Cari Blog Ini

Jumat, 27 Juni 2025

Al An'am 143 tafsir

 

Baik, berikut saya lanjutkan dengan Surah Al-An'am ayat 143, dilengkapi teks Arab, artinya, tafsir ahli komplit, dan asbabun nuzul.


Teks Arab Al-An'am 143

ثَمَٰنِيَةَ أَزْوَٰجٍۢ ۖ مِّنَ ٱلضَّأْنِ ٱثْنَيْنِ وَمِنَ ٱلْمَعْزِ ٱثْنَيْنِ ۗ قُلْ ءَآلذَّكَرَيْنِ حَرَّمَ أَمِ ٱلْأُنثَيَيْنِ أَمَّا ٱشْتَمَلَتْ عَلَيْهِ أَرْحَامُ ٱلْأُنثَيَيْنِ ۚ نَبِّـُٔونِى بِعِلْمٍ إِن كُنتُمْ صَٰدِقِينَ


Artinya (Kemenag 2019)

"(Yaitu) delapan ekor pasangan (hewan ternak), dari kambing ada dua, dan dari domba ada dua. Katakanlah (Muhammad), 'Apakah yang diharamkan Allah dua yang jantan atau dua yang betina ataukah yang ada dalam kandungan dua betina itu? Beritahukanlah kepadaku berdasarkan pengetahuan jika kamu orang yang benar.'"


Asbabun Nuzul Al-An'am 143

Menurut riwayat Ibnu Abbas dan Al-Qurthubi:

  • Kaum musyrikin Arab mengada-adakan aturan sendiri terhadap hewan ternak.
  • Mereka mengharamkan sebagian hewan jantan atau betina tanpa dasar dari Allah.
  • Misalnya:
    • Ada yang hanya boleh dimakan laki-laki.
    • Ada yang haram bagi perempuan.
    • Ada bagian dari hewan yang dianggap suci untuk berhala.
  • Allah menurunkan ayat ini untuk membantah kebiasaan tersebut, sekaligus menunjukkan kebodohan mereka, karena tidak ada penjelasan logis atau ilmiah dari pengharaman itu.

Tafsir Komplit dan Pendapat Ahli Tafsir

1. Tafsir Ibnu Katsir

Ibnu Katsir menjelaskan:

  • "Delapan pasang" artinya:
    • Dua dari kambing: jantan dan betina.
    • Dua dari domba: jantan dan betina.
  • Allah meminta kaum musyrikin menjelaskan, apakah yang diharamkan itu:
    • Jantan?
    • Betina?
    • Atau janin dalam kandungan betina?
  • Pertanyaan ini untuk membungkam mereka, karena mereka tidak punya dasar pengetahuan yang sah untuk pengharaman tersebut.

2. Tafsir Al-Qurthubi

Menurut Al-Qurthubi:

  • Ini adalah bentuk argumen logis Allah untuk mematahkan keyakinan musyrikin.
  • Mereka tidak bisa menunjukkan bukti ilmiah atau dalil syar'i atas pembagian halal dan haram yang mereka buat sendiri.
  • Allah mengingatkan bahwa pengaturan halal dan haram adalah hak mutlak Allah, bukan hasil rekayasa tradisi atau budaya.

3. Tafsir As-Sa'di

Syaikh As-Sa'di menyatakan:

  • Ayat ini menunjukkan bahwa penghalalan atau pengharaman sesuatu harus berdasarkan ilmu dan wahyu, bukan hawa nafsu atau tradisi.
  • Kaum musyrikin membuat aturan haram tanpa dasar, lalu mereka menyandarkannya kepada Allah, ini adalah bentuk kedustaan besar.

4. Tafsir Jalalain

Tafsir Jalalain menyebutkan:

  • Allah menyebutkan kambing dan domba sebagai contoh.
  • Allah tantang mereka, bagian mana dari hewan-hewan itu yang jelas-jelas haram? Mereka tentu tak mampu menjawab.
  • Ini menunjukkan kebingungan dan kedangkalan keyakinan mereka.

Kesimpulan Kandungan Ayat

✅ Allah menciptakan hewan ternak dalam berpasang-pasangan, jantan dan betina.
✅ Hanya Allah yang berhak menentukan mana yang halal dan haram.
✅ Pengharaman tanpa dasar ilmu dan wahyu adalah bentuk kesesatan.
✅ Ayat ini membantah keyakinan jahiliyah terkait hewan ternak.
✅ Argumen logis dalam ayat ini menunjukkan betapa rapuhnya kepercayaan buatan manusia jika tidak dilandasi wahyu.


Jika Anda ingin saya lanjutkan ayat 144, atau buatkan ringkasan tafsir ayat 141-143 dalam tabel praktis, saya siap bantu. Mau dilanjutkan?

Al An'am 142 tafsir

 

Berikut adalah Tafsir Surah Al-An'am ayat 142, dilengkapi dengan pendapat ahli tafsir dan asbabun nuzul secara komplit:


Teks Arab Al-An'am 142

۞ وَمِنَ ٱلْأَنْعَٰمِ حَمُولَةًۭ وَفَرْشًۭا ۚ كُلُوا۟ مِمَّا رَزَقَكُمُ ٱللَّهُ وَلَا تَتَّبِعُوا۟ خُطُوَٰتِ ٱلشَّيْطَٰنِ ۚ إِنَّهُۥ لَكُمْ عَدُوٌّۭ مُّبِينٌۭ


Artinya (Kemenag 2019)

"Dan di antara hewan ternak itu ada yang untuk angkutan dan ada yang untuk disembelih. Makanlah dari rezeki yang diberikan Allah kepadamu dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu."


Asbabun Nuzul Al-An'am 142

Riwayat Asbabun Nuzul

Menurut riwayat dari Mujahid, As-Suddi, dan Ibnu Abbas:

  • Kaum musyrikin Arab dahulu membagi hewan ternak menjadi beberapa bagian yang aneh:
    • Ada hewan yang dikhususkan hanya boleh ditunggangi, tidak boleh dimakan (seperti bahirah, sa'ibah, dll).
    • Ada yang dipersembahkan untuk berhala.
    • Ada yang tidak boleh dimakan oleh kaum lelaki atau sebaliknya hanya boleh dimakan oleh kelompok tertentu.
  • Allah menurunkan ayat ini untuk membantah tradisi jahiliyah tersebut dan menegaskan bahwa semua hewan ternak adalah ciptaan Allah, boleh dimanfaatkan sesuai ketentuan syariat-Nya, bukan aturan jahiliyah.

Tafsir Komplit dan Pendapat Ahli Tafsir

1. Tafsir Ibnu Katsir

Ibnu Katsir menjelaskan bahwa:

  • "Hamulah" adalah hewan ternak besar yang digunakan untuk mengangkut beban, seperti unta dan sapi besar.
  • "Farshan" adalah hewan ternak kecil yang biasanya dipelihara atau disembelih untuk diambil dagingnya, seperti kambing dan domba.
  • Allah memerintahkan untuk memakan rezeki yang diberikan, yaitu segala jenis hewan yang halal yang diciptakan-Nya.
  • Larangan mengikuti langkah-langkah setan, artinya jangan mengikuti tradisi jahiliyah atau was-was setan yang membuat manusia mengharamkan sesuatu tanpa dasar syariat.

2. Tafsir Al-Qurthubi

Menurut Imam Al-Qurthubi:

  • Ayat ini adalah penegasan akan nikmat Allah berupa hewan ternak yang berfungsi:
    • Untuk kendaraan (transportasi atau angkutan barang).
    • Untuk dikonsumsi daging dan hasil lainnya (susu, kulit, dll).
  • Tradisi jahiliyah seperti mengharamkan sebagian ternak tanpa dalil syar'i adalah bentuk mengikuti langkah setan.
  • Setan adalah musuh nyata, karena ia selalu menyesatkan manusia dengan menghiasi kebatilan.

3. Tafsir As-Sa'di

Syaikh As-Sa'di menegaskan:

  • Allah memudahkan manusia dengan berbagai macam hewan ternak sesuai kebutuhan mereka, baik untuk kendaraan maupun untuk pangan.
  • Wajib bagi manusia untuk bersyukur atas nikmat ini dengan:
    • Menghalalkan apa yang Allah halalkan.
    • Menjauhi aturan-aturan sesat buatan manusia yang bersumber dari bisikan setan.

4. Tafsir Jalalain

Tafsir Jalalain menyatakan:

  • "Hamulah" adalah hewan yang kuat menanggung beban.
  • "Farshan" adalah hewan yang biasa dihamparkan kulitnya atau dagingnya untuk dikonsumsi.
  • Manusia diperintahkan untuk memakan rezeki halal yang diberikan Allah.
  • Dilarang mengikuti langkah-langkah setan seperti:
    • Mengharamkan sesuatu yang halal.
    • Mengikuti kebiasaan musyrikin.
    • Mengikuti bisikan was-was yang menyesatkan.

Kesimpulan Kandungan Ayat

✅ Hewan ternak adalah ciptaan Allah yang memberikan manfaat besar, baik untuk transportasi maupun konsumsi.
✅ Larangan keras mengikuti aturan-aturan atau keyakinan jahiliyah terkait hewan ternak.
✅ Allah membolehkan memanfaatkan hewan ternak sesuai aturan-Nya.
✅ Mengikuti langkah setan seperti mengharamkan yang halal tanpa dalil adalah bentuk kesesatan.
✅ Setan adalah musuh nyata yang harus diwaspadai dalam kehidupan.


Jika Anda ingin saya lanjutkan ayat 143, atau buatkan tafsir ayat 141-142 dalam format tabel atau ringkasan, saya siap bantu. Mau dilanjutkan?

Al An'am 141 Tafsir

 

Berikut adalah Tafsir Surah Al-An'am ayat 141, dilengkapi dengan pendapat ahli tafsir dan asbabun nuzul secara komplit:


Teks Arab Al-An'am 141

وَهُوَ ٱلَّذِىٓ أَنشَأَ جَنَّٰتٍ مَّعْرُوشَٰتٍ وَغَيْرَ مَعْرُوشَٰتٍۢ وَٱلنَّخْلَ وَٱلزَّرْعَ مُخْتَلِفًا أُكُلُهُۥ وَٱلزَّيْتُونَ وَٱلرُّمَّانَ مُتَشَٰبِهًۭا وَغَيْرَ مُتَشَٰبِهٍۢ ۚ كُلُوا۟ مِن ثَمَرِهِۦٓ إِذَآ أَثْمَرَ وَءَاتُوا۟ حَقَّهُۥ يَوْمَ حَصَادِهِۦ ۖ وَلَا تُسْرِفُوٓا۟ ۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلْمُسْرِفِينَ


Artinya (Kemenag 2019)

"Dan Dialah yang menciptakan kebun-kebun yang berjunjung dan tidak berjunjung, pohon kurma, tanaman-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima, yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak serupa (rasanya). Makanlah dari buahnya apabila berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan dikeluarkan zakatnya); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan."


Asbabun Nuzul Al-An'am 141

Menurut sebagian besar ulama tafsir, termasuk Imam Al-Qurthubi dan Imam As-Suyuthi, ayat ini turun sebagai penjelasan dan bantahan terhadap kebiasaan kaum musyrikin Arab yang menyia-nyiakan hasil tanaman mereka atas nama sesembahan selain Allah.

Penjelasan:

  • Kaum musyrikin dahulu memiliki kebiasaan membuat bagian dari hasil pertanian dan buah-buahan mereka untuk dipersembahkan kepada berhala-berhala atau patung-patung sembahan mereka.
  • Sebagian hasil itu tidak boleh dimakan oleh siapa pun kecuali orang tertentu atau dianggap suci bagi berhala mereka.
  • Maka Allah menurunkan ayat ini untuk menegaskan bahwa semua tanaman dan buah-buahan itu adalah ciptaan-Nya semata, hak sepenuhnya ada pada Allah, dan yang diwajibkan hanyalah mengeluarkan haknya (seperti zakat hasil pertanian) sesuai syariat, bukan mengikuti tradisi jahiliyah.

Tafsir Komplit dan Pendapat Ahli Tafsir

1. Tafsir Ibnu Katsir

Ibnu Katsir menjelaskan bahwa:

  • "Kebun yang berjunjung dan tidak berjunjung" maksudnya adalah tanaman yang ditopang dengan kayu atau tali seperti pohon anggur, dan yang tumbuh menjalar di tanah seperti melon, semangka, atau labu.
  • "Pohon kurma, tanaman yang beraneka ragam buahnya", menunjukkan keanekaragaman ciptaan Allah dalam hal rasa, bentuk, warna, dan manfaat.
  • "Zaitun dan delima, yang serupa dan tidak serupa", meski tampak serupa dari luar, tetapi rasa dan manfaatnya bisa sangat berbeda.
  • Allah memerintahkan untuk memakan hasilnya saat berbuah, artinya manusia dipersilakan memanfaatkannya dengan baik.
  • Hak pada hari memetik hasil, menurut Ibnu Katsir, ini merujuk kepada kewajiban mengeluarkan sebagian dari hasil panen untuk kaum fakir atau zakat hasil pertanian.
  • Larangan berlebih-lebihan, yaitu jangan sampai seseorang berbuat boros, baik dalam hal makan maupun dalam pengelolaan hasil panen.

2. Tafsir Al-Qurthubi

Imam Al-Qurthubi memberikan rincian tambahan:

  • Ayat ini menunjukkan kekuasaan Allah dalam menciptakan keanekaragaman tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan manusia.
  • Istilah "haknya di hari panen" dapat diartikan:
    • Zakat wajib jika telah mencapai nishab (batas minimal hasil panen wajib zakat).
    • Atau sedekah sunnah, terutama kepada fakir miskin pada saat panen.
  • Larangan "jangan berlebih-lebihan", termasuk:
    • Menghambur-hamburkan hasil panen.
    • Memberikan seluruh hasil panen hingga merugikan diri sendiri.
    • Memberikan hasil panen kepada hal yang haram seperti untuk berhala atau ritual syirik.

3. Tafsir As-Sa'di

Syaikh Abdurrahman As-Sa'di menafsirkan:

  • Ayat ini mengingatkan bahwa segala hasil bumi adalah pemberian Allah.
  • Disyariatkan untuk bersyukur dengan cara:
    • Memanfaatkan hasil bumi secara halal.
    • Mengeluarkan haknya (zakat).
    • Tidak melakukan pemborosan, baik dalam konsumsi maupun pengelolaan harta.

4. Tafsir Jalalain

Tafsir Jalalain menyatakan:

  • "Dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya", sebagian ulama menyebut ini adalah anjuran sedekah sunnah, sebagian lagi mengatakan zakat.
  • "Janganlah kamu berlebih-lebihan", maksudnya:
    • Jangan berlebihan dalam makan atau minum.
    • Jangan berlebihan dalam menginfakkan harta hingga diri sendiri menjadi kesulitan.

Kesimpulan Kandungan Ayat

✅ Allah adalah satu-satunya Pencipta segala tanaman dan buah-buahan.
✅ Allah perintahkan manusia memanfaatkan hasil bumi dengan halal dan baik.
✅ Kewajiban mengeluarkan hak (seperti zakat pertanian) pada saat panen.
✅ Larangan berlebih-lebihan, baik dalam hal konsumsi maupun pengelolaan hasil bumi.
✅ Ayat ini juga sebagai bantahan terhadap tradisi jahiliyah yang mempersembahkan hasil bumi untuk berhala.


Jika Anda ingin saya lanjutkan dengan tafsir per kata, ilmu nahwu ayat ini, atau hubungan ayat ini dengan konsep zakat pertanian, saya siap buatkan. Mau dilanjutkan?

Jumat, 20 Juni 2025

Al An'am 140 tafsir

 

Berikut adalah tafsir lengkap QS. Al-An‘am ayat 140, lanjutan dari ayat sebelumnya (138–139), yang masih membongkar kebatilan perilaku kaum musyrikin yang membuat aturan agama sendiri.


📖 Teks Arab QS. Al-An‘am: 140

قَدۡ خَسِرَ ٱلَّذِینَ قَتَلُوۤا۟ أَوۡلَـٰدَهُمۡ سَفَهَۭا بِغَیۡرِ عِلۡمࣲ وَحَرَّمُوا۟ مَا رَزَقَهُمُ ٱللَّهُ ٱفۡتِرَآءً عَلَى ٱللَّهِۚ قَدۡ ضَلُّوا۟ وَمَا كَانُوا۟ مُهۡتَدِینَ


📜 Terjemahan (Kemenag RI)

"Sungguh rugilah orang-orang yang telah membunuh anak-anak mereka karena kebodohan tanpa pengetahuan, dan mengharamkan apa yang telah Allah rezekikan kepada mereka dengan mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sungguh mereka telah sesat dan mereka tidak mendapat petunjuk."


Tafsir Lengkap QS. Al-An‘am: 140

📘 1. Tafsir al-Muyassar

Allah mengecam:

  • Orang-orang musyrik yang membunuh anak-anak mereka karena takut miskin atau karena keyakinan adat jahiliah (seperti nazar kepada berhala).
  • Mereka juga mengharamkan rezeki yang Allah berikan seperti hewan ternak, hasil bumi, dll, tanpa dalil. ➡️ Semua itu adalah bentuk kedustaan terhadap Allah dan tindakan tanpa ilmu.

Maka mereka termasuk orang-orang yang merugi dan tidak mendapatkan petunjuk.


📗 2. Tafsir Ibnu Katsir

Dalam adat jahiliyah:

  • Ada tradisi membunuh anak perempuan hidup-hidup, karena malu dan takut fakir.
  • Ada juga yang membunuh anak karena nazar kepada berhala, seperti "jika lahir anak, akan disembelih untuk berhala".
  • Mereka juga mengharamkan makanan dan hewan tertentu dengan mengklaim berasal dari Allah, padahal itu hanya karangan mereka sendiri.

➡️ Ayat ini mengecam dua kebodohan besar:

  1. Pembunuhan jiwa (anak) karena alasan adat/syirik.
  2. Pengharaman nikmat Allah tanpa dasar wahyu.

📙 3. Tafsir al-Maraghi

Ayat ini adalah penghukuman terhadap dua bentuk kesesatan besar:

  1. Membunuh anak-anak karena takut kemiskinan (seolah mereka tahu masa depan) — bentuk kezaliman dan ketidaktahuan.
  2. Mengharamkan sesuatu yang halal, seperti makanan dan hewan, karena mengikuti adat atau hawa nafsu, lalu menisbahkan kepada Allah.

➡️ Semua ini adalah kesesatan yang jauh dari kebenaran, dan mereka tidak berada di jalan petunjuk.


📌 Kandungan dan Hikmah QS. Al-An‘am: 140

  1. Pembunuhan anak adalah kejahatan besar — baik karena adat, syirik, atau rasa takut miskin.
  2. **Mengharamkan nikmat Allah tanpa dasar wahyu adalah bentuk kedustaan
  3. Berikut adalah tafsir lengkap QS. Al-An‘am ayat 140, lanjutan dari ayat sebelumnya (138–139), yang masih membongkar kebatilan perilaku kaum musyrikin yang membuat aturan agama sendiri.


    📖 Teks Arab QS. Al-An‘am: 140

    قَدۡ خَسِرَ ٱلَّذِینَ قَتَلُوۤا۟ أَوۡلَـٰدَهُمۡ سَفَهَۭا بِغَیۡرِ عِلۡمࣲ وَحَرَّمُوا۟ مَا رَزَقَهُمُ ٱللَّهُ ٱفۡتِرَآءً عَلَى ٱللَّهِۚ قَدۡ ضَلُّوا۟ وَمَا كَانُوا۟ مُهۡتَدِینَ


    📜 Terjemahan (Kemenag RI)

    "Sungguh rugilah orang-orang yang telah membunuh anak-anak mereka karena kebodohan tanpa pengetahuan, dan mengharamkan apa yang telah Allah rezekikan kepada mereka dengan mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sungguh mereka telah sesat dan mereka tidak mendapat petunjuk."


    Tafsir Lengkap QS. Al-An‘am: 140

    📘 1. Tafsir al-Muyassar

    Allah mengecam:

    • Orang-orang musyrik yang membunuh anak-anak mereka karena takut miskin atau karena keyakinan adat jahiliah (seperti nazar kepada berhala).
    • Mereka juga mengharamkan rezeki yang Allah berikan seperti hewan ternak, hasil bumi, dll, tanpa dalil. ➡️ Semua itu adalah bentuk kedustaan terhadap Allah dan tindakan tanpa ilmu.

    Maka mereka termasuk orang-orang yang merugi dan tidak mendapatkan petunjuk.


    📗 2. Tafsir Ibnu Katsir

    Dalam adat jahiliyah:

    • Ada tradisi membunuh anak perempuan hidup-hidup, karena malu dan takut fakir.
    • Ada juga yang membunuh anak karena nazar kepada berhala, seperti "jika lahir anak, akan disembelih untuk berhala".
    • Mereka juga mengharamkan makanan dan hewan tertentu dengan mengklaim berasal dari Allah, padahal itu hanya karangan mereka sendiri.

    ➡️ Ayat ini mengecam dua kebodohan besar:

    1. Pembunuhan jiwa (anak) karena alasan adat/syirik.
    2. Pengharaman nikmat Allah tanpa dasar wahyu.

    📙 3. Tafsir al-Maraghi

    Ayat ini adalah penghukuman terhadap dua bentuk kesesatan besar:

    1. Membunuh anak-anak karena takut kemiskinan (seolah mereka tahu masa depan) — bentuk kezaliman dan ketidaktahuan.
    2. Mengharamkan sesuatu yang halal, seperti makanan dan hewan, karena mengikuti adat atau hawa nafsu, lalu menisbahkan kepada Allah.

    ➡️ Semua ini adalah kesesatan yang jauh dari kebenaran, dan mereka tidak berada di jalan petunjuk.


    📌 Kandungan dan Hikmah QS. Al-An‘am: 140

    1. Pembunuhan anak adalah kejahatan besar — baik karena adat, syirik, atau rasa takut miskin.
    2. Mengharamkan nikmat Allah tanpa dasar wahyu adalah bentuk kedustaan terhadap Allah.
    3. Menunjukkan kebodohan dan kesesatan masyarakat jahiliah, yang tidak bisa dijadikan teladan.
    4. Allah menegaskan bahwa mereka termasuk orang yang merugi dan tidak mendapat hidayah.
    5. Mengingatkan umat Islam agar tidak mengikuti kebiasaan yang tidak sesuai syariat.

    📚 Sumber Rujukan

    1. Tafsir al-Muyassar (KSA)
    2. Tafsir Ibnu Katsir
    3. Tafsir al-Maraghi
    4. Tafsir al-Baghawi
    5. Tafsir as-Sa‘di
    6. Tafsir Kemenag RI
    7. Ensiklopedi Tafsir Tematik: Kejahiliyahan dan Kedustaan atas Nama Allah

    ✅ Ringkasan Ayat 138–140 (Seri Pembongkaran Jahiliyah)

    Ayat Penyelewengan Musyrikin Kecaman Allah
    138 Mengharamkan tanaman/hewan tanpa dasar Kedustaan atas nama Allah
    139 Diskriminasi makanan janin & bangkai Balasan atas pernyataan palsu
    140 Membunuh anak & mengharamkan rezeki Mereka sesat dan tidak mendapat petunjuk

    Jika Anda ingin saya lanjutkan ke ayat 141 atau ingin dijadikan materi ceramah atau khutbah dengan poin-poin ringkas, saya siap bantu.

Al An'am 139 tafsir

 

Berikut adalah tafsir lengkap QS. Al-An‘am ayat 139, lanjutan dari ayat sebelumnya (ayat 138), yang masih membahas tentang penyimpangan kaum musyrikin dalam menghalalkan dan mengharamkan sesuatu tanpa dasar dari Allah.


📖 Teks Arab QS. Al-An‘am: 139

وَقَالُوا۟ مَا فِى بُطُونِ هَـٰذِهِ ٱلۡأَنۡعَـٰمِ خَالِصَةࣰ لِّذُكُورِنَا وَمُحَرَّمٌ عَلَىٰٓ أَزۡوَٰجِنَاۖ وَإِن يَكُن مَّيۡتَةࣰ فَهُمۡ فِيهِ شُرَكَآءُۚ سَيَجۡزِيهِمۡ وَصۡفَهُمۡۚ إِنَّهُۥ حَكِيمٌ عَلِيمٌ


📜 Terjemahan (Kemenag RI)

"Dan mereka berkata, 'Apa yang ada dalam perut hewan ternak ini adalah khusus untuk laki-laki kami dan diharamkan atas istri-istri kami, tetapi jika yang ada dalam perut itu mati, maka mereka semua boleh memakannya.' Allah akan membalas mereka atas pernyataan mereka itu. Sungguh, Dia Mahabijaksana, Maha Mengetahui."


Tafsir Lengkap QS. Al-An‘am: 139

📘 1. Tafsir al-Muyassar

Kaum musyrikin berkata:

  • “Apa yang ada di perut hewan (janin, susu, daging, dsb) hanya boleh untuk laki-laki.”
  • “Wanita tidak boleh memakannya.”
  • Namun, jika hewan itu mati sendiri (bangkai), maka laki-laki dan perempuan boleh makan bersama.

➡️ Ini merupakan perkataan yang bathil, menyelewengkan hukum Allah. Maka Allah akan membalas mereka atas kedustaan dan penghalalan-pengharaman buatan sendiri.


📗 2. Tafsir Ibnu Katsir

Ayat ini masih terkait dengan adat jahiliyah yang menyimpang:

  • Jika hewan itu hamil, maka janin di perutnya hanya boleh dimakan oleh laki-laki.
  • Namun jika hewan itu mati (tidak disembelih), mereka membolehkan istri-istri mereka ikut makan bangkainya.

Ibnu Katsir menegaskan:
“Ini adalah kontradiksi besar dalam adat mereka: Halal saat bangkai, tapi haram saat hidup — padahal Islam justru sebaliknya.”

➡️ Maka Allah akan membalas kedustaan mereka dan kebodohan mereka, karena Allah Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana.


📙 3. Tafsir al-Maraghi

  • Ayat ini menunjukkan penyelewengan logika dan akidah kaum musyrikin.
  • Mereka membuat aturan semaunya, bukan berdasarkan wahyu.
  • Mereka memberikan keistimewaan kepada laki-laki, merendahkan perempuan, dan menghalalkan bangkai, sesuatu yang secara fitrah menjijikkan.

➡️ Allah menegaskan bahwa Dia akan membalas mereka sesuai dengan “wasfahum” — yakni deskripsi atau klaim palsu yang mereka buat.


📌 Kandungan dan Hikmah QS. Al-An‘am: 139

  1. Kritik terhadap sistem diskriminatif dan adat budaya jahiliah.
  2. Menunjukkan inkonsistensi logika kaum musyrik: mengharamkan yang halal, menghalalkan yang haram.
  3. Mengkritik kebiasaan menyamaratakan bangkai sebagai makanan halal.
  4. Allah menegaskan akan membalas segala bentuk kebohongan terhadap agama.
  5. Allah Maha Bijaksana (Hakim) dan Maha Mengetahui (‘Alim) — hukum-Nya adil, tidak seperti aturan buatan manusia.

📚 Sumber Rujukan

  1. Tafsir al-Muyassar
  2. Tafsir Ibnu Katsir
  3. Tafsir al-Maraghi
  4. Tafsir as-Sa‘di
  5. Tafsir al-Baghawi
  6. Ensiklopedi Tematik Al-Qur’an: Bid‘ah dan Adat Jahiliah
  7. Tafsir Kemenag RI

✅ Kesimpulan Ayat 138–139

Kedua ayat ini menunjukkan bahwa kaum musyrikin:

  • Mengada-adakan aturan agama (haram–halal) tanpa dasar wahyu,
  • Mempraktikkan diskriminasi gender,
  • Memutarbalikkan logika halal-haram,
  • Dan mengatasnamakan Allah atas kebohongan mereka.

Pelajaran penting: Umat Islam harus berhati-hati agar tidak menghalalkan atau mengharamkan sesuatu tanpa dasar syar’i, karena itu termasuk bentuk kedustaan terhadap Allah.


Jika Anda ingin tafsir ayat selanjutnya (QS. Al-An‘am: 140) atau mau dijadikan materi khutbah atau pelajaran, saya siap bantu.

Al An'am 138

 

Berikut adalah tafsir lengkap Surat Al-An‘am ayat 138 (QS. Al-An'am: 138) berdasarkan berbagai sumber tafsir terkemuka seperti Tafsir Ibnu Katsir, Al-Muyassar, dan Tafsir al-Maraghi, serta penjelasan tematik ulama.


📖 Teks Arab QS. Al-An‘am: 138

وَقَالُوا هَـٰذِهِۦۤ أَنعَـٰمٌۭ وَحَرۡثٌ حِجۡرٌۭۖ لَّا يَطۡعَمُهَآ إِلَّا مَن نَّشَآءُ بِزَعۡمِهِمۡۖ وَأَنعَـٰمٌ حُرِّمَتۡ ظُهُورُهَا وَأَنعَـٰمٌۭ لَّا يَذۡكُرُونَ ٱسۡمَ ٱللَّهِ عَلَیۡهَا ٱفۡتِرَآءً عَلَیۡهِۚ سَيَجۡزِيهِم بِمَا كَانُوا۟ يَفۡتَرُونَ


📜 Terjemahan (Kemenag RI)

Dan mereka berkata, “Ini adalah hewan ternak dan tanaman yang terlarang, tidak boleh memakannya kecuali orang yang kami kehendaki,” menurut pengakuan mereka. Dan (ada) hewan ternak yang diharamkan (membebani) punggungnya, dan hewan ternak yang mereka tidak menyebut nama Allah atasnya (ketika menyembelihnya), (semua itu) adalah kedustaan terhadap Allah. Kelak Allah akan membalas mereka atas apa yang selalu mereka ada-adakan (berdusta).


✨ Tafsir Lengkap QS. Al-An‘am Ayat 138

📘 1. Tafsir al-Muyassar

Orang-orang musyrik menjadikan sebagian hewan ternak dan tanaman sebagai sesuatu yang terlarang untuk orang lain, hanya boleh dimakan oleh orang tertentu saja menurut klaim mereka, padahal Allah tidak menetapkannya.

  • Mereka juga mengharamkan menunggangi hewan tertentu, seperti unta betina, padahal Allah tidak melarangnya.
  • Mereka menyembelih hewan tanpa menyebut nama Allah dan mengklaim hal itu sebagai bagian dari agama.
    ➡️ Semua itu adalah kedustaan atas nama Allah, dan kelak Allah akan membalas mereka atas kebohongan tersebut.

📗 2. Tafsir Ibnu Katsir

Ayat ini melanjutkan pembongkaran terhadap kebatilan adat Jahiliyah:

  • Mereka menyatakan bahwa sebagian hewan dan tanaman adalah “hijr” (terlarang), hanya boleh dimakan oleh orang yang mereka kehendaki (biasanya laki-laki, bukan perempuan).
  • Mereka juga menciptakan istilah "Bahirah, Saibah, Hami, Washilah" dan menjadikan sebagian hewan haram ditunggangi.
  • Mereka menyembelih hewan tanpa menyebut nama Allah, tapi dengan menyebut berhala.
    ➡️ Ini semua adalah bentuk pengharaman terhadap hal-hal yang halal, tanpa dasar wahyu — kedustaan atas nama Allah.

Catatan penting dari Ibnu Katsir:

"Mereka mengaku bahwa ini semua dari Allah, padahal itu hanyalah kebohongan yang mereka ada-adakan dalam agama."


📙 3. Tafsir al-Maraghi

  • Kaum musyrik Quraisy telah mengada-adakan aturan sendiri dalam agama, mengklaim bahwa sebagian hasil pertanian dan hewan ternak haram bagi wanita, atau hanya halal untuk pria tertentu.
  • Mereka tidak menggunakan nama Allah ketika menyembelih hewan, melainkan menyebut nama berhala.
  • Semua ini adalah bentuk penyimpangan dan pembangkangan terhadap syariat yang murni.

➡️ Allah mengutuk dan mengecam tindakan itu, dan akan memberikan balasan setimpal atas kedustaan dan kebid’ahan tersebut.


📌 Kandungan dan Hikmah Ayat QS. Al-An‘am: 138

  1. Kritik terhadap bid'ah dalam agama, yaitu membuat aturan halal-haram sendiri.
  2. Larangan menyembelih tanpa menyebut nama Allah, karena itu menyerupai syirik.
  3. Allah akan mengazab orang yang mengada-adakan hukum agama, seolah berasal dari-Nya.
  4. Teguran terhadap kelompok yang menyelewengkan agama demi kepentingan budaya atau adat.
  5. Hewan dan hasil bumi adalah ciptaan Allah, yang halal dimanfaatkan kecuali jika dilarang secara syar’i.

📚 Sumber Rujukan

  1. Tafsir al-Muyassar (Kementerian Agama Saudi)
  2. Tafsir Ibnu Katsir (Darussalam, cetakan lengkap)
  3. Tafsir al-Maraghi (Juz 7)
  4. Tafsir al-Baghawi, Ma‘alim at-Tanzil
  5. Tafsir as-Sa'di, Taisir al-Karim ar-Rahman
  6. Ensiklopedia Tafsir Tematik: "Syirik, Bid’ah, dan Adat Jahiliyah", Lajnah KSA
  7. Tafsir Kemenag RI

Jika Anda ingin tafsir ayat selanjutnya (QS. Al-An‘am: 139) atau penjelasan tematiknya, silakan beri tahu.

Jumat, 13 Juni 2025

Al An'am 139

 

Berikut adalah tafsir lengkap Surah Al-An’am ayat 139, dilengkapi dengan teks Arab, terjemahan, tafsir para ulama, dan pelajaran hikmah:


📖 Surah Al-An’am Ayat 139

📝 **Teks Arab:

** وَقَالُوا۟ مَا فِى بُطُونِ هَـٰذِهِ ٱلْأَنْعَـٰمِ خَالِصٌۭ لِّذُكُورِنَا وَمُحَرَّمٌ عَلَىٰٓ أَزْوَٰجِنَا ۖ وَإِن يَكُن مَّيْتَةًۭ فَهُمْ فِيهِ شُرَكَآءُ ۚ سَيَجْزِيهِمْ وَصْفَهُمْ ۚ إِنَّهُۥ حَكِيمٌ عَلِيمٌ


📜 Terjemahan (Kementerian Agama RI):

“Dan mereka mengatakan, ‘Apa yang ada dalam perut hewan ternak ini hanya untuk laki-laki kami dan haram bagi perempuan kami.’ Tetapi jika (yang dalam perut itu) mati, maka mereka (laki-laki dan perempuan) bersama-sama dalam hal itu. Allah akan membalas mereka atas ketetapan mereka itu. Sungguh, Dia Mahabijaksana, Maha Mengetahui.”


📚 Penjelasan dan Tafsir Lengkap

🔹 Konteks Ayat:

Ayat ini masih dalam rangkaian kecaman terhadap ritual jahiliyah kaum musyrik Arab yang membuat aturan syariat palsu, terutama terkait makanan dari hewan ternak. Mereka:

  1. Mengklaim bahwa isi perut (seperti janin atau susu) dari hewan tertentu hanya boleh dimakan oleh laki-laki.
  2. Mengharamkannya bagi perempuan.
  3. Namun jika hewan itu mati dengan sendirinya (bangkai), laki-laki dan perempuan sama-sama boleh memakannya.

Ini adalah kontradiksi dan kedustaan atas nama Allah.


🔸 Tafsir Ibnu Katsir:

Mereka membuat aturan bahwa janin dalam perut hewan tertentu (misalnya hewan qurban) hanya untuk kaum laki-laki mereka. Tetapi jika ternyata hewan itu mati sebelum disembelih, maka mereka perbolehkan untuk semua, termasuk perempuan. Ini menunjukkan kebodohan dan kemunafikan mereka dalam membuat aturan yang saling bertentangan.

Allah akan membalas mereka atas "waṣfahum" (penetapan atau klaim palsu mereka), dan Allah Maha Bijaksana serta Maha Mengetahui kebohongan mereka.


🔸 Tafsir Al-Muyassar:

Mereka membuat peraturan yang tidak logis dan bertentangan. Apa yang ada dalam perut hewan (janin atau susu) hanya untuk laki-laki, tidak untuk perempuan. Tapi kalau isinya bangkai (mati sebelum disembelih), justru boleh untuk semua. Allah akan membalas mereka karena membuat-buat hukum tanpa izin-Nya.


🔸 Tafsir Jalalayn:

Hewan-hewan yang mereka anggap suci itu hanya boleh dimanfaatkan isinya oleh laki-laki, tapi perempuan dilarang. Namun jika hewan itu mati, mereka berbagi bersama. Allah akan membalas mereka atas kepalsuan aturan itu, dan Allah tahu apa yang mereka sembunyikan.


🧠 Pelajaran dan Hikmah dari Ayat Ini:

  1. Membuat aturan agama tanpa dalil adalah dosa besar.
    Termasuk menetapkan halal-haram berdasarkan adat atau keinginan sendiri.

  2. Ketidakadilan gender dalam agama bukan dari Islam.
    Islam datang menghapus ketidakadilan seperti itu, termasuk dalam akses makanan, hak waris, ibadah, dll.

  3. Allah Maha Tahu dan Maha Bijaksana.
    Semua bentuk kebohongan atas nama agama akan mendapat balasan.

  4. Islam menolak kontradiksi logika dalam hukum.
    Contoh: mengharamkan janin untuk perempuan tapi menghalalkan bangkainya—padahal lebih layak yang hidup.


Jika Anda ingin saya lanjutkan ke ayat 140 atau dibuatkan materi ceramah, kajian tematik, atau infografik ayat-ayat ini, saya siap bantu.


Ayat Surah Al-An'am 137 berkaitan erat dengan tema syirik, manipulasi agama, dan pembunuhan anak, dan dalam Al-Qur’an ada beberapa ayat lain yang saling menguatkan serta menjelaskan lebih dalam mengenai fenomena pembunuhan anak karena kebodohan, kemiskinan, dan tradisi jahiliyah.

Berikut adalah ayat-ayat lain yang berkaitan erat dengan Al-An'am ayat 137:


1. Surah Al-Isra’ (17): 31

📜 Teks Arab:

وَلَا تَقْتُلُوا۟ أَوْلَـٰدَكُمۡ خَشۡيَةَ إِمۡلَـٰقٍۖ نَّحۡنُ نَرۡزُقُهُمۡ وَإِيَّاكُمۡۚ إِنَّ قَتۡلَهُمۡ كَانَ خِطۡـٔٗا كَبِيرٗا

📖 Terjemahan:

"Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah dosa yang besar."

📌 Kaitan: Menegaskan larangan membunuh anak karena alasan ekonomi, sebagaimana dilakukan oleh kaum musyrik dalam Al-An’am 137.


2. Surah Al-Takwir (81): 8–9

📜 Teks Arab:

وَإِذَا ٱلۡمَوْءُۥدَةُ سُئِلَتۡ ٨ بِأَيِّ ذَنۢبٖ قُتِلَتۡ ٩

📖 Terjemahan:

"Dan apabila bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa apa dia dibunuh."

📌 Kaitan: Mengecam praktik jahiliyah membunuh anak perempuan sebagai bentuk kehinaan atau karena alasan sosial, juga tercermin dalam Al-An’am 137.


3. Surah Al-An’am (6): 140

"Sungguh rugilah orang-orang yang membunuh anak-anak mereka karena kebodohan tanpa pengetahuan, dan mengharamkan apa yang telah Allah rezekikan kepada mereka dengan mengada-adakan kebohongan terhadap Allah..."

📌 Kaitan: Ini adalah ayat lanjutan langsung dari ayat 137, memperjelas kecaman terhadap pembunuhan anak dan penetapan hukum yang menyimpang.


4. Surah Al-Nahl (16): 58–59

"Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, wajahnya menjadi hitam dan dia sangat marah... lalu dia menguburkannya hidup-hidup di tanah."

📌 Kaitan: Menunjukkan kebencian kaum musyrik terhadap anak perempuan, sebagai salah satu sebab pembunuhan anak yang dikritik dalam Al-An’am 137.


5. Surah Al-Ma’idah (5): 103

"Allah tidak pernah mensyariatkan Bahirah, Saibah, Washilah, dan Ham… mereka mengada-adakan kebohongan terhadap Allah."

📌 Kaitan: Sama seperti Al-An’am 137, ini mengutuk ritual hewan-hewan khusus yang dilarang berdasarkan kebohongan, tanpa izin Allah.


🧠 Kesimpulan Tematik:

Ayat Al-An’am 137 dan ayat-ayat terkait:

  • Mencela praktik syirik yang merusak moral dan akal sehat, seperti membunuh anak dan membuat hukum sendiri.
  • Menunjukkan bahwa agama yang benar harus datang dari wahyu, bukan tradisi atau takhayul.
  • Memperlihatkan bahwa keadilan dan kasih sayang adalah nilai utama dalam syariat Islam.

Jika Anda ingin saya buatkan kajian tematik lengkap dari ayat-ayat ini dalam bentuk bahan ceramah, makalah, atau slide presentasi, saya siap bantu.


Al An'am 138

 

Berikut adalah tafsir lengkap Surah Al-An’am ayat 138, disertai dengan teks Arab, terjemahan, tafsir para ulama, dan penjelasan hikmah:


📖 Surah Al-An’am Ayat 138

📝 Teks Arab:

وَقَالُوا۟ هَـٰذِهِۦٓ أَنْعَـٰمٌۭ وَحَرْثٌۭ حِجْرٌۭ ۖ لَّا يَطْعَمُهَآ إِلَّا مَن نَّشَآءُ بِزَعْمِهِمْ ۖ وَأَنْعَـٰمٌ حُرِّمَتْ ظُهُورُهَا وَأَنْعَـٰمٌۭ لَّا يَذْكُرُونَ ٱسْمَ ٱللَّهِ عَلَيْهَا ٱفْتِرَآءً عَلَيْهِ ۚ سَيَجْزِيهِم بِمَا كَانُوا۟ يَفْتَرُونَ


📜 Terjemahan (Kementerian Agama RI):

“Dan mereka mengatakan, ‘Ini adalah hewan-hewan ternak dan tanaman yang dilarang; tidak seorang pun boleh memakannya kecuali orang yang kami kehendaki,’ menurut anggapan mereka, dan ada (pula) hewan-hewan ternak yang mereka haramkan menungganginya dan hewan-hewan ternak yang mereka tidak menyebut nama Allah atasnya (ketika menyembelihnya), karena mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Kelak Allah akan membalas mereka atas kebohongan yang selalu mereka ada-adakan.”


📚 Penjelasan dan Tafsir Lengkap

🔹 Konteks Ayat:

Ayat ini melanjutkan celaan terhadap kebiasaan orang-orang musyrik Arab yang membuat aturan keagamaan sendiri tanpa dasar wahyu, melainkan berdasar tradisi nenek moyang atau karangan para tokoh berhala.

Mereka membagi ternak dan hasil panen secara sembarangan:

  • Sebagiannya dianggap "ḥijr" (terlarang),
  • Hanya boleh dimakan oleh orang-orang tertentu,
  • Ada yang tidak boleh ditunggangi,
  • Ada pula yang ketika disembelih tidak menyebut nama Allah.

🔸 Tafsir Ibnu Katsir:

Kaum musyrik mengadakan sistem peraturan buatan dalam ibadah qurban dan makanan. Mereka mengatakan: “Ini haram dimakan kecuali oleh orang yang kami pilih,” atau “Ini tidak boleh ditunggangi,” dan ada juga hewan yang saat disembelih tidak menyebut nama Allah.

Semua itu adalah dusta terhadap Allah, dan Allah akan membalas mereka karena mengada-adakan hukum yang tidak pernah Allah izinkan.


🔸 Tafsir Al-Muyassar:

Mereka mengharamkan sebagian hasil ternak dan pertanian tanpa dalil syariat. Ada yang mereka klaim hanya boleh dimakan oleh orang tertentu. Mereka juga mengharamkan menunggangi hewan tertentu dan menyembelih tanpa menyebut nama Allah. Semua ini adalah kebohongan besar terhadap Allah, dan mereka akan diberi balasan atasnya.


🔸 Tafsir Jalalayn:

Dengan dusta mereka, kaum musyrik mengatakan: “Hewan ini haram kecuali bagi orang yang kami pilih,” dan mereka juga mengharamkan hewan untuk ditunggangi atau disembelih atas nama Allah. Semua itu dibuat-buat untuk mendekatkan diri kepada berhala. Ini adalah fitnah besar dan bid’ah, dan Allah akan membalas mereka.


🧠 Pelajaran dan Hikmah dari Ayat Ini:

  1. Membuat hukum tanpa wahyu adalah kebatilan.
    Hukum halal dan haram hanya boleh ditetapkan oleh Allah, bukan tradisi, budaya, atau tokoh masyarakat.

  2. Syirik menjerumuskan ke dalam kebodohan ritual.
    Orang musyrik bahkan menghalangi rezeki Allah hanya karena aturan khayalan.

  3. Menyebut nama Allah dalam penyembelihan itu wajib.
    Tidak menyebut nama-Nya adalah bentuk penyimpangan dari syariat tauhid.

  4. Allah akan membalas segala kebohongan atas nama agama.
    Termasuk rekayasa hukum, ibadah yang tidak bersumber dari wahyu, atau menyesatkan orang lain dengan alasan spiritual.


Jika Anda ingin lanjutan ayat 139, atau ingin saya buatkan ringkasan khutbah atau materi dakwah tematik dari ayat 138 ini, silakan sampaikan.

Al An'am 137

 

Berikut ini tafsir lengkap Surah Al-An’am ayat 137, disertai teks Arab, terjemahan, tafsir, dan asbabun nuzul:


📖 Surah Al-An’am Ayat 137

📝 Teks Arab:

وَكَذَٰلِكَ زَيَّنَ لِكَثِيرٍۢ مِّنَ ٱلْمُشْرِكِينَ قَتْلَ أَوْلَـٰدِهِمْ شُرَكَآؤُهُمْ لِيُرْضُوهُمْ وَلِيُلْبِسُوا۟ عَلَيْهِمْ دِينَهُمْ ۖ وَلَوْ شَآءَ ٱللَّهُ مَا فَعَلُوهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ


📜 Terjemahan (Kementerian Agama RI):

“Dan demikianlah sekutu-sekutu mereka menjadikan pembunuhan anak-anak mereka itu terasa indah bagi kebanyakan orang musyrik untuk membinasakan mereka dan untuk mengacaukan agama mereka. Kalau Allah menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya. Maka biarkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.”


📚 Tafsir Lengkap dan Penjelasan

🔹 Asbabun Nuzul:

Menurut sebagian mufassir (seperti Mujahid, Qatadah, dan Ibnu Juraij), ayat ini turun berkaitan dengan kebiasaan kaum musyrik Arab yang melakukan pembunuhan terhadap anak-anak mereka, khususnya anak perempuan, karena:

  • takut miskin,
  • dianggap aib,
  • dan karena ajaran nenek moyang yang dipengaruhi oleh para pendeta sesat dan syaitan.

Para tokoh mereka (disebut dalam ayat sebagai "syurakā’uhum" / sekutu-sekutu mereka) mendorong mereka agar membunuh anak-anak demi "kesucian" atau kedekatan pada berhala.


🔸 Tafsir Ibnu Katsir:

Sebagian besar orang musyrik terpengaruh oleh syaithan dan para pemuka yang menyesatkan (tokoh agama atau dukun) yang menghias-hiasi tindakan membunuh anak mereka. Ini dilakukan atas nama agama dan pengabdian kepada berhala. Padahal, itu hanya upaya menyesatkan mereka agar keluar dari jalan yang benar.

Allah menyatakan bahwa jika Dia menghendaki, tentu mereka tidak akan melakukannya. Tetapi Allah membiarkan mereka sebagai ujian.


🔸 Tafsir Al-Muyassar:

Syaitan dan tokoh berhala menjadikan perbuatan membunuh anak-anak itu terasa indah bagi orang musyrik, agar mereka binasa dan tersesat. Ini adalah bentuk tipuan agar agama mereka rusak. Namun semua itu terjadi dengan izin Allah. Jika Allah mau, Dia bisa mencegahnya. Maka tinggalkan mereka dan jangan hiraukan kedustaan mereka.


🔸 Tafsir Jalalayn:

Para sekutu mereka (yakni para tokoh berhala dan dukun) menghiasi perbuatan membunuh anak-anak mereka sebagai ibadah. Hal ini dilakukan agar mereka tampak dekat dengan Tuhan, padahal itu adalah penyesatan. Jika Allah menghendaki, Dia bisa mencegahnya, tetapi dibiarkan sebagai cobaan. Maka biarkan mereka dan apa yang mereka dustakan.


Pelajaran dan Hikmah dari Ayat Ini:

  1. Syirik dapat mengaburkan akal sehat – Orang musyrik sampai membunuh anaknya sendiri karena keyakinan yang sesat.
  2. Bahaya tokoh yang menyesatkan – Pemimpin yang rusak bisa menghancurkan masyarakat melalui ajaran yang batil.
  3. Ujian dari Allah – Terkadang Allah membiarkan kejahatan terjadi untuk menguji manusia.
  4. Tidak semua hal perlu dibalas langsung – Ada kalanya kebatilan dibiarkan karena kehendak Allah untuk menguji.

Jika Anda ingin saya lanjutkan ayat 138 atau ingin dibuatkan ceramah, rangkuman tafsir tematik, atau bahan khutbah dari ayat ini, silakan beri tahu.

Al an'am 137

 Berikut ini adalah tafsir lengkap Surah Al-An’am ayat 136, disertai dengan teks Arab, terjemahan, dan penjelasan tafsir dari para mufassir, termasuk asbabun nuzul menurut beberapa riwayat:



---


📖 Surah Al-An’am Ayat 136


📝 Teks Arab:


وَجَعَلُوا لِلَّهِ مِمَّا ذَرَأَ مِنَ ٱلْحَرْثِ وَٱلْأَنْعَـٰمِ نَصِيبًۭا فَقَالُوا هَـٰذَا لِلَّهِ بِزَعْمِهِمْ وَهَـٰذَا لِشُرَكَآئِنَا ۖ فَمَا كَانَ لِشُرَكَآئِهِمْ فَلَا يَصِلُ إِلَى ٱللَّهِ ۖ وَمَا كَانَ لِلَّهِ فَهُوَ يَصِلُ إِلَىٰ شُرَكَآئِهِمْ ۚ سَآءَ مَا يَحْكُمُونَ



---


📜 Terjemah Kementerian Agama RI:


> "Dan mereka menetapkan bagi Allah sebagian dari apa yang ditumbuhkan oleh Allah berupa tanaman dan ternak, lalu mereka mengatakan, 'Ini untuk Allah' -menurut dugaan mereka- 'dan ini untuk sekutu-sekutu kami (berhala).' Maka sajian yang diperuntukkan bagi sekutu-sekutu mereka tidak sampai kepada Allah, tetapi sajian yang diperuntukkan bagi Allah, maka sajian itu sampai kepada sekutu-sekutu mereka. Sungguh buruk ketetapan mereka itu."





---


📚 Asbabun Nuzul (Sebab Turunnya Ayat)


Menurut riwayat Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim dari Mujahid:


> Orang-orang musyrik Arab biasa membagi hasil panen dan ternak mereka menjadi dua bagian:


Satu bagian untuk Allah (menurut dugaan mereka)


Satu bagian lagi untuk berhala-berhala (sekutu-sekutu Allah menurut klaim mereka)



Jika terjadi kerusakan atau kekurangan di bagian berhala, mereka ambil dari bagian Allah. Namun jika yang rusak bagian Allah, tidak boleh diambil dari bagian berhala. Maka Allah mencela perbuatan dan keyakinan mereka.





---


📖 Tafsir Ringkas dan Lengkap


🔹 Tafsir Ibnu Katsir:


Kaum musyrikin menyembah berhala dan mengadakan pembagian harta hasil pertanian dan hewan ternak dengan cara yang tidak adil. Mereka menganggap bahwa sebagian untuk Allah dan sebagian untuk berhala mereka. Namun, jika bagian untuk berhala rusak, mereka akan mengambil dari bagian Allah. Tapi jika bagian untuk Allah rusak, mereka tidak mengambil dari bagian berhala. Ini menunjukkan sikap merendahkan Allah dan mengutamakan berhala.


🔹 Tafsir Al-Muyassar:


Orang-orang musyrik membuat-buat pembagian atas rezeki yang Allah ciptakan untuk mereka, baik dari tanaman maupun hewan ternak. Mereka katakan: “Bagian ini untuk Allah” (menurut sangkaan dusta mereka), dan bagian ini untuk sekutu-sekutu kami (berhala). Tapi jika bagian sekutu mereka rusak, tidak boleh dialihkan kepada Allah. Tapi jika bagian Allah rusak, boleh dialihkan ke berhala. Maka amat buruklah hukum dan keyakinan mereka.


🔹 Tafsir Jalalayn:


Mereka mengada-adakan pembagian atas rezeki Allah, dari hasil tanaman dan binatang ternak. Mereka buat dua bagian: satu untuk Allah, dan satu untuk berhala mereka. Namun mereka perlakukan berhala dengan lebih hormat daripada Allah. Ini adalah bentuk kezaliman dan kebodohan.



---


🧠 Pelajaran dan Hikmah dari Ayat Ini:


1. Kecaman terhadap syirik – Ayat ini menegaskan kebatilan orang musyrik yang memperlakukan Allah lebih rendah daripada berhala mereka.



2. Pentingnya keikhlasan dalam beramal – Segala bentuk sedekah atau amal ibadah harus ditujukan murni karena Allah.



3. Bahaya membuat hukum tanpa dasar wahyu – Mereka membuat aturan berdasarkan hawa nafsu dan mengatasnamakan agama.





---


Jika Anda ingin saya lanjutkan dengan tafsir ayat berikutnya (Al-An’am 137), atau ingin versi file PDF/Word atau ringkasan ceramah dari ayat ini, saya siap bantu.

Berikut ini adalah tafsir lengkap Surah Al-An’am ayat 136, disertai dengan teks Arab, terjemahan, dan penjelasan tafsir dari para mufassir, termasuk asbabun nuzul menurut beberapa riwayat:


📖 Surah Al-An’am Ayat 136

📝 Teks Arab:

وَجَعَلُوا لِلَّهِ مِمَّا ذَرَأَ مِنَ ٱلْحَرْثِ وَٱلْأَنْعَـٰمِ نَصِيبًۭا فَقَالُوا هَـٰذَا لِلَّهِ بِزَعْمِهِمْ وَهَـٰذَا لِشُرَكَآئِنَا ۖ فَمَا كَانَ لِشُرَكَآئِهِمْ فَلَا يَصِلُ إِلَى ٱللَّهِ ۖ وَمَا كَانَ لِلَّهِ فَهُوَ يَصِلُ إِلَىٰ شُرَكَآئِهِمْ ۚ سَآءَ مَا يَحْكُمُونَ


📜 Terjemah Kementerian Agama RI:

"Dan mereka menetapkan bagi Allah sebagian dari apa yang ditumbuhkan oleh Allah berupa tanaman dan ternak, lalu mereka mengatakan, 'Ini untuk Allah' -menurut dugaan mereka- 'dan ini untuk sekutu-sekutu kami (berhala).' Maka sajian yang diperuntukkan bagi sekutu-sekutu mereka tidak sampai kepada Allah, tetapi sajian yang diperuntukkan bagi Allah, maka sajian itu sampai kepada sekutu-sekutu mereka. Sungguh buruk ketetapan mereka itu."


📚 Asbabun Nuzul (Sebab Turunnya Ayat)

Menurut riwayat Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim dari Mujahid:

Orang-orang musyrik Arab biasa membagi hasil panen dan ternak mereka menjadi dua bagian:

  • Satu bagian untuk Allah (menurut dugaan mereka)
  • Satu bagian lagi untuk berhala-berhala (sekutu-sekutu Allah menurut klaim mereka)

Jika terjadi kerusakan atau kekurangan di bagian berhala, mereka ambil dari bagian Allah. Namun jika yang rusak bagian Allah, tidak boleh diambil dari bagian berhala. Maka Allah mencela perbuatan dan keyakinan mereka.


📖 Tafsir Ringkas dan Lengkap

🔹 Tafsir Ibnu Katsir:

Kaum musyrikin menyembah berhala dan mengadakan pembagian harta hasil pertanian dan hewan ternak dengan cara yang tidak adil. Mereka menganggap bahwa sebagian untuk Allah dan sebagian untuk berhala mereka. Namun, jika bagian untuk berhala rusak, mereka akan mengambil dari bagian Allah. Tapi jika bagian untuk Allah rusak, mereka tidak mengambil dari bagian berhala. Ini menunjukkan sikap merendahkan Allah dan mengutamakan berhala.

🔹 Tafsir Al-Muyassar:

Orang-orang musyrik membuat-buat pembagian atas rezeki yang Allah ciptakan untuk mereka, baik dari tanaman maupun hewan ternak. Mereka katakan: “Bagian ini untuk Allah” (menurut sangkaan dusta mereka), dan bagian ini untuk sekutu-sekutu kami (berhala). Tapi jika bagian sekutu mereka rusak, tidak boleh dialihkan kepada Allah. Tapi jika bagian Allah rusak, boleh dialihkan ke berhala. Maka amat buruklah hukum dan keyakinan mereka.

🔹 Tafsir Jalalayn:

Mereka mengada-adakan pembagian atas rezeki Allah, dari hasil tanaman dan binatang ternak. Mereka buat dua bagian: satu untuk Allah, dan satu untuk berhala mereka. Namun mereka perlakukan berhala dengan lebih hormat daripada Allah. Ini adalah bentuk kezaliman dan kebodohan.


🧠 Pelajaran dan Hikmah dari Ayat Ini:

  1. Kecaman terhadap syirik – Ayat ini menegaskan kebatilan orang musyrik yang memperlakukan Allah lebih rendah daripada berhala mereka.
  2. Pentingnya keikhlasan dalam beramal – Segala bentuk sedekah atau amal ibadah harus ditujukan murni karena Allah.
  3. Bahaya membuat hukum tanpa dasar wahyu – Mereka membuat aturan berdasarkan hawa nafsu dan mengatasnamakan agama.

Jika Anda ingin saya lanjutkan dengan tafsir ayat berikutnya (Al-An’am 137), atau ingin versi file PDF/Word atau ringkasan ceramah dari ayat ini, saya siap bantu.

Lanjut 137



Jumat, 30 Mei 2025

Al An'am 135

 

Surah Al-An‘ām Ayat 135

Arab:
قُلْ يَـٰقَوْمِ ٱعْمَلُوا۟ عَلَىٰ مَكَانَتِكُمْ إِنِّى عَامِلٌۭ ۖ فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ ۖ مَن تَكُونُ لَهُۥ عَٰقِبَةُ ٱلدَّارِ ۚ إِنَّهُۥ لَا يُفْلِحُ ٱلظَّـٰلِمُونَ

Terjemahan (Kemenag RI):
"Katakanlah (Muhammad), “Wahai kaumku! Berbuatlah menurut keadaanmu, sesungguhnya aku pun berbuat. Kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan memperoleh (hasil) yang baik di akhirat.” Sungguh, orang-orang zalim itu tidak akan beruntung."


1. Tafsir Ibnu Katsir

  • Ayat ini merupakan tantangan sekaligus ancaman dari Allah melalui lisan Nabi Muhammad ﷺ kepada orang-orang kafir:

    • "I‘malū ‘alā makānatikum": Silakan berbuat sesuai posisi kalian, menurut kehendak dan kemampuan kalian.

    • "Innī ‘āmilun": Aku (Nabi) juga akan terus berdakwah dan taat kepada Allah.

  • "Fasawfa ta‘lamūn": Di masa depan, kalian akan melihat sendiri siapa yang akan menang dan siapa yang akan rugi.

  • "‘Āqibatud-dār": artinya kesudahan yang baik, yakni surga di akhirat.

  • "Innahu lā yufliḥuẓ-ẓālimūn": Zalim di sini maksudnya syirik dan kekufuran. Mereka pasti tidak akan berhasil.

🔍 Ayat ini mirip dengan beberapa ayat lain yang senada, seperti:

“Katakanlah, ‘Wahai kaumku! Berbuatlah menurut kedudukanmu, sesungguhnya aku berbuat (pula); maka kelak kamu akan mengetahui…’” (Yunus: 102, Az-Zumar: 39)


2. Tafsir Al-Jalalain

  • "Qul yā qawm": Wahai kaumku yang tetap dalam kekufuran, lakukan saja apa yang kalian anggap benar.

  • "Inni ‘āmilun": Aku tetap konsisten dalam dakwah dan ketaatan.

  • "Fasawfa ta‘lamūn": Kelak kalian akan mengetahui siapa yang berada di atas kebenaran.

  • "‘Āqibatud-dār": Yakni kesudahan di akhirat, yaitu surga bagi yang benar.

  • Penutup ayat menyatakan bahwa orang-orang zalim, yakni orang-orang yang menyekutukan Allah, tidak akan pernah mendapat kemenangan.


3. Tafsir Ath-Thabari

  • Ayat ini adalah bentuk istihzā’ (sindiran keras) kepada kaum musyrikin Makkah.

  • Allah memerintahkan Rasul-Nya untuk berkata:
    ➤ Silakan kalian bertahan pada keyakinan kalian, lakukan apa pun semampu kalian,
    ➤ Aku pun akan tetap menjalankan tugasku sebagai rasul.

  • Dalam waktu dekat, hasil akhirnya akan tampak jelas, siapa yang di atas kebenaran dan siapa yang binasa.

  • Ungkapan "lā yufliḥuẓ-ẓālimūn" bermakna umum: orang-orang yang menzalimi diri mereka dengan kekufuran tidak akan selamat di dunia dan akhirat.


4. Tafsir Al-Muyassar

  • Wahai Rasul, katakan:
    ➤ Wahai kaumku, teruslah kalian di jalan kalian jika tetap membangkang.
    ➤ Aku juga akan tetap di jalanku, yakni menyeru kepada Allah.

  • Kelak akan tampak siapa yang memperoleh kemenangan abadi, dan siapa yang akan rugi besar.

  • Sesungguhnya orang-orang zalim (kafir dan musyrik) tidak akan beruntung.


📌 Pesan & Makna Tematik Ayat

  1. Seruan tegas Nabi kepada kaum musyrik, sebagai bentuk akhir dari dialog:
    ➤ “Lakukan sesukamu, aku pun akan terus di jalanku.”

  2. Peringatan akan hasil akhir: kemenangan bukan soal kekuatan dunia, tapi siapa yang memperoleh ‘āqibatud-dār (kesudahan yang baik).

  3. Menegaskan bahwa kezaliman—terutama syirik dan penolakan terhadap kebenaran—tak akan pernah menang.


🔗 Keterkaitan dengan Ayat Sebelumnya

  • Ayat 134 berbicara tentang pasti datangnya janji Allah dan ketidakmampuan manusia untuk menghindarinya.

  • Ayat 135 menekankan bahwa setiap orang bebas memilih jalan, tapi konsekuensinya pasti datang.

  • Ini adalah penegasan bahwa kemenangan hakiki ada di sisi Allah, bukan dalam kesombongan duniawi.

al an'am 134

 

Surah Al-An'ām Ayat 134

Arab:
إِنَّ مَا تُوعَدُونَ لَآتٍ ۖ وَمَا أَنتُم بِمُعْجِزِينَ

Artinya (Kemenag RI):
"Sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu pasti datang, dan kamu tidak akan dapat menolaknya."


1. Tafsir Ibnu Katsir

  • “Inna mā tū‘adūna la'ātin”
    ➤ Yang dijanjikan di sini mencakup:

    • Hari Kiamat,

    • Hari Pembalasan,

    • Surga dan Neraka,

    • serta seluruh janji Allah dalam wahyu dan syariat-Nya.
      ➤ Penegasan bahwa semua akan terjadi tanpa keraguan sedikit pun.

  • “Wa mā antum bimu‘jizīn”
    ➤ Maksudnya: Kalian tidak bisa menghalangi atau melarikan diri dari janji dan keputusan Allah.
    ➤ Kekuatan, kelicikan, atau pengaruh manusia tidak akan bisa membatalkan takdir Allah.

📌 Ini merupakan peringatan serius kepada orang-orang kafir dan fasik, bahwa mereka tidak akan mampu lari dari konsekuensi amal mereka.


2. Tafsir Al-Jalalain

  • “Inna mā tū‘adūna”: semua yang dijanjikan kepada kalian (terutama hari kiamat dan pembalasan) pasti datang.

  • “Wa mā antum bimu‘jizīn”: kalian tidak dapat mengelakkan hal itu, tidak bisa menyebabkan janji Allah tertunda, dan tidak bisa melawan-Nya.


3. Tafsir Ath-Thabari

  • Dalam tafsir ini dijelaskan bahwa:

    • Janji Allah mencakup semua bentuk balasan, baik pahala bagi orang beriman maupun azab bagi orang kafir.

    • Frasa “la’ātin” menggunakan bentuk penegasan (laam ta’kīd dan ism fa’il) menunjukkan bahwa kejadian ini bersifat pasti dan tidak bisa dihindari.

    • Orang-orang musyrik merasa mereka bisa lolos dari ancaman azab. Maka Allah membantah mereka: kalian tidak punya kekuatan apa pun untuk menghalangi keputusan Allah.


4. Tafsir al-Muyassar (kontemporer dan ringkas)

  • Apa yang dijanjikan kepada kalian – berupa hari kiamat dan segala peristiwa besar yang menyertainya – benar-benar akan terjadi.

  • Kalian tidak bisa mencegahnya, tidak bisa lari, dan tidak bisa menghindari akibatnya.

  • Ini adalah peringatan dan ancaman, sekaligus janji bagi orang-orang yang beriman dan bersabar.


📌 Kesimpulan Makna Ayat

  • Ayat ini mengandung dua poin utama:

    1. Kepastian janji Allah — semua yang dijanjikan dalam wahyu, baik surga, neraka, kiamat, dan pembalasan, pasti akan terjadi.

    2. Ketidakmampuan manusia untuk menghindar — tidak ada tempat untuk bersembunyi, tidak ada kekuatan yang bisa melindungi dari keputusan Allah.


🔗 Keterkaitan dengan Ayat Sebelumnya (133–134)

  • Ayat 133 berbicara tentang kemahakuasaan Allah yang bisa saja menggantikan suatu kaum dengan kaum lain.

  • Ayat 134 memperkuat bahwa janji Allah pasti terjadi, dan tak satu pun makhluk bisa menghalangi-Nya.

  • Ini menyampaikan peringatan dan motivasi secara bersamaan:
    ➤ Peringatan bagi kaum kafir dan fasik,
    ➤ Motivasi bagi kaum beriman untuk tetap teguh.

al an'am 133

 

🌿 Surah Al-An’ām Ayat 133

Arab:
وَرَبُّكَ ٱلْغَنِىُّ ذُو ٱلرَّحْمَةِ ۚ إِن يَشَأْ يُذْهِبْكُمْ وَيَسْتَخْلِفْ مِنۢ بَعْدِكُم مَّا يَشَآءُ كَمَآ أَنشَأَكُم مِّن ذُرِّيَّةِ قَوْمٍ ءَاخَرِينَ

Artinya (Kemenag RI):
"Dan Tuhanmu Maha Kaya, Pemilik rahmat. Jika Dia menghendaki, niscaya Dia memusnahkan kamu dan menggantikan (kamu) dengan siapa yang Dia kehendaki setelahmu, sebagaimana Dia telah menjadikan kamu dari keturunan orang-orang lain."


A. Tafsir Lengkap dari Berbagai Sumber

1. Tafsir Ibnu Katsir

  • Allah menegaskan bahwa Dia adalah Al-Ghaniyy (Maha Kaya)—tidak membutuhkan makhluk-Nya sama sekali.

  • Dia juga Dzul-Rahmah (Pemilik Rahmat)—meskipun Dia Maha Kuasa untuk membinasakan seluruh makhluk, namun Dia menahan azab-Nya karena kasih sayang-Nya.

  • Ancaman halus: Jika manusia terus ingkar dan kafir, Allah bisa memusnahkan mereka, dan mengganti mereka dengan kaum lain yang lebih baik, seperti yang telah dilakukan-Nya terhadap umat-umat terdahulu (seperti kaum Nuh, ‘Ād, dan Tsamūd).

  • Kalimat "kama ansha’akum min dzurriyyati qawmin ākharīn" bermakna: Sebagaimana Allah menjadikan kalian dari keturunan kaum sebelumnya (Adam, Nuh, dst), Allah juga mampu menciptakan generasi baru dari umat lain.


2. Tafsir Al-Jalalain

  • Allah adalah Maha Kaya, tidak butuh kepada ibadah makhluk.

  • Allah adalah Maha Penyayang, meskipun memiliki kekuasaan penuh untuk membinasakan kalian dan mengganti kalian dengan kaum lain yang lebih taat.

  • Sebagaimana Dia menciptakan kalian dari keturunan umat terdahulu, Dia juga bisa menciptakan kaum baru dari keturunan kalian jika Dia kehendaki.


3. Tafsir Ath-Thabari

  • Penekanan terhadap dua sifat penting Allah: al-Ghina (kekayaan mutlak) dan ar-Rahmah (rahmat yang luas).

  • Allah mengingatkan manusia akan kemahakuasaan-Nya untuk mengganti satu kaum dengan kaum lainnya, yang lebih patuh dan bersyukur.

  • Frasa terakhir merupakan pengingat historis, bahwa manusia yang hidup sekarang pun adalah hasil dari generasi-generasi terdahulu, yang bisa saja digantikan sebagaimana mereka dahulu menggantikan generasi sebelumnya.


4. Tafsir al-Muyassar (kontemporer)

  • Allah tidak butuh kepada makhluk, dan rahmat-Nya mencakup segala sesuatu.

  • Dia bisa saja membinasakan kalian dan menggantikan kalian dengan kaum lain yang lebih taat.

  • Ini adalah bentuk peringatan tegas tetapi lembut, disampaikan melalui kasih sayang dan hikmah.


B. Asbāb an-Nuzūl (Sebab Turunnya Ayat)

Penjelasan:

  • Menurut asbāb an-nuzūl, ayat ini tidak memiliki sebab turunnya yang khusus (sebab nuzul khāsh) seperti yang diriwayatkan secara otentik dalam hadis shahih.

  • Namun sebagian mufassir, seperti al-Suyuthi dalam Lubāb an-Nuqūl, mengisyaratkan bahwa ayat ini turun sebagai peringatan kepada orang-orang musyrik Mekah yang menolak dakwah Nabi Muhammad SAW dan menganggap bahwa mereka adalah kaum yang kuat dan tak tergantikan.

Inti maknanya:

  • Allah ingin menyampaikan kepada kaum musyrik bahwa mereka bukanlah yang pertama dan bukan pula yang terakhir. Jika mereka mengingkari Rasul, Allah bisa dengan mudah menghancurkan mereka dan mengganti mereka dengan kaum yang lebih baik, sebagaimana telah dilakukan terhadap umat-umat sebelumnya.


📌 Kesimpulan Makna Ayat

  • Allah tidak membutuhkan makhluk-Nya, namun makhluk sangat membutuhkan-Nya.

  • Rahmat Allah yang luas menahan datangnya azab meskipun manusia banyak berbuat dosa.

  • Ayat ini menjadi peringatan keras kepada orang-orang yang sombong dan ingkar, bahwa mereka bisa digantikan kapan saja oleh kaum yang lebih taat dan bersyukur.

  • Allah mampu menciptakan generasi baru, sebagaimana telah menciptakan manusia dari keturunan kaum sebelumnya.

al an'am 132 ok

 

🌿 Surah Al-An'am Ayat 132

Arab:
“وَلِكُلٍّۢ دَرَجَٰتٌۭ مِّمَّا عَمِلُوا۟ ۚ وَمَا رَبُّكَ بِغَٰفِلٍ عَمَّا يَعْمَلُونَ”

Artinya (Kemenag RI):
"Dan masing-masing memperoleh derajat (balasan) sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan. Dan Tuhanmu tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan."


1. Tafsir Ibnu Katsir

  • Allah menyatakan bahwa setiap orang akan memperoleh balasan setimpal berdasarkan amal perbuatannya, baik itu kebaikan maupun kejahatan.

  • Derajat di sini bermakna tingkatan kedudukan di akhirat, yaitu:

    • Orang beriman dan taat akan memperoleh derajat tinggi di surga.

    • Orang kafir dan durhaka akan memperoleh tempat rendah dan hina di neraka.

  • Kalimat “wa mā rabbuka bighāfilin...” adalah penegasan bahwa Allah Maha Mengetahui segala amal manusia, baik yang tampak maupun tersembunyi, dan tidak ada satu pun yang luput dari catatan dan perhitungan-Nya.


2. Tafsir Al-Jalalain

  • Wa likullin darajātun mimmā ‘amilū” maksudnya: Setiap kelompok manusia akan memperoleh tingkatan atau derajat balasan sesuai amal mereka, baik orang mukmin maupun orang kafir.

  • Wa mā rabbuka bighāfilin ‘ammā ya‘malūn” adalah peringatan bahwa Allah tidak lalai atau lupa terhadap amal perbuatan mereka, dan pasti akan memberikan balasan yang adil.


3. Tafsir Ath-Thabari

  • Menurut Ath-Thabari, ayat ini menekankan keadilan mutlak Allah: semua manusia akan dibalas sesuai kadar dan kualitas amalnya.

  • “Derajat” di sini bukan hanya kedudukan di surga atau neraka, tetapi juga tingkatan balasan: ada yang besar, sedang, dan ringan tergantung jenis amal.

  • Allah menutup ayat ini dengan menegaskan bahwa Dia tidak pernah lengah atau lupa terhadap semua perbuatan hamba-Nya, meski sekecil apapun.


4. Tafsir al-Muyassar (tafsir kontemporer)

  • Setiap manusia memiliki tingkatan balasan sesuai amalnya: orang beriman dengan kebaikannya akan mendapatkan derajat tinggi di surga, sementara orang kafir mendapat tempat hina di neraka.

  • Allah tidak lalai dari apa yang dikerjakan oleh manusia; semua dicatat dan akan dibalas dengan adil dan sempurna.


📌 Kesimpulan Makna Ayat

  • Balasan akhirat bersifat bertingkat (derajat), tergantung amal.

  • Allah bersifat adil, tidak ada satu amal pun yang luput dari pengawasan-Nya.

  • Ini sekaligus menjadi motivasi untuk beramal saleh dan peringatan agar menjauhi maksiat.


🔗 Keterkaitan dengan Ayat Sebelumnya

Ayat ini melanjutkan pembahasan tentang balasan bagi orang yang menerima dan menolak petunjuk, sebagaimana diuraikan pada ayat-ayat sebelumnya (ayat 125 dan 126). Di sini ditegaskan bahwa keputusan Allah adalah adil dan sempurna, dan semua amal akan dibalas secara proporsional.

Jumat, 23 Mei 2025

Al An'am 131 tafsir ok

 

Berikut adalah tafsir lengkap QS. Al-An‘ām ayat 131, yang merupakan lanjutan logis dari ayat 128–130:


QS. Al-An‘ām: 131

Teks Arab:

ذَٰلِكَ أَن لَّمْ يَكُن رَّبُّكَ مُهْلِكَ ٱلْقُرَىٰ بِظُلْمٍۢ وَأَهْلُهَا غَٰفِلُونَ

Terjemahan (Kemenag RI):

"Yang demikian itu karena Tuhanmu tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya belum diberi peringatan."


1. Asbābun Nuzūl (Sebab Turunnya Ayat)

Menurut ulama tafsir seperti al-Qurṭubī dan as-Suyūṭī, ayat ini tidak memiliki asbābun nuzūl spesifik, tetapi secara kontekstual menegaskan prinsip keadilan Allah dalam menghukum umat manusia: bahwa Allah tidak akan mengazab suatu kaum tanpa terlebih dahulu mengutus rasul kepada mereka.

Ayat ini juga merupakan penegasan dan penutup rangkaian tema dari ayat 128–130, yang berbicara tentang peringatan terhadap jin dan manusia serta pengakuan mereka pada hari kiamat.


2. Tafsir Lengkap QS. Al-An‘ām: 131

a. Tafsir al-Ṭabarī

  • Makna “بِظُلْمٍ” di sini adalah mengazab mereka sebelum adanya peringatan (tanpa keadilan).
  • غَافِلُونَ” artinya tidak mengetahui, belum tahu kebenaran karena belum pernah sampai risalah atau peringatan dari Allah.
  • Allah menyatakan bahwa kehancuran atau azab tidak akan turun kecuali setelah hujah (alasan) ditegakkan, yaitu melalui dakwah para rasul.

b. Tafsir Ibn Kathīr

  • Menyebutkan ayat ini sebagai dalil keadilan Allah yang sempurna, bahwa tidak ada satu kaum pun dibinasakan kecuali setelah diberi peringatan.
  • Menekankan bahwa Allah tidak menzalimi siapa pun.
  • Ini berlaku untuk umat-umat terdahulu (seperti kaum Nuh, ‘Ād, Ṡamūd, dll) yang dibinasakan setelah penolakan terhadap rasul-rasul mereka.

c. Tafsir al-Qurṭubī

  • Allah menjelaskan prinsip tidak membinasakan kaum yang lalai, yaitu belum tahu kebenaran.
  • Menolak anggapan bahwa Allah menghukum makhluk-Nya secara sewenang-wenang.
  • "غَافِلُونَ" juga bisa ditafsirkan sebagai “belum mendapat kesempatan untuk tahu kebenaran”.

d. Tafsir al-Sa‘dī

  • Penegasan bahwa semua azab dan pembinasaan adalah berdasar hikmah dan keadilan Allah.
  • Azab tidak akan turun kecuali setelah dakwah disampaikan dan mereka dengan sadar menolaknya.
  • Ini memberi pelajaran penting tentang tanggung jawab setelah datangnya ilmu.

3. Kandungan Makna Ayat

  • Allah Maha Adil: tidak ada hukuman tanpa peringatan.
  • Setiap umat yang diazab, pasti sebelumnya telah mendapat nabi, rasul, atau dakwah kebenaran.
  • Peringatan adalah bentuk kasih sayang Allah, bukan sekadar ancaman.
  • Allah tidak akan membinasakan suatu bangsa yang masih dalam kejahilan tanpa disampaikan ilmu terlebih dahulu.

4. Hikmah dan Pelajaran

  1. Prinsip keadilan Allah: tak ada hukuman sebelum ada dakwah dan peringatan.
  2. Tugas rasul sangat penting sebagai pembawa hujah agar manusia tidak beralasan tidak tahu.
  3. Kehancuran dunia dan umat adalah akibat dari penolakan terhadap dakwah, bukan karena ketidaktahuan semata.
  4. Tanggung jawab umat setelah datangnya ilmu lebih berat dibanding masa belum tahu.

Kesimpulan Ayat 128–131 (Satu Rangkaian):

  • 128: Jin dan manusia saling menyesatkan → dihukum bersama di neraka.
  • 129: Allah menyerahkan orang zalim kepada sesama pelaku zalim → akibat amal mereka sendiri.
  • 130: Semua telah diberi peringatan melalui rasul, dan mereka sendiri mengakui kekafiran mereka.
  • 131: Allah tidak pernah menghukum satu kaum tanpa terlebih dahulu memberi mereka peringatan yang cukup.

Jika Anda ingin seluruh ayat ini disusun menjadi naskah ceramah, artikel tafsir tematik, atau materi pelajaran, saya siap bantu buatkan dalam bentuk struktural.

Al An'am 130 tafair ok

 

Berikut penambahan tafsir lengkap Surah Al-An‘ām ayat 130, melanjutkan urutan dan tema ayat 128–129:


QS. Al-An‘ām: 130

Teks Arab:

يَـٰمَعْشَرَ ٱلْجِنِّ وَٱلْإِنسِ أَلَمْ يَأْتِكُمْ رُسُلٌۭ مِّنكُمْ يَقُصُّونَ عَلَيْكُمْ ءَايَـٰتِى وَيُنذِرُونَكُمْ لِقَآءَ يَوْمِكُمْ هَـٰذَا ۚ قَالُوا۟ شَهِدْنَا عَلَىٰٓ أَنفُسِنَا ۖ وَغَرَّتْهُمُ ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَا وَشَهِدُوا۟ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ أَنَّهُمْ كَانُوا۟ كَـٰفِرِينَ

Terjemahan (Kemenag RI):

"Wahai golongan jin dan manusia! Bukankah telah datang kepadamu rasul-rasul dari golonganmu sendiri, yang menyampaikan ayat-ayat-Ku kepadamu dan memperingatkanmu tentang pertemuan dengan hari ini (kiamat)? Mereka menjawab, 'Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri.' Kehidupan dunia telah menipu mereka, dan mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri bahwa mereka adalah orang-orang kafir."


1. Asbābun Nuzūl (Sebab Turunnya Ayat)

Menurut tafsir al-Wāḥidī dan as-Suyūṭī, ayat ini tidak memiliki sebab khusus yang diriwayatkan sebagai latar peristiwa, namun secara kontekstual ayat ini melanjutkan kecaman terhadap jin dan manusia yang ingkar, serta menegaskan bahwa tidak ada yang dizalimi pada hari kiamat, karena semuanya telah diberi peringatan.


2. Tafsir Lengkap QS. Al-An‘ām: 130

a. Tafsir al-Ṭabarī

  • “Rasul-rasul dari golonganmu”: maksudnya adalah rasul-rasul dari kalangan manusia, karena jin tidak menerima rasul dari kalangan mereka sendiri, melainkan mengikuti rasul manusia (terutama Nabi Muhammad SAW).
  • Allah bertanya dalam bentuk celaan pada hari kiamat: apakah mereka tidak pernah menerima peringatan?
  • Mereka mengakui: “Kami bersaksi atas diri kami”, yakni pengakuan dosa secara langsung.
  • Dunia telah memperdaya mereka hingga lalai dari peringatan.

b. Tafsir Ibn Kathīr

  • Rasul-rasul telah datang dengan tugas membacakan ayat-ayat Allah dan memperingatkan tentang hari kiamat.
  • Pengakuan mereka sendiri adalah bukti tidak ada alasan lagi untuk menghindari azab.
  • Dunia memperdaya mereka, yaitu dengan gemerlapnya kenikmatan yang membuat mereka lalai dari akhirat.

c. Tafsir al-Qurṭubī

  • Menekankan kata "منكم" (dari kalangan kalian) sebagai penegasan bahwa rasul adalah dari jenis yang sama (manusia kepada manusia), agar bisa dipahami dan ditaati.
  • Kalimat “غرتهم الحياة الدنيا” (dunia menipu mereka) menunjukkan bahwa kesenangan dunia menjadi hijab antara manusia dan kebenaran.
  • Mereka tidak bisa lagi berbohong pada hari kiamat, karena lisan dan anggota tubuh mereka bersaksi.

d. Tafsir al-Sa‘dī

  • Ayat ini menunjukkan bahwa seluruh umat manusia telah diberikan peringatan melalui para rasul, tidak ada yang luput.
  • Keengganan mereka menerima risalah adalah akibat dari cinta dunia dan penolakan terhadap kebenaran.
  • Pada akhirnya mereka mengakui kekufuran mereka secara terbuka.

3. Kandungan Makna Ayat

  • Peringatan keras bagi jin dan manusia yang ingkar terhadap para rasul dan ayat-ayat Allah.
  • Pengakuan dosa dari mulut sendiri di akhirat, tanpa bisa mengingkari.
  • Penyesalan yang sia-sia karena kehidupan dunia telah membuat mereka lalai dari kebenaran.
  • Keadilan Allah ditegaskan: tak seorang pun diazab tanpa diberi peringatan lebih dahulu.

4. Hikmah dan Pelajaran

  1. Rasul adalah hujah (argumen) Allah atas manusia, maka tidak ada alasan bagi yang menolak dakwah.
  2. Cinta dunia yang berlebihan adalah faktor utama orang menolak agama dan kehidupan akhirat.
  3. Kiamat adalah hari pengakuan dan pembalasan, di mana semua kesalahan akan tampak dan diakui.
  4. Manusia akan bersaksi atas dirinya sendiri, sehingga tidak bisa menyalahkan orang lain atau keadaan.

Jika Anda ingin, saya bisa bantu susun ketiga ayat ini (128–130) menjadi satu kajian tematik atau bahan khutbah dengan tema seperti: “Kerusakan Akibat Menuruti Jin dan Dunia” atau “Keadilan Allah di Hari Kiamat”.

Al An'am 129 tafsir ok

 Berikut adalah tafsir lengkap Surah Al-An‘ām ayat 128–129, yang saling berkaitan dalam konteks interaksi manusia-jin dan keadilan Allah:



---


QS. Al-An‘ām: 128–129


Teks Ayat 128:


وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا يَا مَعْشَرَ ٱلْجِنِّ قَدِ ٱسْتَكْثَرْتُم مِّنَ ٱلْإِنسِ ۖ وَقَالَ أَوْلِيَآؤُهُم مِّنَ ٱلْإِنسِ رَبَّنَا ٱسْتَمْتَعَ بَعْضُنَا بِبَعْضٍۢ وَبَلَغْنَآ أَجَلَنَا ٱلَّذِىٓ أَجَّلْتَ لَنَا ۚ قَالَ ٱلنَّارُ مَثْوَىٰكُمْ خَٰلِدِينَ فِيهَآ إِلَّا مَا شَآءَ ٱللَّهُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ حَكِيمٌ عَلِيمٌ


Terjemahan: "Dan (ingatlah) hari ketika Allah mengumpulkan mereka semuanya (dan berfirman), 'Wahai golongan jin! Sungguh, kamu telah banyak menyesatkan manusia.' Dan teman-teman mereka dari golongan manusia berkata, 'Ya Tuhan kami, sebagian dari kami telah mendapatkan manfaat dari sebagian yang lain, dan kami telah sampai pada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami.' Allah berfirman, 'Neraka itulah tempat kalian selama-lamanya, kecuali jika Allah menghendaki lain.' Sungguh, Tuhanmu Mahabijaksana, Maha Mengetahui."



---


Teks Ayat 129:


وَكَذَٰلِكَ نُوَلِّى بَعْضَ ٱلظَّـٰلِمِينَ بَعْضًۭاۢ بِمَا كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ


Terjemahan: "Dan demikianlah Kami jadikan sebagian orang zalim berkuasa atas sebagian yang lain, disebabkan apa yang telah mereka kerjakan."



---


Asbābun Nuzūl Ayat 129


Ayat ini masih berhubungan langsung dengan ayat sebelumnya (128), di mana Allah menjelaskan hukum-Nya atas kesyirikan dan kezaliman, serta menyatakan sunnatullah (hukum sebab akibat) bahwa orang-orang zalim akan saling memimpin dan berkuasa satu sama lain sebagai bentuk balasan atas perbuatan mereka di dunia.


Menurut beberapa ulama seperti al-Qurṭubī dan al-Sa‘dī, ini bukan hanya berlaku di akhirat tetapi juga di dunia, sebagai bentuk hukuman Allah atas kezaliman mereka. Masyarakat zalim akan dipimpin oleh penguasa yang zalim pula.



---


Tafsir Lengkap QS. Al-An‘ām: 129


1. Tafsir al-Ṭabarī


Frasa "نُوَلِّي" bermakna menjadikan pemimpin, menguasakan atau membiarkan.


Orang-orang zalim akan saling menjadi penguasa, pelindung, atau pengikut atas sesama pelaku kezaliman, karena mereka pantang diarahkan ke jalan kebenaran.


Allah menyerahkan mereka kepada hawa nafsu dan saling menyesatkan.



2. Tafsir Ibn Kathīr


Ayat ini merupakan bentuk ancaman: Allah membiarkan para pelaku dosa dan kesesatan untuk saling menjadi pemimpin satu sama lain.


Ini adalah bentuk azab sebelum azab akhirat: manusia yang tidak mau taat akan ditimpa kerusakan sosial, politik, dan moral akibat pemimpin yang zalim seperti mereka sendiri.



3. Tafsir al-Qurṭubī


Menyebutkan bahwa ayat ini adalah hukum sebab-akibat sosial-politik: masyarakat yang rusak akhlaknya akan dipimpin oleh pemimpin yang rusak pula.


Hal ini bisa terlihat dalam sejarah banyak bangsa yang rusak karena pemimpin mereka mencerminkan moral rakyatnya.



4. Tafsir al-Sa‘dī


Ini adalah bentuk keadilan Allah: manusia yang menyukai kezaliman akan dibiarkan dalam kezaliman itu, dan akan berteman serta dipimpin oleh sesamanya.


Dalam konteks ayat sebelumnya, jin dan manusia yang zalim akan "dipasangkan" sebagai sesama penghuni neraka.




---


Hikmah dan Pelajaran


1. Kezaliman melahirkan kezaliman – baik di dunia maupun akhirat, mereka yang berbuat dosa akan dikumpulkan dan dikuasai oleh orang-orang yang seperti mereka.



2. Pentingnya memilih kawan dan pemimpin yang saleh, karena siapa yang kita ikuti, itulah tempat kita dikumpulkan kelak.



3. Pemimpin mencerminkan rakyatnya – kondisi bangsa atau komunitas sering kali merupakan refleksi dari perilaku moral warganya.



4. Allah membalas berdasarkan amal, dan memberi kesempatan pada kezaliman bukan berarti merestuinya, melainkan sebagai bentuk hukuman yang tidak kasat mata.





---


Jika Anda ingin tafsir ini dijadikan bahan khutbah, artikel ilmiah, atau bagian dari materi pelajaran, saya bisa bantu sesuaikan strukturnya.