi justru bisa jadi azab bila digunakan untuk maksiat.

Apakah Ustadz mau saya langsung lanjutkan dengan tafsir ayat 15 agar permintaan Iblis ini jelas jawabannya dari Allah?

Al A'raf 13 dan tafsir

 

Baik Ustadz, berikut saya buatkan tafsir QS. al-A‘rāf ayat 13 dengan merujuk pada para ahli tafsir mumpuni (Ibn Kathīr, al-Ṭabarī, al-Qurṭubī, dan al-Sa‘dī), disusun komplit, ringkas, dan padat.


📖 Teks Ayat (QS. al-A‘rāf: 13)

قَالَ فَاهْبِطْ مِنْهَا فَمَا يَكُونُ لَكَ أَنْ تَتَكَبَّرَ فِيهَا فَاخْرُجْ إِنَّكَ مِنَ الصَّاغِرِينَ

Artinya:
Allah berfirman: “Maka turunlah kamu darinya (surga/derajat tinggi itu); tidak sepatutnya kamu menyombongkan diri di dalamnya. Maka keluarlah, sesungguhnya engkau termasuk orang-orang yang hina.”


🕌 Tafsīr Ulama

1. Ibn Kathīr

  • Allah murka atas kesombongan Iblis.
  • Iblis diusir dari surga/tingkatan malaikat.
  • Ia dijadikan hina dan rendah, kebalikan dari keangkuhannya.

2. Al-Ṭabarī

  • “فاهبط منها” berarti: diturunkan dari kedudukan mulia yang ia tempati bersama malaikat.
  • Tidak pantas makhluk yang sombong berada di tempat ketaatan.
  • Perintah ini adalah hukuman langsung atas kedurhakaan Iblis.

3. Al-Qurṭubī

  • Kesombongan tidak layak ada di hadapan Allah.
  • Iblis diusir, dicabut kehormatan dan derajatnya.
  • “الصَّاغِرِينَ” = orang yang hina, rendah, terusir, terkutuk.
  • Ayat ini menjadi peringatan bahwa kesombongan adalah sebab kehinaan di sisi Allah.

4. Al-Sa‘dī

  • Ayat ini menunjukkan bahwa takabbur adalah penghalang utama dari hidayah.
  • Allah menegaskan: siapa yang sombong menolak kebenaran, akan dihinakan.
  • Iblis adalah teladan buruk: asalnya mulia, jatuh hina karena kesombongan.

🧾 Kesimpulan Tafsir QS. al-A‘rāf: 13

  • Iblis diusir dari kedudukan mulia karena kesombongan menolak perintah Allah.
  • Kesombongan adalah dosa besar yang menjadikan mulia menjadi hina.
  • Allah menegaskan bahwa kemuliaan hanya milik orang yang taat, sedangkan kesombongan membawa kehinaan.
  • Pelajaran: jangan sombong, karena kesombongan adalah sifat Iblis yang menyebabkan terusir dari rahmat Allah.

Apakah Ustadz ingin saya lanjutkan dengan tafsir ayat 14–15 supaya rangkaian dialog Allah dengan Iblis lebih jelas dan menyambung?

Al A'raf 12 tafsir

 

Baik Ustadz, berikut saya susunkan tafsir QS. al-A‘rāf ayat 12 dengan merujuk pada para ahli tafsir besar (Ibn Kathīr, al-Ṭabarī, al-Qurṭubī, dan al-Sa‘dī) secara komplit, ringkas, dan padat.


📖 Teks Ayat (QS. al-A‘rāf: 12)

قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ ۖ قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِّنْهُ خَلَقْتَنِي مِن نَّارٍ وَخَلَقْتَهُ مِن طِينٍ

Artinya:
Allah berfirman: “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud ketika Aku memerintahkanmu?” Iblis menjawab: “Aku lebih baik darinya (Adam). Engkau menciptakanku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.”


🕌 Tafsīr Ulama

1. Ibn Kathīr

  • Ayat ini menggambarkan kesombongan Iblis terhadap perintah Allah.
  • Ia menolak bersujud karena merasa lebih mulia, padahal perintah Allah wajib ditaati tanpa alasan.
  • Kesalahan Iblis ada pada takabbur dan qiyās batil (menyamakan api lebih mulia dari tanah).

2. Al-Ṭabarī

  • Allah menegur Iblis dengan pertanyaan kecaman, bukan sekadar bertanya.
  • Iblis mengira bahwa bahan penciptaan menentukan kemuliaan, padahal kemuliaan itu dengan taqwa dan ketaatan, bukan asal penciptaan.
  • Penolakan Iblis adalah awal permusuhannya dengan manusia.

3. Al-Qurṭubī

  • Kesombongan Iblis menjadi dosa pertama yang dilakukan makhluk.
  • Ia berdalih dengan logika yang salah, seakan api lebih baik dari tanah.
  • Padahal tanah lebih tenang, stabil, dan darinya tumbuh kehidupan, sementara api bersifat merusak.
  • Ayat ini menjadi peringatan keras bagi manusia agar tidak sombong.

4. Al-Sa‘dī

  • Jawaban Iblis menunjukkan dua penyakit berbahaya:
    1. Sombong (takabbur), merasa lebih tinggi dari Adam.
    2. Ingkar (kufur), menolak perintah Allah secara sadar.
  • Kesalahan fatal: Iblis menolak kebenaran setelah jelas, sehingga ia menjadi kafir.

🧾 Kesimpulan Tafsir QS. al-A‘rāf: 12

  • Ayat ini menjelaskan sebab utama kesesatan Iblis: kesombongan dan kedurhakaan terhadap perintah Allah.
  • Iblis menggunakan logika keliru (asal penciptaan api lebih baik dari tanah) untuk menolak perintah Allah.
  • Hakikat kemuliaan makhluk bukan pada asal penciptaan, melainkan pada ketaatan, kerendahan hati, dan taqwa.
  • Ayat ini menjadi pelajaran bagi manusia: jangan sombong, jangan menolak kebenaran, dan jangan lebih mengutamakan akal daripada wahyu.

Apakah Ustadz mau saya lanjutkan dengan hikmah (pelajaran akhlak) yang bisa diambil umat dari ayat ini?

Jumat, 05 September 2025

Al A'raf 8-9

 

Baik, kita lanjutkan dengan tafsir Surah Al-A‘rāf ayat 8–9 (tentang mizan/timbangan amal) dari 7 ahli tafsir mumpuni agar lengkap sambungannya.


Teks Ayat (QS. Al-A‘rāf: 8–9)

8.
وَالْوَزْنُ يَوْمَئِذٍ الْحَقُّ ۚ فَمَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَأُو۟لَـٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ

Artinya:
“Timbangan pada hari itu adalah benar. Maka barangsiapa berat timbangan kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.”

9.
وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُو۟لَـٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ خَسِرُوٓا۟ أَنفُسَهُم بِمَا كَانُوا۟ بِـَٔايَـٰتِنَا يَظْلِمُونَ

Artinya:
“Dan barangsiapa ringan timbangan kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, disebabkan mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami.”


Tafsir 7 Ahli Tafsir

1. Tafsir Ibn Kathir

Ayat ini menjelaskan tentang mizan (timbangan amal) pada hari kiamat. Timbangan itu benar-benar ada dan nyata, akan menimbang amal-amal dengan adil. Barangsiapa amal baiknya lebih berat, dia beruntung masuk surga. Barangsiapa amal buruknya lebih berat, maka dia celaka. Ayat ini menegaskan keadilan Allah.


2. Tafsir Al-Tabari

Al-Tabari menafsirkan bahwa “al-waznu” adalah timbangan amal perbuatan yang nyata, dengan satu atau lebih daun timbangan. “Haqqun” berarti adil, tidak mungkin salah. Amal saleh dan amal buruk akan dihadirkan dalam bentuk yang bisa ditimbang. Beratnya timbangan karena keikhlasan dan kebenaran amal.


3. Tafsir Al-Qurṭubi

Menurut Al-Qurṭubi, mizan adalah hakikat, bukan majaz. Allah menimbang amal dengan keadilan. Orang yang berat amal baiknya masuk surga. Orang yang ringan amal baiknya masuk neraka. Ayat ini sekaligus bantahan terhadap golongan Mu‘tazilah yang menakwilkan mizan hanya sebagai simbol keadilan, bukan wujud nyata.


4. Tafsir Fakhruddin Al-Razi

Ar-Razi menjelaskan bahwa “timbangan yang hak” memiliki makna:

  1. Timbangan itu benar-benar ada secara hakiki.
  2. Adil, tidak mungkin menzalimi hamba.
    Kemenangan bagi yang berat amal baiknya adalah keberuntungan yang abadi. Sementara kerugian bagi yang ringan amal baiknya adalah kerugian yang nyata, karena ia kehilangan keselamatan dan surga.

5. Tafsir As-Sa‘di

As-Sa‘di menafsirkan bahwa pada hari kiamat akan ada timbangan amal yang adil. Kemenangan sejati adalah saat amal kebaikan lebih berat, dan kerugian sejati adalah ketika amal buruk lebih berat. Ayat ini memberi motivasi agar manusia memperbanyak amal kebaikan dengan ikhlas, karena yang menambah berat amal adalah keikhlasan, bukan sekadar banyaknya amal.


6. Tafsir Jalalain

Al-Jalalain menafsirkan: “Al-waznu” yaitu timbangan amal pada hari kiamat itu benar adanya. Barangsiapa berat kebaikannya, mereka beruntung, masuk surga. Dan siapa yang ringan kebaikannya, maka mereka merugi, masuk neraka, karena mereka dahulu menolak ayat-ayat Allah.


7. Tafsir Ibnu ‘Āsyūr (At-Tahrīr wa At-Tanwīr)

Ibnu ‘Āsyūr menekankan bahwa timbangan amal adalah lambang keadilan ilahi yang pasti nyata. Ayat ini bukan sekadar kiasan, tetapi penegasan bahwa setiap amal manusia akan mendapat balasan setimpal. Keberuntungan (al-falāḥ) di sini bermakna memperoleh keselamatan, kebahagiaan, dan ridha Allah, sedangkan kerugian adalah kehilangan tujuan hidup yang hakiki.


Kesimpulan

  • Al-A‘rāf ayat 8–9 menegaskan adanya mizan (timbangan amal) pada hari kiamat.
  • Timbangan itu benar, adil, dan nyata.
  • Amal baik yang ikhlas akan membuat timbangan berat → selamat & masuk surga.
  • Amal baik yang ringan karena sedikit, atau rusak oleh syirik & kufur → membuat rugi diri sendiri & masuk neraka.

Apakah mau saya teruskan tafsirnya ayat 10–11 (tentang penciptaan manusia dan ujian di bumi) supaya lebih runtut lagi?

Al a'raf 7 tafsir 5 ahli

 ---


Teks Ayat (QS. Al-A‘rāf: 7)


فَلَنَقُصَّنَّ عَلَيْهِمْ بِعِلْمٍ ۖ وَمَا كُنَّا غَائِبِينَ


Artinya:

“Maka sungguh Kami akan kabarkan kepada mereka dengan ilmu (Kami), dan Kami sekali-kali tidaklah ghaib (tidak hadir) dari mereka.”

Tafsir 7 Ahli Tafsir


1. Tafsir Ibn Kathir


Allah menegaskan bahwa pada hari kiamat kelak, seluruh umat akan diberi kabar tentang amal perbuatan mereka dengan pengetahuan Allah yang sempurna. Tidak ada sesuatu pun yang luput dari-Nya. Ayat ini menunjukkan ilmu Allah meliputi segala sesuatu, dan Dia menyaksikan amal-amal hamba-Nya.



---


2. Tafsir Al-Tabari


Menurut Al-Tabari, “فَلَنَقُصَّنَّ” berarti Allah benar-benar akan mengabarkan secara rinci semua amal umat manusia. “بِعِلْمٍ” artinya dengan ilmu yang benar, bukan dugaan atau kesaksian palsu. Firman-Nya “وَمَا كُنَّا غَائِبِينَ” menegaskan bahwa Allah selalu hadir mengetahui, tidak ada amal yang tersembunyi.



---


3. Tafsir Al-Qurṭubi


Al-Qurṭubi menjelaskan bahwa ayat ini adalah dalil tentang ilmu Allah yang azali: Dia mengetahui sebelum terjadi, ketika terjadi, dan setelahnya. Pada hari kiamat, Allah akan memaparkan amal-amal dengan ilmu-Nya, meskipun Allah tidak terlihat secara fisik di dunia, tetapi pengetahuan-Nya selalu hadir.



---


4. Tafsir Fakhruddin Al-Razi


Al-Razi menafsirkan bahwa ayat ini menunjukkan kesempurnaan keadilan Allah. Jika Allah menghisab tanpa pengetahuan yang sempurna, itu akan zalim. Tetapi karena Allah berfirman “dengan ilmu,” maka penghisaban pasti adil. “Tidak ghaib” artinya Allah selalu hadir dalam pengetahuan, meskipun hamba tidak melihat-Nya.



---


5. Tafsir As-Sa‘di


Menurut As-Sa‘di, ayat ini menunjukkan sifat ‘ilm Allah yang meliputi segala sesuatu. Pada hari kiamat, amal manusia akan diungkapkan dengan penuh rincian. Ini memberikan peringatan keras agar manusia berhati-hati karena tidak ada satu pun amal, kecil maupun besar, yang luput dari catatan Allah.



---


6. Tafsir Jalalain


Al-Jalalain menafsirkan: “Maka benar-benar akan Kami ceritakan kepada mereka amal perbuatan mereka dengan pengetahuan Kami terhadapnya, bukan dengan sangkaan. Dan Kami tidak pernah ghaib dari mereka, sehingga tidak ada amal mereka yang tersembunyi.”



---


7. Tafsir Ibnu ‘Āsyūr (At-Tahrīr wa At-Tanwīr)


Ibnu ‘Āsyūr menekankan bahwa lafaz ini adalah bentuk tahdid (ancaman) kepada manusia. Allah akan menjelaskan amal perbuatan mereka dengan pengetahuan-Nya, sehingga tidak ada ruang bagi pengingkaran atau alasan. Frasa “tidak ghaib” mengandung makna bahwa ilmu Allah menyertai seluruh perbuatan hamba, baik yang lahir maupun batin.



---


Kesimpulan


Ayat ini menegaskan ilmu Allah yang meliputi segala sesuatu. Pada hari kiamat, Allah akan memberitakan amal perbuatan manusia secara adil, detail, dan dengan pengetahuan yang sempurna. Tidak ada satu pun amal, sekecil apa pun, yang bisa luput dari pengawasan Allah.



---


Apakah mau saya buatkan juga tafsir ayat 8–9 (lanjutan tentang mizan/timbangan amal) supaya runtut satu tema?